HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA MASYARAKAT TERHADAP MUSLIMAH
BERCADAR DENGAN JARAK SOSIAL
ANISA, TRIANA, SAMIK.
Abstrak
Hubungan antara prasangka masyarakat terhadap
muslimah bercadar dengan jarak sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan antara prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak
sosial. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang yang dipilih berdasarkan
teknik Random Sampling. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dan
linearitas serta uji korelasi product moment dari Karl Pearson menggunakan SPSS
16.0 for windows. Hasil uji korelasi kedua variabel menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara prasangka dan jarak sosial. Dengan demikian hipotesis
kerja yang dikemukakan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara prasangka dan
jarak sosial dan hipotesis diterima.
ISI
Pemeluk islam di Indonesia khususnya muslimah
pada umumnya menggunakan pakaian muslimah dan jilbab sebagai alternatif untuk
menutup aurat. Menambahkan bahwa pakaian bukan semata kain pembungkus tubuh
tapi juga menjadi tanda yang membangkitkan makna-makna sosial. Jilbab diartikan
sebagai khazanah berpakaian wanita muslim di Indonesia. Rahmat (Wijayani, 2011)
juga mengungkap kan bahwa salah satu fenomena menarik terkait dengan merebaknya
penggunaan busana islami adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah.
Cadar dalam islam adalah jilbab yang tebal
dan longgar yang menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan.
Hampir seluruh kota yang ada di Indonesia terdapat wanita bercadar. Dapat kita
ketahui bahwa penggunaan cadar kini telah menyebar kesegala daerah, namun
penolakan serta persepsi masyarakat terhadap perempuan yang menggunakan cadar
sering dianggap sebagai sikap fanatisme terhadap agama bahkan tidak jarang juga
mereka dikaitkan dengan kelompok islam radikal. Cadar kini juga menghadapi
penolakan teknis terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik. Mereka
menganggap bahwa alasan dibalik penggunaan cadar oleh muslimah adalah
keengganan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat (Sadli, 1999). Dari
hasil wawancara dari dua orang subjek terdapat perbedaan pendapat antara
individu yang memiliki kedekatan khusus dengan muslimah bercadar dengan
individu yang sama sekali tidak memiliki hubungan dekat dengan muslimah
bercadar, sehingga dalam hal ini terlihat adanya jarak akibat perbedaan suatu
kelompok dengan kelompok lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari seorang
individu dapat melihat bagaimana hubungannya dengan orang lain, ada individu
yang lekat hubungannya, namun ada juga individu yang kurang lekat hubungannya.
Hal tersebut biasanya akan membawa perbedaan dalam jarak sosial (Walgito,
2011). Konsep jarak sosial (social distance) mencoba mengukur dekat jauhnya
suasana psikologis antara satu individu yang diklasifikasikan dalam suatu kelompok
tertentu dengan individu-individu dari kelompok lain. Menurut Doob (dalam
Liliweri, 2005) Jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau
kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan tertentu. Senada dengan hal
itu menurut Chaplin, J.P (2011), jarak sosial merupakan suatu bentuk tingkatan
atau derajat untuk melihat sejauh mana seorang individu atau kelompok
memperlihatkan perbedaan mereka dari individu atau kelompok lainnya, sedangkan
menurut pendapat Henslin (2006), jarak sosial adalah kadar untuk mengukur
kedekatan atau penerimaan yang kita rasakan terhadap kelompok lain.
Distance (jarak sosial) juga merupakan
jarak psikologis yang terdapat diantara dua orang atau lebih yang berpengaruh
terhadap keinginan untuk melakukan kontak sosial yang akrab. Jarak sosial
menunjuk kepada kemungkinan relasi atau hubungan sosial antara pelaku tertentu,
mengingat seberapa jauh seseorang tersebut atau suatu kelompok dapat bergabung
atau bertemu. Seperti yang dikemukakan oleh Sherif dan Sherif (dalam Susetyo,
2007) yang menyebutkan bahwa jarak sosial merupakan suatu dimensi interaksi
antara anggota kelompok yang berbeda yang merentang dari keintiman hingga
keterpisahan yang mutlak (tidak ada hubungan sama sekali). Batasan rentangan
tersebut dipengaruhi oleh norma-norma yang mengatur situasi tempat interaksi
terjadi atau dilakukan. Dalam setiap kontak manusia jarak sosial akan selalu
ada, seseorang membuat jarak sosial dengan orang lain juga memiliki tujuan
tertentu (Pudjiwati, 1985). Keadaan ini akan berpengaruh juga pada
interaksinya. Orang dengan jarak sosial yang dekat akan membawa interaksi yang
lebih intens dari pada orang dengan jarak sosial yang jauh (Walgito, 2011).
Jadi dari beberapa pengertian mengenai
jarak sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
jarak sosial merupakan suatu perilaku yang menggambarkan derajat hubungan antar
kelompok, yang dipengaruhi oleh norma-norma yang mengatur situasi dimana
hubungan itu dilakukan. Jarak sosial bisa terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain kelompok primer, adanya kelompok dominan, dan stereotip
kelompok (Widiyatmadi, 1999). Pada umumnya jarak sosial yang cukup rendah akan
menghadirkan prasangka dalam berbagai kelompok. Dalam sebuah jurnal penelitian
mengenai Relasi antara etnis Cina dan etnis Jawa berdasarkan Stereotip dan
Jarak Sosial oleh Susetyo (2007), disebutkan bahwa relasi antara etnis cina dan
etnis jawa berlangsung wajar karena masing-masing pihak mampu melihat sisi
positif pihak lain.
Hambatan untuk menjalin relasi yang lebih
intensif dipicu oleh adanya perbedaan orientasi budaya dan kesempatan kontak.
Jika salah satu pihak mampu berpikir positif terhadap pihak lain maka akan
menghadirkan jarak sosial yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Seperti yang
diungkapkan oleh Sears, dkk (1994) bahwa apabila ada dua etnis dalam suatu
wilayah tidak berbaur akrab, maka kemungkinan terdapat prasangka dalam wilayah
tersebut cukup besar. Sebaliknya prasangka juga melahirkan adanya jarak sosial.
Semakin besar prasangka yang timbul, maka semakin besar jarak sosial yang
terjadi. Prasangka bisa muncul dimana saja dan oleh siapa saja. Baron &
Byrne, (2004) juga mendefinisikan prasangka, dimana prasangka adalah sebuah
sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata-mata
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Seseorang yang
memiliki prasangka terhadap seorang individu ataupun suatu kelompok tertentu
cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama (secara negatif) semata
hanya karena mereka termasuk dalam kelompok tertentu.
Prasangka juga didasarkan pada
prapenilaian yang sering kali merefleksikan evaluasi yang dilakukan sebelum
tahu banyak tentang karakteristik seseorang (Sears, dkk, 2009). Menurut
Liliweri (2005), prasangka mengandung sikap, pikiran, keyakinan, kepercayaan
dan bukan tindakan. Prasangka tetap ada dipikiran, sedangkan diskriminasi
mengarah ke tindakan. Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka yang sama
dengan dimensi afektif. Tetapi prasangka memiliki kualitas tambahan berupa
penilaian pendahuluan (prejudgment).
Banyak masyarakat yang memandang sebelah
mata mengenai cadar tanpa terlebih dahulu mengenal karakteristik dan makna
cadar itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Jang, H., dkk (2012)
menyebutkan bahwa prasangka dan jarak sosial yang meliputi keyakinan dan sikap
terhadap penyakit jiwa meningkat pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2009.
Jarak sosial individu pada penyakit mental tidak hanya ditentukan oleh faktor
individual saja, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, dengan kata lain
jarak sosial memiliki perbedaan dengan prasangka dalam hal konsep dan
karakteristik.
Cadar belum sepenuhnya diterima oleh
masyarakat Indonesia secara umum, karena pemahaman akan cadar masih berjarak
dengan budaya setempat. Cara pandang masyarakat mengenai cadar menghadirkan
persepsi yang berbeda-beda dan sering menimbulkan prasangka yang tidak baik
(Ratri, 2009). Biasanya dengan adanya prasangka negatif pihak pelaku cenderung
mengambil jarak sosial terhadap pihak yang menjadi sasaran prasangka tersebut.
Semakin besar dan lama pengambilan jarak sosial yang dilakukan semakin
mengakumulasikan benihbenih relasi sosial yang tidak harmonis (Widiyatmadi,
1999).
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif karena data yang dikumpulkan berupa data
kuantitatif yang akan diolah dengan teknik statistik (Yusuf, 2005). Dalam
penelitian ini variabel independen (variabel X) adalah prasangka, sedangkan
yang dijadikan variabel dependen (variabel Y) adalah jarak sosial.
Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat laki-laki dan perempuan di Kota Bukittinggi. Sampel dari penelitian
ini yaitu menggunakan teknik sampel random, yaitu teknik sampel dilakukan
dengan jalan memberikan kemungkinan yang sama bagi individu yang menjadi
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian, teknik ini
menerapkan azas tanpa pilih-pilih. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data di lapangan dalam intrumen penelitian ini adalah 1) skala jarak sosial
bogardus untuk mengungkap jarak sosial masyarakat, dan 2) skala likert untuk
mengungkap prasangka masyarakat.
HASIL
DAN BAHASAN
Hasil
Deskripsi data dalam penelitian ini
terdiri dari dua bagian, yaitu rerata empiris dan rerata hipotetik penelitian
yang diperoleh melalui skala prasangka dan skala jarak sosial yang dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel
7
Rerata
Hipotetik dan Rerata Empiris Prasangka dan Jarak Sosial
Variabel
|
Skor
hipotetik
|
Skor
Empiris
|
||||||
Min
|
Max
|
Mean
|
SD
|
Min
|
Max
|
Mean
|
SD
|
|
Prasangka
|
35
|
140
|
87,5
|
17,5
|
67
|
124
|
82,63
|
16,83
|
Jarak
Sosial
|
0
|
26
|
13
|
4,3
|
0
|
13
|
7,72
|
3,36
|
Pada data diatas didapatkan mean empirik
skala prasangka lebih besar dari mean hipotetiknya (μe = 92.63 > μh = 87.5).
Hal ini berarti menunjukkan bahwa secara umum skor prasangka tinggi. Demikian
pula terlihat pada variabel jarak sosial bahwa mean empiriknya lebih kecil dari
mean hipotetiknya (μe = 7.72>μh = 13). Hal tersebut menunjukkan bahwa secara
umum skor jarak sosialnya rendah.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah data variabel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
normalitas sebaran data adalah jika p > 0.05 sebaran dikatakan normal atau
jika p < 0.05 maka sebaran dianggap tidak normal. Berikut tabel uji
normalitas sebaran variable prasangka dan jarak sosial.
Tabel
12
Hasil
Uji Normalitas Sebaran Variabel Prasangka dan Jarak Sosial
Variabel
|
SD
|
Mean
|
K-SZ
|
Asym sig (2-tailed)
|
Ket
|
Prasangka
|
16,83
|
92,63
|
1,484
|
0,024
|
Normal
|
Jarak Sosial
|
3,36
|
7,72
|
0,877
|
0,425
|
Normal
|
Hasil dari uji normalitas sebaran variabel
prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar pengendara diperoleh nilai K-SZ
= 1.484 dan p = 0.024 (0.024 > 0.05 ), sedangkan pada variabel jarak sosial
diperoleh nilai K-SZ = 0,877 dan p = 0.425 (0.425 > 0.05). Pada nilai uji
linieritas dari prasangka dan jarak sosial terhadap muslimah bercadar
didapatkan nilai sebesar F = 85,34 yang memiliki p = 0,001 (p < 0,05),
dengan demikian berarti linieritas dalam penelitian ini dapat terpenuhi.
Kemudian hasil uji hipotesis penelitian
dengan product moment berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa koefisien
korelasi prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak sosial
adalah sebesar r = 0.714 dengan p = 0.000 (p < 0.05), ini berarti hipotesis
diterima.
Bahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh, terdapat korelasi yang positif antara prasangka masyarakat terhadap
muslimah bercadar dengan jarak sosial, terlihat dari nilai r = 0.714 dan p =
0.000 (p < 0.05). artinya semakin tinggi prasangka masyarakat maka semakin
tinggi jarak sosial yang ditimbulkan masyarakat, begitu juga sebaliknya. Hal
ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sears dkk, (1994), bahwa
pada umumnya prasangka hadir dalam kondisi dimana jarak sosial yang ada
diantara berbagai kolompok tersebut cukup rendah.
Dalam hal ini Baron dan Graziano (1991)
mendefinisikan prasangka sebagai suatu sikap negatif terhadap kelompok sosial
tertentu, dimana prasangka merupakan aspek penting dalam hubungan antar kelompok.
Salah satu faktor prasangka yang berpengaruh besar yaitu Individual
differences, yaitu perbedaan faktor kepribadian seseorang. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dilihat dari perbedaan jenis kelamin didapatkan bahwa pada
umumnya subjek yang berjenis kelamin wanita prasangka dan jarak sosialnya lebih
tinggi dibandingkan dengan prasangka dan jarak sosial subjek yang berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya jenis kelamin
memberikan hasil yang berbeda dalam melihat bagaimana seseorang berprasangka
dan melakukan hubungan sosial.
Dalam konteks sosial, keberadaan perempuan
bercadar masih belum dapat diterima secara penuh oleh masyarakat penggunaan
cadar yang dilakukan oleh para perempuan tersebut dianggap mengganggu proses
hubungan antar pribadi dalam bermasyarakat.
Jika dilihat melalui kategorisasi aspek
prasangka didapatkan bahwa prasangka negatif tertinggi terletak pada aspek
afektif, yaitu aspek ini melibatkan perasaan atau emosi (negatif), dimana
menurut Azwar (2003) reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan (apa
yang dipercayai) sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek tertentu,
sehingga pada aspek ini terdapat sekitar 47 orang yang memiliki skor negatif
terhadap muslimah bercadar. Pada aspek-aspek lain juga didominasi oleh
prasangka negatif yang lebih tinggi dibandingkan prasangka positif, seperti
pada aspek kognitif sebanyak 46 orang subjek dan pada aspek konatif sebanyak 42
orang subjek. Ketiga aspek tersebut memberi gambaran bahwa prasangka negatif
lebih mendominasi dari prasangka positif dari setiap aspeknya., artinya
pandangan serta sikap masyarakat terhadap muslimah bercadar memiliki nilai
prasangka yang tinggi dalam kategori negatif.
Pada aspek-aspek jarak sosial dapat
dilihat bahwa hubungan masyarakat dengan muslimah bercadar dari setiap aspeknya
bervariasi, mulai dari hubungan yang sangat dekat sampai hubungan yang sangat
jauh, dimana menurut Walgito (2011) seorang individu dapat melihat bagaimana
hubungannya dengan orang lain, ada individu yang lekat hubungannya, namun ada
juga individu yang kurang lekat hubungannya. Pada aspek relasi antar pribadi
didapatkan bahwa jarak sosial masyarakat terletak pada kategori tinggi, hal ini
berarti masyarakat memiliki hubungan jauh atau kurang lekat dengan muslimah
bercadar. Sedangkan pada aspek relasi ditempat tinggal didapatkan bahwa jarak
sosial masyarakat terletak pada kategori sedang, hal ini berarti sebagian
masyarakat memiliki hubungan yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh
dengan muslimah bercadar, selanjutnya pada aspek relasi dilingkungan masyarakat
didapatkan bahwa jarak sosial masyarakat terletak kategori sangat rendah,
artinya sebagian masyarakat bersedia bergabung dengan muslimah bercadar dalam
suatu kegiatan tertentu, jarak sosial antara masyarakat dengan muslimah
bercadar pada aspek ini digolongkan rendah karena masyarakat taraf kedekatan
hubungan mereka tidak terlalu jauh dan memiliki indikasi kedekatan khusus
dengan muslimah bercadar pada kegiatan tertentu.
Melalui aspek-aspek jarak sosial tersebut
kita menemukan bahwa hubungan masyarakat dengan muslimah masyarakat ditentukan
oleh sejauh mana proses interaksi yang terjadi antara mereka, sehingga dapat
dilihat sejauh mana kedekatan masyarakat dengan muslimah bercadar mulai dari
hubungan yang intim sampai pada hubungan yang kurang intim sesuai dengan aspek
jarak sosial yang telah diuraikan. Maka didapatkan hasil bahwa jarak sosial
masyarakat yang tinggi terletak pada aspek relasi antar pribadi, hal ini
berarti masyarakat memiliki hubungan sosial yang jauh dengan muslimah bercadar.
Dari kedua variabel tersebut didapatkan
hasil yang signifikan yaitu bahwa prasangka masyarakat terhadap muslimah
bercadar dengan jarak sosial pada dasarnya memiliki efek berbeda dalam skor
penilaiannya, dimana masing-masing variabel saling mempengaruhi satu sama lain.
Skor yang dihasilkan memperlihatkan korelasi yang positif, dengan tingginya
prasangka masyarakat yang dikategorikan negatif, maka jarak sosial masarakat
juga semakin jauh, hal ini sanada dengan penelitian sebelumnnya yang dilakukan
oleh Corrigan (2001) yang memperlihatkan korelasi positif terhadap kedua
variabel tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang telah
diungkapkan oleh para ahli tentunya berkaitan dengan hasil penelitian yang
telah peneliti teliti. Bahwa pada dasarnya semakin besar prasangka yang timbul,
maka semakin besar jarak sosial yang terjadi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut ; 1) Secara umum prasangka masyarakat
terhadap muslimah bercadar tinggi, artinya masyarakat memiliki pandangan
negatif dengan kelompok muslimah, 2) jarak sosial masyarakat berada pada
kategori sedang yaitu masyarakat memiliki indikasi kedekatan yang kurang intim
dengan muslimah bercadar, hubungan masyarakat dengan muslimah bercadar hanya
berkisar pada kegiatan-kegiatan tertentu, 3) Terdapat hubungan yang positif
antara prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak sosial
dengan koefisien korelasi sebesar r = 0.714 dengan p = 0.000 (p < 0.05). Hal
ini berarti semakin tinggi prasangka maka semakin tinggi pula tingkat jarak
sosial masyarakat.
Daftar
Pustaka
Azwar, S. (2003). Sikap manusia: Teori dan
pengukurannya.Edisi 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, & Byrne, (2004). Psikologi
Sosial 2. Jakarta: Erlangga.
Baron, Robert M. & Graziano, William
G. (1991). Social psychology. USA : Holt,Rinehart & Winston, Inc.
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Corrigan, P, W. dkk. (2001). Prejudice,
Social Distance, and Familiarity with Mental Illness. Schizophrenia Bulletin,
27 (2).
Henslin, James M. (2006). Sosiologi Dengan
Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Heru, P., dkk. (2010). Identitas Perempuan
Indonesia: Status, Pergeseran Relasi Gender, dan Perjuangan Ekonomi Politik.
Depok: Desantara Foundation.
Jang, H., dkk. (2012). Factors Affecting
Public Prejudice and Social Distance on Mental Illness: Analysis of Contextual
Effect by Multi-level analysis. Journal of Preventive Medicine and Public
Health,45 (2), 90-97.
Pengoreksi
Triana Firdatus Sholekhah
16040254008
Saran:
1. Sebaiknya dalam penulisan setiap
paragraf kalimat utama diketik secara menjorok, agar pembaca tahu bahwa itu merupakan
sebuah paragraf.
2. Tidak ada ilustrasi yang
mendukung, sehingga kurang menarik
pembaca.
Tanggal pemberi tugas : 20 Maret 2018
Tanggal pengembalian tugas : 20 maret 2018
0 comments:
Post a Comment