Penalaran Induktif Sebagai
Bentuk Transformasi Dari Penalaran Deduktif yang Belum Tentu Dapat Diandalkan
A'YUN IMAMA ANNISA
1604024014
Tema : Penalaran Induktif
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
Penulis : A'yun Imama Annisa, laila Achadiah, Abdul Samik
Abstrak
Sebelum
terdapat penalaran induktif telah ada penalaran deduktif terlebih dahulu yang
memiliki cara berpikir bertolak belakang dari pernyataan yang bersifat umum (premis
mayor) untuk menarik simpulan yang bersifat khusus (premis minor). Jadi simpulan
yang diambil hanya benar bilamana kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik
kesimpulannya juga benar. Jika salah satu dari ketiga hal tersebut salah maka
simpulan yang diambil juga salah atau tidak benar . Metode ini menurut
Aristoteles (384-332SM) merupakan perkembangan pola pikit dalam memperoleh kebenaran
berdasarkan logika. Mengapa penalaran deduktif perlu di transformasi menjadi
penalaran induktif? Karena permasalahan utama dalam penalaran deduktif adalah
kesulitan untuk menilai kebenaran premis premis yang digunakan sebagai akibat
dari penalaran yang bersifat abstrak, lepas dari pengalaman sehingga tidak
mungkin dapat diamati dengan panca indera. Dan juga sulit untuk menerapkan
konsep rasional pada kehidupan praktis . Oleh karena itu perlu dilakukan
transformasi dari penalaran deduktif kearah penalaran induktif yang merupakan
pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkrit. Tetapi belum tentu pula
bahwa penalaran induktif dapat diandalkan
Pengetahuan
sebagai hasil berpikir binatang tidak memungkinkan untuk memperkirakan suatu
peristiwa, mengatasi lingkup permasalahan, serta memberi solusi terhadap
permasalahan suatu peristiwa. Mereka mampu melakukan dan unggul mengantisispasi
suatu peristiwa dengan cara penyelematan diri, itu pun jauh dari sebelum
manusia mengenal teknologi.
Cara berpikir manusia tersebut detailnya lebih menspesifikan perbedaan yang jauh antara manusia dengan binatang.Manusia mampu berpikir secara runtut, logis, dan analitis serta mengembangkannya melalui hasil kebudayaan mereka (bahasa).
Cara berpikir manusia tersebut detailnya lebih menspesifikan perbedaan yang jauh antara manusia dengan binatang.Manusia mampu berpikir secara runtut, logis, dan analitis serta mengembangkannya melalui hasil kebudayaan mereka (bahasa).
Pengkajian cara berpikir manusia tersebut didasarkan atas dua hal. Pertama, hal-hal atau peristiwa yang sudah diketahui secara umum mereka runut kembali kepada halhal yang bersifat khusus, kemudian memberikan penyimpulan kepada hal-hal tersebut sehingga dikenal dengan cara berpikir deduktif. Kedua, hal-hal yang khusus dan terjadi di kehidupan mereka dirunut dan dikaitkan kepada hal-hal yang bersifat umum, kemudian disimpulkan sehingga menjadi pengetahuan baru yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga dikenal dengan cara berpikir induktif.
Kedua cara berpikir tersebut tidak mungkin dapat berkembang tanpa bahasa sebagai sarana berpikir.Cara berpikir deduktif dan induktif dikembangkan manusia melalui bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis dibubuhkan ke dalam lambang ortografi yang dapat dipahami bentuk dan maknanya. Bahasa tulis yang dimaksud lebih dikenal dalam bentuk teks, bacaan, atau wacana. Sementara itu, bahasa lisan dipaparkan dalam bentuk pesan suara. Bahasa lisan dapat berbentuk ceramah, presentasi, dan sebagainya. Pengetahuan dan pengidentifikasian cara berpikir deduktif dan induktif(penentuan paparan/kalimat umum/utama/pokok dan paparan/kalimat khusus/penjelas/jabaran) lebih populer pada bahasa tulis. Hal ini dapat dibuktikan pada kurikulum-kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia, buku, dan lembar kerja siswa yang jarang ditemukan bahasan cara berpikir deduktif dan induktif dalam berbahasa lisan.
Adapun
yang mengatakan bahwa bahasa tulis merupakan rekaman dari bahasa lisan, teks
atau bacaan menjadi pusat cara berpikir deduktif dan induktif.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala gejala yang bersifat khusus. Metode induktif merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan simpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atas eksperimentasi yang di peroleh.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala gejala yang bersifat khusus. Metode induktif merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan simpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atas eksperimentasi yang di peroleh.
Menurut
Santrock (2010) penalaran (reasoning) adalah pemikiran logis yang menggunakan
logika induksi dan deduksi untuk menghasilkan kesimpulan. Ada beberapa tipe
dalam penalaran matematika, dua di antaranya yaitu penalaran deduktif dan
induktif. Penalaran deduktif adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari
halhal yang umum ke hal-hal yang khusus. Sedang penalaran induktif adalah
suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum berdasar hal-hal khusus yang telah diketahui benar.
Model Klauer (Christou dan Papageorgiou, 2006) mengelompokkan tiga kelas kesamaan (similarity), ketidaksamaan (dissimilarity), dan ketidaksamaan dan kesamaan (dissimilarity and similarity) dari penalaran induktif meliputi atribut generalisasi (generalization), perbedaan (discrimination), dan klasifikasi silang (cross clasification). Model Klauer ini dikritik oleh Christou dan Papageorgiou (2006: 57)
Pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata memiliki kelemahan, maka
muncul pandangan lain berdasarkan pengalaman konkrit. Paham empirisme menganggap
bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang langsung diperoleh dari
pengalaman konkrit.
Menurut
paham empirisme, gejala alam bersifat konkrit dan dapat ditangkap pancaindera
manusia. Dengan panca indera, manusia berhasil mengumpulkan sangat banyak
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan ini belum dapat disebut ilmu pengetahuan yang
disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya. Untuk itu
diperlukan penalaran yang dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih
kompleks.
Dari
pengalaman secara sistematis dan kritis atas gejala alam akan diperoleh
pengetahuan tentang gejala alam tersebut mungkin akan terlihat adanya
karakteristik tertentu, adanya kesamaan, adanya ulangan, dan adanya keteraturan
dalam pola pola tertentu .
Sehingga
akan dapat ditarik generalisasi dari berbagai kasus yang terjadi. Penganut empirisme
menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif
Contoh
kucing bernafas, kambing bernafas, sapi, kuda, harimau juga bernafas maka dapat
disimpulkan bahwa semua hewan brnafas.
Namun
kumpulan fakta berdasarkan penalaran induktif belum tentu bersifat konsisten
bahkan mungkin bersifat kontradiktif. Juga fakta yang berkaitan belum menjamin
tersusunnya pengetahuan yang sistematis karena kelemahan pancaindera. Misalnya dari
hasil pengamatan terdapat anak anak yang berprestasi tinggi dibeberapa sekolah
menunjukkan bahwa semuanya berhidung mancung. Belum tentu Ada hubungan antara
hidung mancung dengan hasil prestasi tinggi. Disamping itu masih ada kesulitan
dalam pengalaman itu . Mungkin stimulus panca indra, mungkin juga persepsi.
Simpulan : Dari uraian diatas bahwa pengetahuan yang
diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena
bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang
diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena
kelemahan pancaindera. Karena itu kumpulan pengetahuan yang diperoleh belum
dapat disebut ilmu pengetahuan
Referensi
Referensi
FMIPA
TIM.2007.Sains dasar.Surabaya:Unesa University
Izhar.2016.Mengidentifikasi
Cara Berpikir Deduktif dan Induktif Dalam
Teks Bacaan Melalui Pengetahuan Konteks dan Referensi Pragmatik.Jurnal
pesona.volume 2:63-73
Rochmad.2006.Proses
Berpikir Induktif dan Deduktif dalam Mempelajari Matematika .Jurnal pendidikan.Volume
4: 107-117
Nike
Theresia Maria.2015.Penalaran Deduktif dan Induktif Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Trigonometri Ditinjau Dari Tingkat IQ.Jurnal Apotema.Volume 1: hal 67-75
Nama reviewer : Laila Achadiah 16040254015
Tanggal di kirim : 16 Maret 2018
Tanggal dikembalikan : 18 Maret 2018
Saran : ulasan yang telah dipaparkan
sudah bagus hanya saja akan lebih baik jika jurnal yang digunakan sebagai referensi
bisa lebih banyak agar informasi bisa lebih lengkap .
0 comments:
Post a Comment