Dimas Anggie Lorenza, Amirotu Dinia,
Samik, S. Si. M. Si
Abstrak :
Informasi merupakan unsur pokok
yang secara implisit melekat dalam konsep pembangunan yang terencana. Meskipun
peranan informasi dalam beberapa dekade kurang mendapat perhatian, namun
sesungguhnya kebutuhan akan informasi dan komunikasi itu merupakan hal yang
tidak kalah pentingnya dari kebutuhan sandang dan pangan manusia. Kegiatan
pembangunan manapun juga hanya dapat berlangsung dan mencapai sasaran bila dalam
setiap tahapannya –perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan- didasarkan pada
informasi yang memadai. Informasi memang diperoleh melalui kegiatan komunikasi
tetapi yang sesungguhnya yang menentukan nilai komunikasi adalah informasi yang
dibawa. Revolusi informasi, biasanya difahami sebagai Perubahan yang dihasilkan
oleh teknologi informasi. Dua bentuk teknologi komunikasi manusia yang
terpenting adalah teknologi untuk menyalurkan informasi dan sistem komputer
modern untuk memprosesnya. Dikatakan revolusi karena dapat memberikan Perubahan
yang amat cepat dalam kehidupan manusia. Hal yang mendasar dari teknologi
komunikasi dan informasi adalah standar. Sementara itu, perkembangan jaringan
amat membutuhkan sebuah standar sistem operasional. Ketika seseorang menggunakan
jaringan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka sesungguhnya dia secara
tidak langsung membutuhkan sistem yang kompatibel antara satu dengan lainnya..
Keterikatan antara standar, jaringan dan sistem ibarat perekat dalam menunjang
komunikasi bersama. Teknologi memang dapat memberi berbagai dampak positif dan
negatif, tetapi dengan pemahaman yang paripurna terkait problematika dan
dinamika teknologi yang berkembang, maka setiap individu dan masyarakat yang
ada di sebuah Negara akan menjadi Penguasa teknologi dan bukan sebaliknya
menjadi masyarakat yang dikuasai dan dikendalikan oleh teknologi.
Isi Pembahasan :
Pengertian sistem komunikasi adalah perangkat
komunikasi yang saling terkait satu dengan yang lain dan berfungsi untuk
memindahkan , memberikan atau membagi informasi kepada pihak pihak yang saling
berkaitan.
Era Informasi sebagai Revolusi
Komunikasi
Staubhaar
dan La Rose membagi peradaban menjadi empat, yakni preagriculture, agriculture,
industrial dan information. Dalam The Third Wave, Alfin
Toffler membagi peradaban dunia ke dalam tiga gelombang; Pertanian,
Industrialisasi dan Informasi. Soedjatmoko menjelaskannya sebagai berikut :
Pada gelombang pertama,
manusia masih dikuasai atau sangat tergantung dari alam dan karena itu
sosiologi agama mencatat bahwa kekuatan sosial yang dominan ialah agama, sedang
kekayaan diukur dari lahan atau tanah yang dikuasai dan digarap sebagai tempat
bercocok tanam. Para brahmana, ulama dan pendeta mempunyai fungsi dominan dalam
struktur dan sistem sosial. Masyarakat awam sangat patuh terhadap pemuka agama
karena dianggap mewakili kekuatan supranatural dewa dan atau Tuhan di muka
bumi.
Metodologi
peperangan pada era gelombang pertanian ialah penguasaan lahan dengan senjata
konvensional mulai dari senjata tajam sampai benteng seperti Tembok Besar Cina
tujuannya penguasaan teritorial secara fisik dan tradisional. Penguasa politik,
kaisar, firaun, raja, sultan, sunan, bahkan kepala suku selalu mengidentikkan
diri sebagai wakil Dewa Langit atau Tuhan untuk mengukuhkan legitimasi mereka
walaupun dalam praktek mereka menjadi raja melalui kekerasan berdarah
menggulingkan tahta pendahulu mereka atau melanjutkan sebagai keturunan
penguasa yang sudah mapan. Era ini akan dikenal dengan era personifikasi raja
dan penguasa sebagai simbol atau eksistensi negara itu sendiri sebagaimana
disemboyankan oleh Louis XIV dengan kata bersayapnya l’ etat cestmoi, negara
adalah saya.
Konvensi
gelombang pertama ini berlangsung merata di seluruh bumi dan dialami oleh
imperium Indian Amerika Latin dari peradaban Inca, Maya dan Aztec, imperium
Mesir, Asiria dan Babylonia, imperium Hindu dan imperium Cina, Mongol bahkan
sampai imperium Sriwijaya dan Majapahit. Hegemoni agama dan penguasa politik
merupakan simbiose Eropa abad pertengahan hingga datangnya era reformasi oleh
Martin Luther. Reformasi, Renaissance, menjungkirbalikkan absolutisme agama dan
monarki dan mulaimemperkenalkan pluralisme masyarakat. Perubahan di bidang cara
berfikir, filsafat, rasionalisme dan pluralisme masyarakat telah menimbulkan
iklim subur untuk revolusi di bidang iptek sebagai cikal bakal revolusi
industri.
Pada era industrial,
maka nation state mulai berperan secara dominan
menggeser fungsi agama. Jika di masa pertanian, masyarakat bisa pasif saja
menunggu panen, maka pada era industrialisasi, tenaga kerja harus dimobilisasi,
dimotivasi, didisiplinkan untuk mengikuti metode dan ritme kerja yang berbeda
dari era pertanian. Kekayaan mulai bergeser dari lahan atau tanah menjadi modal
atau kapital yang bisa membeli atau membuat mesin dan mendirikan pabrik untuk
menghasilkan produk manufaktur dari komoditi pertanian dan pertambangan atau
komoditi primer lain yang diberi nilai tambah oleh mesin dan iptek menjadi
produk bermanfaat untuk konsumen. Pada era ini, industri manufaktur menjadi hal
yang amat sentral.
Negara dan ideologi tampil
sebagai organizing principal, walaupun agama dan suku serta
ikatan primordial lain masih tetap menggejala karena warisan turun-temurun
selama belasan millenium. Sasaran yang ingin dikuasai dalam era ini tidak perlu
penguasaan fisik lahan, tapi penguasaan aset industri. Persenjataan modern
berupa kapal perang, rudal dan kompleks industri dipakai untuk melindungi dan
atau mendukung nation states dalam kompetisi global antar nation states.
Pada gelombang ketiga,
yakni era informasi, corporation dan
pasar menjadi kekuatan yang menonjol dan naik daun walaupun peranan agama dan
negara masih tetap eksis berdampingan tapi keduanya dalam kondisi declining, sedang kekuatan korporasi dan market dalam
proses pasang naik.
Produk
yang diperebutkan ialah jasa dan informasi, kekayaan diukur dari akses terhadap
informasi dan perkantoran menjadi tempat mata pencaharian. Dari kawasan
industri atau pabrik ke gedung perkantoran yang mengendalikan pabrik melalui
sistem informasi komputer canggih. Metodologi persaingan dan penguasaan juga
bergeser, karena tidak perlu lagi menguasai lahan atau aset fisik, melainkan
penguasaan persepsi melalui komputer, media, chips dan informasi atau
disinformasi. Pada era ini, informasi menjadi hal yang sangat penting dan
sentral sebagaimana industri manufaktur pada era industri.
Pada
era ini teknologi komunikasi muncul dan berkembang dengan cepat. Seluruh
jaringan komputer, elektronika, komunikasi dan informasi bersatu. Pertukaran
informasi di antara penduduk dunia berlangsung dengan cepat dan dalam jumlah
yang banyak. Alternatif yang tersedia sangat beragam. Setiap individu memiliki
akses terhadap informasi global. Informasi merupakan komoditi utama yang
dipertukarkan dan diperjualbelikan.
Kesimpulannya,
menurut Toffler (1980), sejarah peradaban manusia dibagi dalam tiga gelombang.
Pada gelombang pertama manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian.
Pada gelombang kedua manusia mengembangkan sektor kehidupan dalam bidang
industri dan gelombang ketiga manusia mengembangkan teknologi dalam bidang
transportasi, komunikasi dan informasi (Alisjahbana, Kompas, 1 Januari 2000).
Apabila sumber daya alam pada zaman pertanian dan modal pada zaman industri
menjadi sumber kekayaan, maka pada era global dewasa ini, informasilah yang
menjadi sumber kekayaan.
Revolusi
komunikasi juga menyebabkan lahirnya kelas. Hal ini terjadi saat masayrakat
tidak memiiki informasi serta kemampuan dalam mengakses serta menggunakan
teknologi komputer. Bahkan muncul paradoks yang menyatakan bahwa saat sebagian
masyarakat menikmati perkembangan teknologi informasi yang memudahkan mereka,
sebagian masyarakat lain bahkan tidak mampu menggunakannya, seperti masyarakat
desa dan pedalaman misalnya.
Pada
akhirnya kurangnya skill yang sangat dibutuhkan dalam era baru komunikasi ini,
akan membuat sebagian masyarakat terpinggirkan. Dalam dunia kerja. Mereka tidak
dapat bersaing dengan kandidat lainnya karena dibutuhkan kemampuan penggunaan
komputer.
Ketimpangan
ini jelas sekali terlihat dalam tatanan masyarakat Indonesia yang pluralis
serta kesejahteraannya tidak merata. Masyarakat perkotaan terus mengikuti
kemajuan, sementara masyarakat desa tetap tidak berkembang. Akibatnya,
pengangguran dimana-mana, arus urbanisasi semakin besar, kemiskinan pun tidak
dapat dielakkan.
Namun,
revolusi komunikasi ini disisi lain juga memiliki dampak positif. Misalnya,
teknologi komunikasi bisa meningkatkan fasilitas kesehatan dalam dunia
kedokteran, yakni meningkatkan teknik pencitraan. Contoh lain, teknologi bisa
membantu orang yang kurang pendengarannya dengan alat bantu dengar, untuk
mendapatkan komunikasi yang lebih baik dengan dunia disekitarnya.
Dampak Positif
Pesatnya
perkembangan media digital secara nyata akan membawa suatu pola pikir, sikap
dan tindakan / prilaku bagi setiap individu. Dalam wacana praktis, perubahan
tersebut paling tidak akan membawa individu ke dalam pola hidup yang menurutnya
efektif dan efesien. Alasan dasar inilah bagi para kaum kosmopolitan bahwa
perkembangan media digital merupakan media pencerah peradaban yang lebih maju.
Dampak Negatif
Bagi
cara pandang kaum fundamental akan sangat berbeda dengan kaum kosmopolitan.
Mereka menganggap pesatnya pekembangan media digital sebagai salah satu faktor
yang dapat mengaakibatkan perbenturan budaya. Dalam pandangan Mark Slouka, ini
seperti sebuah paradoks. Di satu pihak, media digital dapat membuka cakrawala
dunia yang sangat menjanjikan yang kaya warna, kaya nuansa, kaya citra, namun
disisi lain ini akan menjadi sebuah dunia yang seakan-akan tanpa kendali.
http://image.slidesharecdn.com/
Setiap melalui
perkembangan komunikasi semakin memudahkan seseorang berinteraksi dengan orang
lain meskipun terpisahkan oleh jarak.
Beberapa
kemajuan komunikasi pada zaman sekarang.
Kesimpulan :
Komunikasi
merupakan basic social process dalam kehidupan manusia. Satu hal yang sangat
fundamental dan sangat diperlukan dalam kehidupan setiap manusia. Tanpa
komunikasi manusia tidak dapat berinteraksi dengan sesamanya dan tidak akan
berkembang. Fenomena inilah yang membuat komunikasi terus mengalami perubahan
dan perkembangan. Perkembangan dan perubahan ini bisa saja berjalan dengan
pelan, tetapi ada yang berjalan berjalan sangat cepat karena adanya
pertentangan antara paradigma yang terdahulu dengan paradigma yang baru muncul
dan sering disebut dengan revolusi. Beberapa ahli berpendapat bahwa revolusi
yang terjadi adalah revolusi teknologi komunikasi. Tetapi sebetulnya, tidak
akan pernah ada revolusi teknologi komunikasi tanpa ada revolusi ilrnu
komunikasi. Karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dan saling mendukung.
Di
satu sisi revolusi ilmu komunikasi membawa dampak pada perkembangan ilmu
komunikasi itu sendiri dan sekaligus menjadi dasar bagi revolusi teknologi
komunikasi, tetapi di sisi!yang lain revolusi dalam dua perspektif ini membawa
pengaruh yang tidak diinginkan. Pengaruh globalisasi misalnya, yang membawa
pengaruh budaya luar yang seringkali tidak kembali pada prinsip bahwa
komunikasi sebagai basic social process dalam kehidupan
manusia,
maka baik revolusi ilmu komunikasi maupoun revolusi teknologi komunikasi
diharapkan dapat membawa dampak yang positif dalam kehidupan manusia.
Referensi :
Pertekom.2010.http://pertekomb.blogspot.co.id/2010/10/dampak-revolusi-komunikasi.html.13
Maret 2018.
Lela.2010.http://putrilele.blogspot.co.id/2010/10/dampak-positif-dan-negatif-dari-sistem.html.13
Maret 2018.
imultidimensi.2017.https://imultidimensi.wordpress.com/2010/07/20/teknologi-komunikasi-sebuah-revolusi-1/.13
Maret 2018.
TIM
FMIPA UNESA.2012. SAINS DASAR.Surabaya : Unesa university press
0 comments:
Post a Comment