Pages

Wednesday, March 21, 2018

Perkembangan dan Dampak Revolusi Komunikasi Dan Sistem Informasi



Dimas Anggie Lorenza, Amirotu Dinia, Samik, S. Si. M. Si


Abstrak :
Informasi merupakan unsur pokok yang secara implisit melekat dalam konsep pembangunan yang terencana. Meskipun peranan informasi dalam beberapa dekade kurang mendapat perhatian, namun sesungguhnya kebutuhan akan informasi dan komunikasi itu merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dari kebutuhan sandang dan pangan manusia. Kegiatan pembangunan manapun juga hanya dapat berlangsung dan mencapai sasaran bila dalam setiap tahapannya –perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan- didasarkan pada informasi yang memadai. Informasi memang diperoleh melalui kegiatan komunikasi tetapi yang sesungguhnya yang menentukan nilai komunikasi adalah informasi yang dibawa. Revolusi informasi, biasanya difahami sebagai Perubahan yang dihasilkan oleh teknologi informasi. Dua bentuk teknologi komunikasi manusia yang terpenting adalah teknologi untuk menyalurkan informasi dan sistem komputer modern untuk memprosesnya. Dikatakan revolusi karena dapat memberikan Perubahan yang amat cepat dalam kehidupan manusia. Hal yang mendasar dari teknologi komunikasi dan informasi adalah standar. Sementara itu, perkembangan jaringan amat membutuhkan sebuah standar sistem operasional. Ketika seseorang menggunakan jaringan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka sesungguhnya dia secara tidak langsung membutuhkan sistem yang kompatibel antara satu dengan lainnya.. Keterikatan antara standar, jaringan dan sistem ibarat perekat dalam menunjang komunikasi bersama. Teknologi memang dapat memberi berbagai dampak positif dan negatif, tetapi dengan pemahaman yang paripurna terkait problematika dan dinamika teknologi yang berkembang, maka setiap individu dan masyarakat yang ada di sebuah Negara akan menjadi Penguasa teknologi dan bukan sebaliknya menjadi masyarakat yang dikuasai dan dikendalikan oleh teknologi.

Isi Pembahasan :
Pengertian sistem komunikasi adalah perangkat komunikasi yang saling terkait satu dengan yang lain dan berfungsi untuk memindahkan , memberikan atau membagi informasi kepada pihak pihak yang saling berkaitan.

Era Informasi sebagai Revolusi Komunikasi
Staubhaar dan La Rose membagi peradaban menjadi empat, yakni preagriculture, agriculture, industrial dan information. Dalam The Third Wave, Alfin Toffler membagi peradaban dunia ke dalam tiga gelombang; Pertanian, Industrialisasi dan Informasi. Soedjatmoko menjelaskannya sebagai berikut :

Pada gelombang pertama, manusia masih dikuasai atau sangat tergantung dari alam dan karena itu sosiologi agama mencatat bahwa kekuatan sosial yang dominan ialah agama, sedang kekayaan diukur dari lahan atau tanah yang dikuasai dan digarap sebagai tempat bercocok tanam. Para brahmana, ulama dan pendeta mempunyai fungsi dominan dalam struktur dan sistem sosial. Masyarakat awam sangat patuh terhadap pemuka agama karena dianggap mewakili kekuatan supranatural dewa dan atau Tuhan di muka bumi.
Metodologi peperangan pada era gelombang pertanian ialah penguasaan lahan dengan senjata konvensional mulai dari senjata tajam sampai benteng seperti Tembok Besar Cina tujuannya penguasaan teritorial secara fisik dan tradisional. Penguasa politik, kaisar, firaun, raja, sultan, sunan, bahkan kepala suku selalu mengidentikkan diri sebagai wakil Dewa Langit atau Tuhan untuk mengukuhkan legitimasi mereka walaupun dalam praktek mereka menjadi raja melalui kekerasan berdarah menggulingkan tahta pendahulu mereka atau melanjutkan sebagai keturunan penguasa yang sudah mapan. Era ini akan dikenal dengan era personifikasi raja dan penguasa sebagai simbol atau eksistensi negara itu sendiri sebagaimana disemboyankan oleh Louis XIV dengan kata bersayapnya l’ etat cestmoi, negara adalah saya.
Konvensi gelombang pertama ini berlangsung merata di seluruh bumi dan dialami oleh imperium Indian Amerika Latin dari peradaban Inca, Maya dan Aztec, imperium Mesir, Asiria dan Babylonia, imperium Hindu dan imperium Cina, Mongol bahkan sampai imperium Sriwijaya dan Majapahit. Hegemoni agama dan penguasa politik merupakan simbiose Eropa abad pertengahan hingga datangnya era reformasi oleh Martin Luther. Reformasi, Renaissance, menjungkirbalikkan absolutisme agama dan monarki dan mulaimemperkenalkan pluralisme masyarakat. Perubahan di bidang cara berfikir, filsafat, rasionalisme dan pluralisme masyarakat telah menimbulkan iklim subur untuk revolusi di bidang iptek sebagai cikal bakal revolusi industri.
Pada era industrial, maka nation state mulai berperan secara dominan menggeser fungsi agama. Jika di masa pertanian, masyarakat bisa pasif saja menunggu panen, maka pada era industrialisasi, tenaga kerja harus dimobilisasi, dimotivasi, didisiplinkan untuk mengikuti metode dan ritme kerja yang berbeda dari era pertanian. Kekayaan mulai bergeser dari lahan atau tanah menjadi modal atau kapital yang bisa membeli atau membuat mesin dan mendirikan pabrik untuk menghasilkan produk manufaktur dari komoditi pertanian dan pertambangan atau komoditi primer lain yang diberi nilai tambah oleh mesin dan iptek menjadi produk bermanfaat untuk konsumen. Pada era ini, industri manufaktur menjadi hal yang amat sentral.
Negara dan ideologi tampil sebagai organizing principal, walaupun agama dan suku serta ikatan primordial lain masih tetap menggejala karena warisan turun-temurun selama belasan millenium. Sasaran yang ingin dikuasai dalam era ini tidak perlu penguasaan fisik lahan, tapi penguasaan aset industri. Persenjataan modern berupa kapal perang, rudal dan kompleks industri dipakai untuk melindungi dan atau mendukung nation states dalam kompetisi global antar nation states.

Pada gelombang ketiga, yakni era informasi, corporation dan pasar menjadi kekuatan yang menonjol dan naik daun walaupun peranan agama dan negara masih tetap eksis berdampingan tapi keduanya dalam kondisi declining, sedang kekuatan korporasi dan market dalam proses pasang naik.
Produk yang diperebutkan ialah jasa dan informasi, kekayaan diukur dari akses terhadap informasi dan perkantoran menjadi tempat mata pencaharian. Dari kawasan industri atau pabrik ke gedung perkantoran yang mengendalikan pabrik melalui sistem informasi komputer canggih. Metodologi persaingan dan penguasaan juga bergeser, karena tidak perlu lagi menguasai lahan atau aset fisik, melainkan penguasaan persepsi melalui komputer, media, chips dan informasi atau disinformasi. Pada era ini, informasi menjadi hal yang sangat penting dan sentral sebagaimana industri manufaktur pada era industri.
Pada era ini teknologi komunikasi muncul dan berkembang dengan cepat. Seluruh jaringan komputer, elektronika, komunikasi dan informasi bersatu. Pertukaran informasi di antara penduduk dunia berlangsung dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Alternatif yang tersedia sangat beragam. Setiap individu memiliki akses terhadap informasi global. Informasi merupakan komoditi utama yang dipertukarkan dan diperjualbelikan.
Kesimpulannya, menurut Toffler (1980), sejarah peradaban manusia dibagi dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Pada gelombang kedua manusia mengembangkan sektor kehidupan dalam bidang industri dan gelombang ketiga manusia mengembangkan teknologi dalam bidang transportasi, komunikasi dan informasi (Alisjahbana, Kompas, 1 Januari 2000). Apabila sumber daya alam pada zaman pertanian dan modal pada zaman industri menjadi sumber kekayaan, maka pada era global dewasa ini, informasilah yang menjadi sumber kekayaan.
Revolusi komunikasi juga menyebabkan lahirnya kelas. Hal ini terjadi saat masayrakat tidak memiiki informasi serta kemampuan dalam mengakses serta menggunakan teknologi komputer. Bahkan muncul paradoks yang menyatakan bahwa saat sebagian masyarakat menikmati perkembangan teknologi informasi yang memudahkan mereka, sebagian masyarakat lain bahkan tidak mampu menggunakannya, seperti masyarakat desa dan pedalaman misalnya.
Pada akhirnya kurangnya skill yang sangat dibutuhkan dalam era baru komunikasi ini, akan membuat sebagian masyarakat terpinggirkan. Dalam dunia kerja. Mereka tidak dapat bersaing dengan kandidat lainnya karena dibutuhkan kemampuan penggunaan komputer.
Ketimpangan ini jelas sekali terlihat dalam tatanan masyarakat Indonesia yang pluralis serta kesejahteraannya tidak merata. Masyarakat perkotaan terus mengikuti kemajuan, sementara masyarakat desa tetap tidak berkembang. Akibatnya, pengangguran dimana-mana, arus urbanisasi semakin besar, kemiskinan pun tidak dapat dielakkan.
Namun, revolusi komunikasi ini disisi lain juga memiliki dampak positif. Misalnya, teknologi komunikasi bisa meningkatkan fasilitas kesehatan dalam dunia kedokteran, yakni meningkatkan teknik pencitraan. Contoh lain, teknologi bisa membantu orang yang kurang pendengarannya dengan alat bantu dengar, untuk mendapatkan komunikasi yang lebih baik dengan dunia disekitarnya.
  

Dampak Positif
Pesatnya perkembangan media digital secara nyata akan membawa suatu pola pikir, sikap dan tindakan / prilaku bagi setiap individu. Dalam wacana praktis, perubahan tersebut paling tidak akan membawa individu ke dalam pola hidup yang menurutnya efektif dan efesien. Alasan dasar inilah bagi para kaum kosmopolitan bahwa perkembangan media digital merupakan media pencerah peradaban yang lebih maju.

Dampak Negatif
Bagi cara pandang kaum fundamental akan sangat berbeda dengan kaum kosmopolitan. Mereka menganggap pesatnya pekembangan media digital sebagai salah satu faktor yang dapat mengaakibatkan perbenturan budaya. Dalam pandangan Mark Slouka, ini seperti sebuah paradoks. Di satu pihak, media digital dapat membuka cakrawala dunia yang sangat menjanjikan yang kaya warna, kaya nuansa, kaya citra, namun disisi lain ini akan menjadi sebuah dunia yang seakan-akan tanpa kendali.
http://image.slidesharecdn.com/

Setiap melalui perkembangan komunikasi semakin memudahkan seseorang berinteraksi dengan orang lain meskipun terpisahkan oleh jarak.


Beberapa kemajuan komunikasi pada zaman sekarang.

Kesimpulan :
Komunikasi merupakan basic social process dalam kehidupan manusia. Satu hal yang sangat fundamental dan sangat diperlukan dalam kehidupan setiap manusia. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat berinteraksi dengan sesamanya dan tidak akan berkembang. Fenomena inilah yang membuat komunikasi terus mengalami perubahan dan perkembangan. Perkembangan dan perubahan ini bisa saja berjalan dengan pelan, tetapi ada yang berjalan berjalan sangat cepat karena adanya pertentangan antara paradigma yang terdahulu dengan paradigma yang baru muncul dan sering disebut dengan revolusi. Beberapa ahli berpendapat bahwa revolusi yang terjadi adalah revolusi teknologi komunikasi. Tetapi sebetulnya, tidak akan pernah ada revolusi teknologi komunikasi tanpa ada revolusi ilrnu komunikasi. Karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dan saling mendukung.
Di satu sisi revolusi ilmu komunikasi membawa dampak pada perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri dan sekaligus menjadi dasar bagi revolusi teknologi komunikasi, tetapi di sisi!yang lain revolusi dalam dua perspektif ini membawa pengaruh yang tidak diinginkan. Pengaruh globalisasi misalnya, yang membawa pengaruh budaya luar yang seringkali tidak kembali pada prinsip bahwa komunikasi sebagai basic social process dalam kehidupan
manusia, maka baik revolusi ilmu komunikasi maupoun revolusi teknologi komunikasi diharapkan dapat membawa dampak yang positif dalam kehidupan manusia.



Referensi :



TIM FMIPA UNESA.2012. SAINS DASAR.Surabaya : Unesa university press

0 comments:

Post a Comment