GUNAKAN
TEKNIK KULTUR JARINGAN SEBAGAI WUJUD MENGATASI MENIPISNYA CADANGAN POHON BUMI
Azizah Prianti, Bayu Gunawan, Samik S. Si.,M.Si
ABSTRAK
Menipisnya pohon bukan ulah alam,
namun ini disebabkan ulah manusia yang kurang peduli dengan lingkungan. Teknik kultur
jaringan adalah teknik yang tepat, karena dengan waktu yang singkat dapat
menghasilkan bibit yang unggul dengan cepat dan jumlahnya banyak. Sehingga
dapat menumbuhkan kembali pohon pohon yang tumbang akibat ulah manusia dengan
waktu yang cepat.
ISI
Dikondisi yang
serba cepat saat ini, hampir semua manusia mengejar pekerjaan dan karir
tertentu. Hingga melupakan hal yang sangat sangat penting yaitu oksigen untuk
kelangsungan hidup makhluk hidup, para manusia yang tidak peduli lingkungan
bukannya merawat, justru merusak lingkungan tanpa melihat dampak kedepannya. Manusia
cenderung akan melupakan hal yang masih ada dan akan cemas dan panik ketika
persediaan itu menipis. Dalam hal ini manusia lupa akan menjaga lingkungan,
meskipun pemerintah sudah membuat progam satu jiwa satu pohon, namun progam
tersebut tampaknya belum berjalan. Untuk itu perlu adanya teknik yang dapat
dengan cepat membantu pemerintah untuk mewujudkan indonesia yang hijau dengan
waktu yang cepat. Teknik kultur jaringan adalah teknik yang sangat tepat untuk
mengatasi kondisi yang seperti ini.
Kultur jaringan
merupakan jenis bioteknologi modern. Dalam bioteknologi modern manipulasi tidak
hanya dilakukan pada kondisi lingkungan maupun media tumbuh, tetapi manipulasi
juga dilakukan pada susunan gen dalam kromosom makhluk hidup yang digunakan (
rekayasa genetika). Oleh karena itu bioteknoloogi modern sangat erat dengan
rekayasa genetika. Rekayasa genetika bertujuan menghasilkan organisme
transgenik yakni organisme yang susunan gen dalam kromosomnya telah diubah
sehingga mempunyai sifat menguntungkan sesuai dengan yang dikehendaki. Maka
hasil rekayasa genetika bersifat terarah dan dapat diramalkan sebelumnya.
Seperti pada teknik kloning, bayi tabung, dan lain lain.
Teknik kultur
jaringan merupakan teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif buatan yang
didasarkan pada sifat titipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan adalam menumbuhkan jaringan maupun sel dalam
suatu media buatan secara aseptik. Yang biasanya berupa agar agar yang ditambah
dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Media tersebut
juga dapat ditambah dengan hormon pertumbuhan, misal hormon akusin dan hormon
sitokinin. Hormon auksin yang memicu pertumbuhan akar, sedangkan hormon
sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi media kultur jaringan
tergantung paada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak.
Keungggulan dan manfaat kultur
jaringan
1.
Memperoleh tanaman baru dengan jumlah banyak dan
waktu singkat
2.
Memiliki sifat fisiologi dan morfologi sama
persis dengan induknya
3.
Tanaman baru yang dihasilkan bersifat unggul
4.
Jumlah yang dihasilkan banyak dan tidaka
terbatas
5.
Bibit terhindar dari hama dan penyakit
6.
Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan
mudah
Kekurangan kultur jaringan
1.
Membutuhkan media investasi awal yang cukup
banyak
2.
Perlu membuat fasilitas laboratorium khusus,
peralatan dan perrlengkapan
3.
Diperlukan SDM yang mampu dalam bidangnya
4.
Perlu ketelitian tinggi agar dapat memperoleh
hasil yang maksimal
Bagian tumbuhan
yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering
digunakan merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel- sel yang aktif mrmbelah
seperti ujung akar dan ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada
media kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang belum
terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkat yang
disebut plantlet.
Tahap kultur
jaringan sebagai berikut:
1.
Sterilisasi eksplan/ bagian tumbuhan yangv akan
ditumbuhkan dengan cara merendam eksplan dalam bahan kimia (sterilan) selama
bebrapa menit kemudian dicuci dengan air steril. Sterilisasi bertujuan untuk
membunuh mikroba yang menempel pada eksplan.
2.
Penanaman eksplan pada media kultur yang terbuat
dari agar- agar dan dilengkapi dengan unsur makro dan mikro.
3.
Meletakkan botol yang berisi eksplan dalam
ruangan yang suhu dan penyinarannya terkontrol hingga terbentuk kalus.
4.
Subkultur dilakukan beberapa kali sampai kalus
tumbuh menjadi plantlet.
5.
Plantlet dikeluarkan dari botol dan akarnya
dibersihkan dengan air bersih.
6.
Plantlet ditenam ke dalam pot- pot kecil dan
diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
7.
Apabila planlet sudah tumbuh kuat, tanaman bisa
dipindahkan ke media tanah atau lahan pertanian yang terkena matahari langsung.
KESIMPULAN
Dengan
adanya teknik kultur jaringan yang dapat menghsilkan individu baru dengan
jumlah banyak, sekaligus memiliki sifat yang unggul seperti induknya. Maka
pemerintah dapat menggunkan teknik ini untuk mewujudkan indonesia yang hijau.
Supaya dalam sepuluh atau bahakan seratus tahun kemudian, bumi masih memiliki
cadangan oksigen yang sukup. Sehingga anak cucu kita juga merasakan indahnya
lingkungan yang sejuk dan asri yang didalamnya banyak pepohonan yang menjulang,
bukan gedung gedung yang menjulang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Omegawati Wigati Hadi.2015.Biologi Peminatan Matematika dan Ilmu- Ilmu Alam.Klaten:Intan
Perwira
2.
Savoy Aska.2017.Kultur Jaringan:Pengertian, Keunggulan, kekurangan, dan Jenisnya.https://www.terketik.com.20
Maret 2018
3.
UNESA- TIM FMIPA.2012.Sains Dasar.Jilid Dua.Surabaya:Unesa
4.
Jo3co3.2010.Teknik Kultur
Jaringan.https//jo3co3.wordpress.com.20 Maret 2018
0 comments:
Post a Comment