Geraldin
Dona, Alifia, Samik, S.Si., M.Si.
Abstrak
Pada kenyataannya kisah
asal-usul alam semesta yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Tuhan semata.
Manusia diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk dapat melakukan suatu penelitian,
melakukan penalaran terhadap hasil penelitian, dan menghasilkan suatu konsep baru
dari hasil penelitian tersebut. Bumi sebagai tempat dimana kita melangsungkan
kehidupan rupanya hanyalah bagian kecil dari alam semesta. Masih banyak
bagian-bagian lain dari alam semesta selain bumi. Namun pada zaman dahulu kala,
tanpa adanya alat bantu pengamatan, manusia berpikir bahwa bumi adalah pusat
dari segala kehidupan dimana artinya semua yang kita rasakan bersumber dari
bumi. Hingga akhirnya pada tahun 1540-an Nicolaus Copernicus, seorang astronom
dari Polandia, mengatakan bahwa bumi adalah salah satu planet yang bergerak
mengitari matahari.
Pengamatan manusia
terhadap alam semesta beserta segala isinya tidak hanya berhenti disitu saja.
Berdasarkan pengalaman pengamatan yang dilakukan oleh para ahli, materi di alam
semesta ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan luas cakupannya, yaitu
bagian-bagian yang berukuran sangat kecil atau biasa disebut dengan mikrokosmos
dan bagian-bagian yang berukuran sangat besar atau biasa disebut dengan
makroskomos. Namun pembagian materi ini tidak hanya sekadar pada isi alam
semesta tetapi juga dapat digunakan dalam konsep kehidupan manusia sehari-hari.
Ada beberapa hal dalam kehidupan manusia yang dapat kita andaikan menggunakan
konsep pembagian mikroskosmos dan makrokosmos.
Kata kunci : mikrokosmos, makrokosmos, kehidupan manusia
Isi
Misteri mengenai keberadaan alam semesta menjadi satu rahasia yang hanya diketahui oleh
Tuhan sendiri. Namun Tuhan menciptakan manusia dengan segala akal budinya untuk
dapat berpikir dan bernalar secara sempurna. Manusia dapat mencari suatu hal
yang asing baginya, kemudian melakukan penelitian dan percobaan untuk mencari
tahu jawaban hal tersebut, dan pada akhirnya menciptakan sebuah gagasan dari
hasil penelitian dan percobaan. Selain itu, tersedianya alat bantu percobaan
juga sangat mendukung manusia untuk mencari jawaban atas terbentuknya alam
semesta. Dari hasil pengamatan tersebut, alam semesta ini dibagi menjadi 2
bagian yakni mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos mempelajari hal-hal yang
sangat kecil ukurannya atau juga bisa diartikan sebagai benda-benda yang
memiliki ukuran sangat kecil misalnya atom, sel, proton, elektron, dan
sebagainya. Berbeda dengan makrokosmos yang mempelajari hal-hal yang besar
ukurannya seperti bintang, planet, galaksi, dan sebagainya.
Planet yang ada di alam semesta |
Contoh sel hewan |
Mengenal sejarah istilah mikrokosmos, pada tahun
1655 seorang ilmuwan bangsa Inggris bernama Robert Hooke dengan menggunakan
peralatan mikroskop yang masih sangat sederhana, melakukan pengamatan terhadap sebuah
gabus. Disitu ia melihat bahwa terdapat struktur gelembung berdinding yang
menyerupai sarang lebah.
Asam Deoksiribonykleat (DNA)
Selanjutnya,
apabila kita mengenal benda-benda yang berukuran kecil sebagai mikrokosmos,
maka kita juga akan mengenal benda-benda yang berukuran sangat besar atau bisa
disebut juga dengan makrokosmos. Pada tahun 1564-1642, Galilei, seorang filsuf,
astronom, sekaligus fisikawan Italia, menemukan teleskop yang kemudian
digunakan untuk menemukan banyak benda langit. Mulai dari zaman prasejarah
hingga berkembangnya ilmu astronomi, manusia berusaha untuk terus mencari tahu
mengenai alam semesta yang begitu luas antara lain :
1. Memberi
nama benda-benda angkasa seperti planet dan menghormatinya sebagai dewa dewi
yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Contoh : Dewa Matahari yang yang
memberi cahaya dan tenaga, Dewi Venus sebagai dewi kecantikan.
Dewi Venus
2. Manusia
mencoba mengenali gerak gerik langit kemudian berusaha menentukan lamanya waktu
di bumi sehingga dapat menentukan seperti musim panen, musim bertanam,
menentukan arah perjalanan pulang, dan sebagainya.
Rotasi yang menyebabkan terjadinya siang dan malam
3. Galileo
membuktikan untuk pertama kalinya bahwa bumi hanyalah planet kecil yang diitari
satu bulan, berbeda dengan yupiter yang diitari 4 bulan.
4. Berdasarkan
ajaran Copernicus, Keppler mengemukakan sebuah hukum yang memperkuat ajaran
heliosentris.
Terdapat
3 teori yang menjelaskan terbentuknya alam semesta yakni teori big bang, teori
steady state, dan teori osilasi. Teori big bang menjelaskan bahwa alam semesta
berasal dari kabut gas yang sangat besar kemudian terjadi kondensansi yang
menyebabkan suhu sekitar semakin tinggi dan terjadilah ledakan yang hebat dan
bagian-bagian ledakan tersebut berputar membentuk galaksi. Teori steady state
menjelaskan bahwa alam semesta berasal dari galaksi-galaksi yang menjauh dan
dunia ini mengembang, kemudian di sela-selanya akan muncul kembali
galaksi-galaksi yang baru. Yang terakhir adalah teori osilasi menyatakan bahwa
alam semesta berasal dari proses penyusutan galaksi-galaksi yang kemudian
meledak dan bertambah jumlahnya dan proses ini berlangsung secara terus menerus
dalam ratusan juta tahun.
Teori Big Bang
Konsep mikrokosmos dan
makrokosmos tidak sekedar digunakan dalam pembentukan alam semesta, tetapi juga
dapat kita lihat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Ada 2 perbedaan pandangan
mengenai mana mikrokosmos dan mana makrokosmos yaitu berdasarkan kuantitatif
(berdasarkan perhitungan angka seperti jumlah, ukuran, dan sebagainya) dan
kualitatif (berdasarkan analisis yang diperoleh dari landasan teori).
Berdasarkan kuantitatif, mikrokosmos dapat digambarkan sebagai manusia dan
makrokosmos adalah jagat raya.
Relasi antara mikrokosmos dan makrokosmos
Mikrokosmos adalah
bagian-bagian yang menyusun makrokosmos, seperti hal nya manusia adalah salah
satu bagian yang ada dalam jagat raya ini. Apapun yang ada di lingkup
makrokosmos akan sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia, dan apapun
yang manusia lakukan akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya.
Contoh, apabila di alam semesta tidak ada matahari, maka manusia di bumi tidak
akan dapat bertahan hidup, begitu juga apabila manusia tidak dapat menjaga
kebersihan lingkungan sekitar dari sampah-sampah, maka lingkungan sekitar akan
menjadi berantakan, penuh virus dan bakteri, yang juga dapat mempengaruhi
keberlangsungan hidup manusia.
Namun berbeda halnya
apabila kita memandang berdasarkan kualitatif. Berdasarkan kualitatif, justru
manusia adalah makrokosmos sedangkan semesta alam adalah mikrokosmos. Hal ini
dikarenakan manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan akal budi,
pikiran, hati nurani, dan sebagainya sehingga keberadaan alam semesta dianggap
sebagai hasil pemikiran akal budi manusia. Apabila tidak ada manusia, maka
teori-teori alam semesta pun tidak akan muncul. Selain itu alam semesta juga
dianggap sebagai hasil dari apa yang ada dalam jiwa manusia. Apabila seseorang
melakukan kebaikan, berpikir positif terhadap segala sesuatu hal, dan bersikap
bijaksana dalam menghadapi berbagai permasalahan, maka alam semesta akan
membantu manusia untuk dapat terus melangsungkan kehidupannya. Sedangkan
apabila manusia merusak alam, berpikir negatif terhadap berbagai hal, suka
membuat perselisihan, maka alam semesta rasanya tidak berpihak akan diri kita.
Hal ini juga berkaitan dengan energi mikrokosmos (energi yang ada di dalam diri
manusia) dan energi makrokosmos (energi yang ada diluar diri manusia atau di
alam semesta).
Kesimpulan
Mikrokosmos adalah
benda-benda yang berukuran kecil seperti atom, sel, dan sebagainya, sedangkan
makrokosmos adalah benda-benda yang berukuran besar seperti planet, galaksi,
dan sebagainya. Namun pengertian mikrokosmos dan makrokosmos tidak hanya
sekedar pada proses terbentuknya alam semesta tetapi juga mengambil peran
penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Mikroskosmos dan makrokosmos dalam
kehidupan manusia memiliki relasi yang sangat kuat dimana pada dasarnya, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif, apapun yang dilakukan manusia akan sangat
berpengaruh terhadap alam sekitar, dan apapun yang ada di alam akan sangat
berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup manusia.
Referensi
Airlangga,
Prabu Ali. 2010. Benarkah Manusia Itu Mikrokosmos?. http://prabualiairlangga.blogspot.com/2010/06/benarkah-manusia-itu-mikrokosmos.html. 5 Maret 2019.
Arizal,
Joko. 2013. Relasi Mikrokosmos Dengan Makrokosmos dan Peran Manusia Terhadap
Alam. https://jokotheofani.wordpress.com/2013/02/01/relasi-mikrokosmos-dengan-makrokosmos-dan-peran-manusia-terhadap-alam/. 4 Maret 2019.
Arnyana,
Ida Bagus Putu, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu
Alamiah Dasar. Diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Faozi.
2009. Seputar Energi Mikrokosmos dan Makroskosmos. https://www.mmfaozi.com/seputar-energi-mikrokosmos-dan-makrokosmos/. 4 Maret 2019.
Harmoni,
Ati. 2009. Pengantar Ilmu Alamiah Dasar
(IAD). Depok : Penerbit Gunadarma.
Kasminto.
2013. Hubungan Mikrokosmos dan Makrokosmos. http://kasminto.blogspot.com/2015/12/hubungan-mikrokosmos-dan-makrokosmos.html.
4 Maret 2019.
Nasir,
Rahmad. 2012. Keajaiban Alam (Makrokosmos dan Mikrokosmos). http://rahmad-nasir.blogspot.com/2012/01/keajaiban-alam-makrokosmos-dan.html. 4 Maret 2019.
Putri,
Intan Ramanda. 2014. Alam Semesta Makrokosmos dan Mikrokosmos. https://intanramandaputri.wordpress.com/2014/04/28/alam-semesta-
makrokosmos-dan-mikrokosmos/. 6 Maret 2019.
Tim
FMIPA Unesa. 2012. Sains Dasar.
Surabaya : Unesa University Press.
|
Thankyouuuu!
ReplyDeleteHaiii...👋👋👋
Deletehttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM8wqaNf_lHwMLM3gL2T7odYyUcT8j4KvJHkkUunmHv_3D8EnVb6JmeGZyd5wkm8TIcYADkxdG9E36hD-8QYNt9k06Dg33y1HRtYAIcTZyo_d3g8ZFJ0_c7mTAZxnF7Dh7YfzS-WFLB6DPtGtBiCSNh_iEAHjoxCWJ9R2kyhoCmgg/s220/20230211_131427.jpg
https://mobile.twitter.com/awy_72?s=20&t=wyLPe3KyDstSHzXAB5iCJw
Haiii...
DeleteSumber harus jelas!
Sebagai blogger,integritas profile sebaiknya sinkron agar setiap pengetahuan yang dikongsi lebih berkuakitas dan tidak menimbulkan keraguan berbagai pihak.
Salam berrbagi ;
ms.gravatar.com/awynaibaho.xml
Profiles.wordpress.org/gilascyber
g.dev/GilasCyber
https://mobile.twitter.com/awy_72?s=20&t=wyLPe3KyDstSHzXAB5iCJw