Pseudo science : Ilmu semu? Akankah masih tetap ada dan akan terus ada?
Miftahul
Nurul. Q, Mega Ramadhina , Samik, S.Si., M.Si.
Abstrak
Tuhan
telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal serta budi
pekerti, kebanyakan manusia cenderung memiliki hasrat ingin tau dan daya nalar
yang cukup tinggi, yang kemudian memungkinkan manusia untuk selalu
bertanya-tanya dan memikirkan segala tentang gejala-gejala alam yang pernah
terjadi, sedang terjadi, atau bahkan yang akan terjadi. Dengan demikian, untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau segala bentuk rasa ingin taunya, manusia
lebih sering menduga-duga atau mereka-reka sendiri jawabannya tanpa mencari
informasi lebih lanjut dan menggali lebih dalam lagi tentang kebenaran yang
sesungguhnya. Namun bukan berarti dugaan atau rekaan dari manusia tersebut
tidak benar, hanya saja perlu dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya dengan
mengacu pada metode ilmiah yang ada sehingga nantinya bisa disebut sebagai
sebuah ilmu yang sesungguhnya, bukan sekedar ilmu semu serta dugaan atau rekaan
semata. Ilmu semu serta dugaan atau rekaan semata tersebut hanya akan
menggiring opini masyarakat kepada hal-hal yang belum pasti keberannya, atau
justru ada fakta sesungguhnya yang mematahkan dugaan atau rekaan tersebut.
Pembahasan
Menurut
wikipedia Ilmu semu atau pseudosains (Inggris: pseudoscience)
adalah sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang diklaim
sebagai ilmiah tetapi tidak mengikuti metode ilmiah. Ilmu semu
mungkin kelihatan ilmiah, tetapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang
dapat diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang
umum.
(Sumber gambar : google )
Istilah pseudoscience muncul
pertama kali pada tahun 1843 yang merupakan kombinasi dari akar Bahasa
Yunani pseudo, yang
berarti palsu atau semu, serta Bahasa Latin scientia, yang berarti pengetahuan atau bidang pengetahuan.
Istilah tersebut memiliki konotasi negatif, karena dipakai untuk menunjukkan
bahwa subjek yang mendapat label semacam itu digambarkan sebagai suatu yang
tidak akurat atau tidak bisa dipercaya sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, para pembela serta yang mempraktikkan pseudosains biasanya menolak klasifikasi tersebut. Dalam sejarah pseudosains itu bisa sangat
sulit untuk membedakan antara ilmu dan pseudo science, karena beberapa ilmu
dikembangkan dari pseudosciences. Contoh dari ini adalah ilmu kimia, yang
menelusuri asal-usulnya ke pseudo science alkimia.
Dalam
sejarah perkembangan manusia, manusia memiliki
hasrat ingin tahu dan daya nalar yang dimiliki yang menyebabkan manusia selalu
bertanya tentang gejala-gejala alam. Untuk menjawab pertanyaan / rasa ingin
tahunya, manusia sering mereka-reka atau mencari-cari sendiri jawabannya. Jawaban semacam ini umumnya tidak logis tetapi sering dapat diterima
masyarakat awam sebagai kebenaran. Pengetahuan semacam ini disebut sebagai pseudo
science, yaitu mirip sains tetapi bukan sains.
Cara
memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo science terutama
dilakukan dengan hanya mengandalkan perasaan, keyakinan, dan tanpa diikuti
proses pemikiran yang cermat, sehingga persentase
kebenarannya masih dapat dikategorikan rendah. Terdapat berbagai cara untuk
memperoleh pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya adalah:
1.
Otoritas dan tradisi
Pengetahuan yang telah ada dan mapan sering digunakan oleh pemimpin
atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
Contoh:
sampai abad pertengahan manusia menganggap bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta
(geosentris).
( Sumber gambar : google )
2.
Prasangka
Suatu dugaan yang kemungkinan bisa
benar atau salah. Dengan prasangka orang sering mengambil keputusan atau
simpulan yang keliru. Cara ini hanya berguna untuk mencari kemungkinan
kebenaran.
3. Intuisi
Intuisi merupakan kegiatan berpikir
yang non-analitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pada pola berpikir tertentu,
dan pendapat tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses terlebih
dahulu. Dengan kata lain, cara intuitif tidak mendasarkan pada aspek logika atau pola berpikir tertentu
serta langkah yang sistematik dan terkendali. Ungkapan yang dikemukakan sering
masuk akal tetapi belum tentu cocok dengan kenyataan.
Contoh:
Ramalan bintang (astrologi), seorang astrolog pada saat meramal nasib
seseorang, disamping menggunakan rumusan astrologi juga sering menggunakan
intuisinya.
( Sumber gambar : google )
4.
Penemuan
kebetulan
Beberapa pengetahuan pada awalnya
ditemukan secara kebetulan yang beberapa diantaranya sangat berguna.
Contoh:
Penemuan obat kina sebagai obat malaria.
Seorang pengembara yang sedang
mengalami demam malaria melalui sebuah rawa, dan karena merasa haus dia meminum
air rawa tersebut. Air rawa tersebut terasa pahit karena mengandung hancuran
(ekstrak) pohon besar yang tumbang di dalamnya. Ternyata setelah meminum air
tersebut demam yang dideritanya sembuh.
Beberapa penemuan secara kebetulan
yang penting adalah:
a)
Penemuan Newton tentang hukum gaya,
b)
Penemuan Archimedes tentang gaya angkut air
c)
Penemuan Flemming tentang penisilin.
( Sumber gambar : google )
5. Cara Coba-ralat (trial and error)
Cara ini merupakan serangkaian percobaan asal yang tidak didasari
oleh teori yang ada sebelumnya, sehingga tidak memungkinkan diperolehnya
kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang ingin diketahui.
Contoh: anak kecil yang berusaha mengetahui bagaimana cara kerja mainan yang
dimilikinya dengan membongkar mainan tersebut. Kemudian dia akan berusaha
memasang atau merakitnya kembali ke bentuk semula.
Hasil percobaannya tersebut dapat menjadi 3 pilihan :
a) Seperti
bentuk semula dan berfungsi dengan baik,
b)
Seperti
bentuk semula tetapi tidak berfungsi,
c) Tidak bisa dibentuk lagi (apalagi
berfungsi seperti semula).
Analisis Contoh Peudo Science
1. Teori aktivasi otak tengah
Pseudosains : Aktifasi otak tengah dapat
meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan motivasi seseorang.
Sains : Otak
tengah tidak memiliki fungsi berpikir, emosi, dan motivasi. Otak tengah yg
merupakan bagian dari batang otak memiliki fungsi otak primitive yaitu
mekanisme pertahanan diri dan refleks-refleks pada fungsi vegetative. Sedangkan
kemampuan berpikir, proses belajar, dan memori terutama terletak pada korteks
dan subkorteks.
2. Food combining
Pseudosains : Teori food combining
mengungkapkan bahwa makan karbohidra harus terpisah dari protein dan lemak.
Pagi makan karbohidrat, siang lemak, malam protein.
Sains :
Pada kenyataannya saluran pencernaan manusia mengeluarkan Enzim enzim untuk
mencerna karbohidrat, protein, dan lemak secara bersama-sama sehingga tidak
perlu adanya pemisahan zat makanan.
3. Cocokologi
Itilah cocokologi tentu sudah tidak asing. Cocokologi merupakan ilmu mencocok
cocokan sesuatu yang sama sekali tidak memiliki hubungan.
Simpulan
Dalam
tingkat akademisi, pseudo science ini sudah jelas sangat dikesampingkan karena
tidak memenuhi kriteria atau tidak mengikuti kaidah metode ilmiah sehingga
tidak dapat disebut sebaggai ilmu yang sesungguhnya. Namun pada masyarakat,
nyatanya beberapa ilmu semu sudah memupuk dari dasar menjadi sebuah tradisi
selain itu juga ada bebrapa yang menolak untuk
menerima kritik ilmiah keyakinan mereka, atau karena kesalahpahaman populer.
Popularitas belaka juga faktor, seperti yang dibuktikan oleh astrologi yang
tetap populer meskipun ditolak oleh sebagian besar ilmuwan. Hal
tersebutlah yang menjadi penyebab mengapa pseudo science atau ilmu semu ini
masih tetap ada dan akan terus ada. Namun tidak dapat dipungkiri pula jika hal
tersebut juga akan hilang untuk waktu yang belum bisa ditentukan, karena semua
hal/kegiatan yang belum, sedang, dan sudah berlangsung itu tentu ada masanya.
Referensi
Tim FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa Press.
Wikipedia Ensiklopedia
Bebas. 2017. Ilmu Semu. https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_semu.
4
Maret 2019.
Shidqi, Naufal. 2016. Apa Itu Pseudoscience. https://mnaufalshidqi.wordpress.com/2016/02/15/apa-itu-pseudoscience/. 5 Maret 2019.
Prayogo, Sigit. 2017. Mengenal
Apa itu Pseudosains dan Contohnya. https://www.mikirsekolah.me/2017/09/mengenal-pseudosains-dan-contohnya.html.
5 Maret 2019.
0 comments:
Post a Comment