MANFAAT
ENERGI TERBARUKAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Silvi
Putri Permadani, Fatmawati, Samik
ABSTRAK
Energi
merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan tingkat kehidupannya.
Bahan bakar minyak/energi fosil merupakan
salah satu sumber energi yang bersifat tak terbarukan (non renewable energy sources)
yang selama ini merupakan andalan untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh sektor
kegiatan. Kekayaan sumber daya energi di Indonesia, yaitu tenaga air (Hydropower),
panas bumi, gas bumi, batu bara, gambut, biomassa, biogas, angin, energi laut, matahari
dan lainnya dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, menggantikan ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak, yang semakin terbatas baik jumlah dan cadangannya.
Energi sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai
bahan bakar untuk proses industrialis asi, sebagai bahan baku untuk proses produksi,
dan sebagai komoditas ekspor. Ekspor komoditas energi mulai berkurang peranannya
digantikan dengan komoditas industri berbasis manufaktur. Ekspor lebih diarahkan
pada komoditas yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dari pada ekspor sumber daya
alam yang nilai tambahnya rendah. Pada tahun sembilan puluh limaan mulai dirasakan
keterbatasan sumber daya energi, terutama minyak bumi. Dengan kondisi ini maka perlu
kebijakan yang berlandaskan paradigma baru. Dalam artikel ini akan dibahas manfaat
energi terbarukan serta jenis-jenis energi yang dapat memenuhi kriteria yang diharapkan
untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
ISI
A.Arti Energi
Kata energi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu ergon yang berarti kerja. Jadi, energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja atau usaha. Energi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan di alam ini, terutama bagi kehidupan manusia, karena segala sesuatu yang
kita lakukan memerlukan energi. Energi di alam ini tersedia dalam berbagai bentuk,
misalnya energi kimia, energi listrik, energi kalor, dan energi cahaya. Energi akan
bermanfaat jika terjadi perubahan bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lain.
Sebagai contoh, setrika listrik akan bermanfaat jika terjadi perubahan energi listrik
menjadi energi kalor.
Konsep energi terbarukan mulai
dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya untuk mengimbangi pengembangan energi
berbahan bakar nuklir dan fosil. Definisi paling umum adalah sumber energi yang
dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan.
Dari definisinya, semua energi terbarukan sudah pasti juga merupakan energi berkelanjutan,
karena senantiasa tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat panjang sehingga
tidak perlu khawatir atau antisipasi akan kehabisan sumbernya. Para pengusung energi
non-nuklir tidak memasukkan tenaga nuklir sebagai bagian energi berkelanjutan karena
persediaan uranium-235 di alam ada batasnya, katakanlah ratusan tahun. Tetapi, para
penggiat nuklir berargumentasi bahwa nuklir termasuk energi berkelanjutan jika digunakan
sebagai bahan bakar di reaktor pembiak cepat (FBR: Fast Breeder Reactor) karena cadangan bahan bakar nuklir bisa "beranak"
ratusan hingga ribuan kali lipat.
1. Energi
Panas Bumi
Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya akan sumber
energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari ujung Pulau
Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB menuju Kepulauan Banda, Halmahera,
dan Pulau Sulawesi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sepanjang jalur
itu, terdapat 217 daerah prospek panas bumi.
Potensi energi panas bumi total adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau
Jawa 8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885 MW, dan sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan
kepulauan lainnya. Sumber panas bumi yang sudah dimanfaatkan saat ini adalah 803
MW. Biasanya data energi panas bumi dapat dikelompokkan ke dalam data energi cadangan
dan energi sumber.
Biaya investasi ada dua macam. Pertama biaya eksplorasi dan pengembangan
sebesar 500-1.000 dollar AS/kW:
•Kedua,
biaya pembangkit sebesar 1.500 dollar/kW (kapasitas 15 MW), •1.200 dollar/kW (kapasitas 30 MW),
dan 910 dollar/kW (kapasitas 55 MW).
Untuk biaya energi dari panas bumi adalah 3-5 sen/kWh.
2. Energi
Air
Indonesia
memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air. Itu disebabkan
kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak sungai
dan daerah daerah tertentu mempunyai danau/waduk yang cukup potensial sebagai sumber
energi air. Besar potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak 70.776
MW ada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian
besar berada di Pulau Jawa.
Selain
PLTA, energi mikrohidro (PLTMH) yang mempunyai kapasitas 200-5.000 kW potensinya
adalah 458,75 MW, sangat layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
di daerah pedesaan di pedalaman yang terpencil ataupun pedesaan di pulau-pulau kecil
dengan daerah aliran sungai yang sempit. Biaya investasi untuk pengembangan pembangkit
listrik mikrohidro relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya investasi PLTA.
Hal ini disebabkan adanya penyederhanaan standar konstruksi yang disesuaikan dengan
kondisi pedesaan. Biaya investasi PLTMH adalah lebih kurang 2.000 dollar/kW, sedangkan
biaya energi dengan kapasitas pembangkit 20 kW (rata rata yang dipakai di desa)
adalah Rp 194/ kWh.
3. Energi
Tumbuhan (Bio Energi)
Tahun 2025
menargetkan penggunaan bahar bakar alternatif biofuel sebesar dua puluh lima persen
. target lima persen dicapai tahun 2010, meningkat menjadi 20 persen pada tahun
2020, dan 25 persen pada tahun 2025.
•Alkohol
Pada tahun
1995 Departemen Pertambangan dan Energi melaporkan dalam Rencana Umum Pengembangan
Energi. Baru dan Terbarukan bahwa produksi etanol sebagai bahan baku tetes mencapai
35-42 juta liter per tahun. Jumlah itu akan mencapai 81 juta liter per tahun bila
seluruh produksi tetes digunakan untuk membuat etanol. Saat ini sebagian dari produksi
tetes tebu Indonesia diekspor ke luar negeri dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk
keperluan industri selain etanol.
•Biodiesel
Akhir tahun
2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 5,3 juta hektare
(ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebesar 11 juta ton.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah
biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk mesin
diesel. Pada dasarnya tidak perlu ada modifikasi mesin diesel apabila bahan bakarnya
menggunakan biodiesel. Biodiesel bahkan mempunyai efek pembersihan terhadap tangki
bahan bakar, injektor dan slang. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti
halnya solar, karena karbon yang dihasilkan masih dalam siklus karbon. Energi yang
dihasilkan oleh biodiesel serupa dengan solar, sehingga engine torque dan tenaga
kuda yang dihasilkan juga serupa. Selain itu biodiesel menghasilkan tingkat pelumasan
mesin yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar.
•Biomassa/Biogas
Biomassa
merupakan sumber energi primer yang sangat potensial di Indonesia, yang dihasilkan
dari kekayaan alamnya berupa vegetasi hutan tropika. Biomassa bisa diubah menjadi
listrik atau panas dengan proses teknologi yang sudah mapan. Selain biomassa seperti
kayu, dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan, limbah
biomassa yang sangat besar jumlahnya pada saat ini juga belum dimanfaatkan dengan
baik. Pemanfaatan energi biomassa dan biogas di seluruh Indonesia sekitar 167,7
MW yang berasal dari limbah tebu dan biogas sebesar 9,26 MW yang dihasilkan dari
proses gasifikasi. Biaya investasi biomassa adalah berkisar 900 dollar/kW sampai
1.400 dollar/kW dan biaya energinya adalah Rp 75/kW-Rp 250/kW.
4. Energi
Samudra/Laut
Di Indonesia,
potensi energi samudra/ laut sangat besar karena Indonesia adalah negara kepulauan
yang terdiri dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km, terdiri dari
laut dalam , laut dangkal. Dengan perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai
di Indonesia dapat menghasilkan lebih dari 2 ~ 3 Terra Watt Ekwivalensi listrik,
diasumsikan 1% dari panjang pantai Indonesia (~ 800 km) dapat memasok minimal ~16
GWatt atau sama dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun 2005.
Potensi
energi panas laut di Indonesia bisa menghasilkan daya sekitar 240.000 MW, tetapi
secara teknologi, pembangkit listrik tenaga laut belum dikembangkan dan dikuasai
sedangkan untuk energi pasang surut dan energi gelombang masih sulit diprediksi
karena masih banyak ragam penelitian yang belum bisa didata secara rinci.
5. Energi
Angin
Secara
umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat bahwa kecepatan angin
minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan sebagai penyedia jasa
energi adalah 4m/ dt. Kendatipun demikian ada beberapa wilayah dimana sumber energi
angin kemungkinan besar layak dikembangkan. Wilayah tersebut antara lain Nusa Tenggara
Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Pantai Utara
dan Selatan Jawa dan Karimun Jawa. Skala pemanfaatan Tenaga angin pada umumnya dikelompokkan
dalam skala kecil, menengah dan besar.
6. Energi
Surya
Berdasarkan
data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia menunjukan bahwa
radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut untuk kawasan barat
dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran :
•Kawasan
barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%
•Kawasan
timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%.
Hal ini
mengisyaratkan bahwa:
radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun, kawasan timur Indonesia
memiliki penyinaran yang lebih baik.
7. Energi
Nuklir
Kebutuhan energi nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat, terutama
kebutuhan energi listrik. Peningkatan tersebut sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi,
laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya perkembangan sektor industri.
Untuk itu, perlu mencari sumber sumber energi alternatif yang lain yang
cukup potensial untuk menggantikannya, misalnya energi baru dan terbarukan. Energi
nuklir adalah energi baru yang perlu dipertimbangkan karena energi ini bisa menghasilkan
energi yang dalam order yang besar sampai ribuan megawatt, tetapi harus memerhatikan
beberapa aspek. Aspek itu antara lain aspek keselamatan, sosial, ekonomi, teknis,
sumber daya manusia, dan teknologi.
8. Sel
Bahan Bakar
Bahan baku
utama sebagai sumber energi sel bahan bakar adalah gas hidrogen. Gas hidrogen dapat
langsung digunakan dalam pembangkitan energi listrik dan mempunyai kerapatan energi
yang tinggi.
Beberapa
alternatif bahan baku seperti methane, air laut, air tawar, dan unsur-unsur yang
mengandung hidrogen dapat pula digunakan namun diperlukan sistem pemurnian sehingga
menambah jumlah system cost pembangkitnya.
Biaya investasi belum bisa diketahui karena masih banyak penelitian yang sangat
bervariasi yang belum bisa dipakai sebagai patokan.
KESIMPULAN
Sumber energi fosil di Indonesia, khususnya minyak bumi mulai langka dan
bila tidak diketemukan cadangan baru maka dalam jangka 10 tahun Indonesia akan menjadi
negara pengimpor minyak. Dengan kondisi ini maka diperlukan suatu paradigma baru
untuk menyusun kebijakan energi yaitu keamanan energi. Dengan paradigma ini diharapkan
bila terjadi lonjakan harga minyak dunia diharapkan perekonomian masih bisa menyesuaikan
sehingga dapat dipertahankan proses pembangunan yang berkelanjutan.
Kondisi atau keadaan energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita
bahwa usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi
terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera
dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti
menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat
penggunaan BBM. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan
yang bisa diterapkan segera di tanah air, seperti bioethanol, biodiesel, tenaga
panas bumi, tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan sampah/limbah. Kerjasama,
koordinasi antar Departemen Teknis serta dukungan dari industri dan masyarakat sangat
penting untuk mewujudkan implementasi sumber energi terbarukan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyono Agus. 2004. Perubahan
Paradigma Kebijakan Energi Menuju Pembangunan Yang Berkelanjutan. Seminar
Akademik Tahunan Ekonomi I. Pascasarjana
FEUI & ISEI, 8-9 Desember 2004. Hotel Nikko, Jakarta.
Widodo Djoko Adi , Suryono, Tatyantoro A. 2010. Pemberdayaan
Energi Matahari Sebagai Energi Listrik Lampu Pengatur Lalu Lintas. Jurnal Teknik Elektro.Vol. 2 No.2.
Lubis Abubakar. 2007. Energi
Terbarukan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Vol. 8 No. 2.
Kholiq Imam. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif
Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung Subtitusi BBM. Jurnal IPTEK. Vol. 19 No. 2.
UNESA-TIM FMIPA. 2012. Sains Dasar. Jilid Dua.
Surabaya. Unesa.
0 comments:
Post a Comment