Pages

Tuesday, March 12, 2019

KETERKAITAN PSEUDO SCIENCE TERHADAP KERCAYAAN MASYARAKAT (MITOS) DENGAN MENGUNAKAN BERFIKIR ILMIAH


KETERKAITAN PSEUDO SCIENCE TERHADAP KERCAYAAN MASYARAKAT (MITOS) DENGAN MENGUNAKAN BERFIKIR ILMIAH
Fitri Utaminingsih, Suci Rismawati, Samik S. Si.,M.Si

ABSTRAK
Kepercayaan masyarakat (mitos) dengan menggunakan berfikir ilmiah merupakan pemikiran hal yang wajar yang harus dilakukan manusia dalam proses berfikirnya. Dengan berfikir ilmiah dapat menjadikan pola pemikiran seseorang lebih terarah pada hal yang diinginkannya berdasarkan metode dan cara-cara ilmiah. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dalam kegiatan ilmiah. Dengan adanya Pseudoscience atau ilmu semu mungkin kelihatan ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.  

ISI
Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan merupakan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis. Dengan kata lain sains ini adalah sains palsu (Ridwan, 2011). Ilmu semu atau pseudosains (Inggris: pseudoscience) adalah sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang diklaim sebagai ilmiah tapi tidak mengikuti metode ilmiah. Ilmu semu mungkin kelihatan ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.
Munculnya kata psudo pada pseudosains dimaksudkan untuk menghina. Kesan menghina ini muncul karena kata psudo pada hakikatnya memiliki kesamaan dengan beberapa frasa menghina lainnya seperti “ilmu alternatif” “ilmu palsu” atau “ilmu sampah”. Karakteristik kunci dari pseudosains adalah bahwa hal itu tidak sesuai dengan metode ilmiah. Ini berarti bahwa klaim ilmu ini terhadap suatu hal tidak dapat diuji, dan tidak mengikuti urutan logis. Banyak konsep-konsep ilmiah tidak dapat diuji dengan peralatan yang ada. Pseudosains tidak memiliki dukungan ilmiah, dan tidak dapat diuji. Pseudosains pengetahuan non-sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi masalah atau keraguan. Pseudosains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa telah dibuktikan secara ilmiah, padahal sebenarnya tidak. Keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang menjadi pseudosains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang sudah terbukti secar ailmiah. Argumentasi seperti ini seringkali muncul ketika sains belum dapat menemukan jawabannya, kemudian diambil kesimpulan bahwa satu-satunya jawabannya adalah Tuhan.
Selain itu bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah juga sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan berpikir ilmiah. Karena bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Penalaran dalam fungsinya sebagai kegiatan berfikir tentunya memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Pertama, adanya pola berfikir yang secara luas (logis), hal inilah yang sering disebut sebagai logika. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa setiap usaha penalaran mempunyai logikanya tersendiri karena ia merupakan sebuah proses berfikir. Sehingga berfikir secara logis dapat dimaknai sebagai suatu pola, dan ketentuan tertentu yang digunakan dalam proses berfikir. Maka dari itu sebuah kerangka logika dalam satu hal tertentu sangat mungkin dianggap tidak logis jika ditinjau dari kerangka lainnya. Kedua, penalaran harus bersifat analistik, dengan maksud ia merupakan pencerminan dari suatu proses berfikir yang bersandar pada suatu analisa dan kerangka berfikir tertentu, dengan logika sebagai pijakannya.
Secara sederhananya point kedua ini merupakan sebuah proses menganalisa dengan logika ilmiah sebagai pijakannya. Yang mana analisa sendiri adalah suatu kegiatan berfikir dengan langkah-langkah yang tertentu. Sehingga kegiatan berfikir tidak semuanya berlandaskan pada penalaran. Maka dari itu berfikir dapat dibedakan mana yang menggunakan dasar logika dan analisa, serta mana yang tanpa menggunakan penalaran seperti menggunakan perasaan, intuisi, ataupun hal lainnya. Karena hal-hal tersebut bersifat non-analistik, yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berfikir tertentu. Adapun Tujuan dari penggunaan kedua metode ilmiah ini tiada lain adalah agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Serta mendapatkan sebuah kebenaran dan kesesuaian antara kajian ilmiah, dengan tanpa terbatas ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Namun perlu di waspadai, bahwa posisi rasio yang begitu urgent dalam kaitannya dengan logika dapat mendominasi pengesahan suatu ilmu pengetahuan, sehingga batasan-batasan wilayah rasio harus jelas, dan terarah. Sehingga keterkaitan pseudo science terhadap kepercayaan masyarakat (mitos) dengan mengunakan berfikir ilmiah merupakan pemikiran hal yang wajar yang harus dilakukan seseorang dalam proses berfikirnya, karena dari sebagian masyarakat pada umumnya masih mempercayai dan menganggap bahwa mitos masih benar-benar adanya dan untuk masyarakat yang tidak mempercayai mitos-mitos sangatlah tidaklah berpengaruh. Maka dari itu, dengan adanya seseorang berfikir ilmiah dapat menjadikan pola pemikiran seseorang lebih terarah pada hal yang diinginkannya berdasarkan metode dan cara-cara ilmiah.
Mitos adalah tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat. Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang diungkapkan. Secara pengertian mitos adalah cerita yang bersifat simbolik yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di dalam mitos berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran. Manusia fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk berpikir secara logis dan analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale.
Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya khayal intuisi atau imjinasi. Menurut C.A.Van Peursen mitos adalah cerita yang memberikan pedoman tau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat ditularkan melalui tarian, pementasan wayang dan sebagainya. Inti cerita adalah lambang-lambang yang menceritakan pengalaman manusia, juga lambang kejantanan dan kebaikan, hidup dan mati, dosa dan pensucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akherat. Penyebab beberapa gejala alam yang dijelaskan melalui mitos pada jaman dahulu diantaranya sebagai berikut:
a. Gunung Meletus 


Gunung api meletus hebat menimbulkan gempa bumi, mengeluarkan lahar panas dan awan panas sehingga menimbulkan banyak korban manusia dan merusak pemukiman dan persawahan penduduk. Manusia pada tahap mitos belum dapat melihat realita ini dengan inderanya sehingga beranggapan bahwa dengan adanya gunung meletus berarti dewa yang sakti sedang murka atau marah.
b. Gerhana Bulan


 


Gerhana bulan yang terjadi dianggap karena bulan dimakan raksasa yang menurut mitos takut pada bunyi-bunyian sehingga pada waktu gerhana bulan, manusia memukul benda apa saja yang dapat menimbulkan bunyi suara agar raksasa memuntahkan kembali bulan purnama.
c. Pelang



Pelangi yang sering dianggap sebagai selendang bidadari atau tangga bidadari turun ke bumi untuk mandi di sungai.
CIRI-CIRI MITOS:
Secara umum, tanda-tanda mitos diantaranya yaitu:
a.   Distorsif, yaitu hubungan antara form dan concept berbentuk distorsif dan deformatif. Concept mendistorsi Form sehingga makna terhadap proses tingkat pertama bukan lagi merupakan makna yang menunjuk terhadap fakta yang sebenarnya.
b.   Intensional maksudnya mitos tidak ada begitu juga. Mitos sengaja diciptakan, dikontruksikan oleh budaya masyarakatnya bersama maksud tertentu.
c.    Statement of fact maksudnya mitos menaturalisasikan pesan sehingga kami menerimanya sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu di perdebatan lagi. Sesuatu yang terletak secara alami di dalam nalar awam.
d.    Motivasional. Menurut Barthes, wujud mitos punya kandungan motivasi. Mitos diciptakan bersama melaksanakan seleksi terhadap beragam kemungkinana konsep yang dapat digunakan berdasarkan proses semioting tingkat pertamanya.

FUNGSI MITOS:
Adapun faedah mitos di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, diantaranya yaitu:
·         Untuk mengembangkan lambang yang penuh makna dan juga mengatakan fenomena lingkungan yang dihadapi.
·         Sebagai sarana pendidikan yang paling efisien untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai budaya, norma sosial dan kepercayaan tertentu.
·         Sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanana sosial satu diantara anggotanya dapat saling membedakan antara komunitas yang satu bersama yang lainnya.
·         Untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai budaya, anggapan maupun ilmu tertentu.
·         Untuk merangsang pertumbuhan kreativitas di dalam berpikir.

Mitos tersebut hakekatnya adalah hanya sekedar untuk memuskan rasa ingin tahu manusia saja. Sebagai alasan, mengapa mitos dapat dipercaya atau diterima oleh masyarakat pada masa itu? Karena beberapa hal, yaitu:
a.   Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b.   Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c.    Keingintahuan manusia yang telah terpenuhi untuk sementara.
d.   Keterbatasan alat indera manusia.
Namun demikian, ada beberapa pengetahuan yang sampai saat ini masih ada yang mempercayainya yaitu horoskrop (ramalan bintang atau astrologi). Bahkan ada juga penemuannya yang sampai saat ini masih dipakai dan dianggap benar yaitu tentang lama edar matahari selama satu yaitu selama 365,25 hari.

KESIMPULAN
Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan merupakan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah juga sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan berpikir ilmiah. Karena bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Mitos berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran. Sehingga keterkaitan pseudo science terhadap kepercayaan masyarakat (mitos) dengan mengunakan berfikir ilmiah merupakan pemikiran hal yang wajar yang harus dilakukan manusia dalam proses berfikirnya, karena dari sebagian masyarakat pada umumnya masih mempercayai dan menganggap bahwa mitos masih benar-benar adanya dan untuk masyarakat yang tidak mempercayai mitos-mitos sangatlah tidaklah berpengaruh. Maka dari itu, dengan berfikir ilmiah dapat menjadikan pola pemikiran seseorang lebih terarah pada hal yang diinginkannya berdasarkan metode dan cara-cara ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Imron. 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal El-Banat. Vol. 6. No. 2: hal 123-126.
Ridwan, Fendy. 2011. Pseudosains. artikel dalam http://www.filsafatilmu.com. 1 Maret 2019.
UNESA, TIM FMIPA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
Azhar, Iqbal Nurul, Yuniarti, Diah Retna. 2012. SAINS DAN PSUDOSAINS. https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/persembahan-buat-guru/sains-dan-psudosains/. 1 Maret 2019.
Ilmu semu. http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_semu. 1 Maret 2019.
Ikrarini, Hestu. 2013. Pengertn mitos, legenda, certa rakyat dn contohnya. https://hestuningikrarini.wordpress.com/2013/03/30/pengertian-mitoslegenda-dan-cerita-rakyat. 1 Maret 2019.
Khaerani, Nurul. 2016. Mengapa Pelangi Berbentuk Setengah Lingkaran. http://khaeraninurul98.blogspot.com/2016/12/mengapa-pelangi-berbentuk-setengah.html. 1 Maret 2019.
Rama, Febri. 2018. Ini 4 Kepercayaan Tentnag Gunung Meletus Dari Berbagai Daerah. https://travelingyuk.com/gunung-meletus/106312/. 1 Maret 2019.
4 alasan gerhana bulan total tahun 2018 sangat istimewa. http://www.nu.or.id/post/read/85749/empat-alasan-gerhana-bulan-total-2018-sangat-istimewa. 1 Maret 2019.




 


0 comments:

Post a Comment