KETERKAITAN
PSEUDO SCIENCE TERHADAP KERCAYAAN MASYARAKAT (MITOS) DENGAN MENGUNAKAN BERFIKIR
ILMIAH
Fitri Utaminingsih, Suci Rismawati,
Samik S. Si.,M.Si
ABSTRAK
Kepercayaan masyarakat (mitos) dengan
menggunakan berfikir ilmiah merupakan pemikiran hal yang wajar yang harus
dilakukan manusia dalam proses berfikirnya. Dengan berfikir ilmiah dapat
menjadikan pola pemikiran seseorang lebih terarah pada hal yang diinginkannya
berdasarkan metode dan cara-cara ilmiah. Bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka
manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dalam kegiatan ilmiah. Dengan
adanya Pseudoscience atau ilmu semu mungkin
kelihatan ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat
diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.
ISI
Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk
pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan
merupakan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak
valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis.
Dengan kata lain sains ini adalah sains palsu (Ridwan, 2011). Ilmu semu atau
pseudosains (Inggris: pseudoscience)
adalah sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang diklaim
sebagai ilmiah tapi tidak mengikuti metode ilmiah. Ilmu semu mungkin kelihatan
ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan
seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.
Munculnya kata psudo pada pseudosains
dimaksudkan untuk menghina. Kesan menghina ini muncul karena kata psudo pada
hakikatnya memiliki kesamaan dengan beberapa frasa menghina lainnya seperti
“ilmu alternatif” “ilmu palsu” atau “ilmu sampah”. Karakteristik kunci dari
pseudosains adalah bahwa hal itu tidak sesuai dengan metode ilmiah. Ini berarti
bahwa klaim ilmu ini terhadap suatu hal tidak dapat diuji, dan tidak mengikuti
urutan logis. Banyak konsep-konsep ilmiah tidak dapat diuji dengan peralatan
yang ada. Pseudosains tidak memiliki dukungan ilmiah, dan tidak dapat diuji. Pseudosains
pengetahuan non-sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi
masalah atau keraguan. Pseudosains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa telah
dibuktikan secara ilmiah, padahal sebenarnya tidak. Keyakinan dan kepercayaan
kadang-kadang menjadi pseudosains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan
suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang sudah terbukti
secar ailmiah. Argumentasi seperti ini seringkali muncul ketika sains belum
dapat menemukan jawabannya, kemudian diambil kesimpulan bahwa satu-satunya
jawabannya adalah Tuhan.
Selain itu bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah juga sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan berpikir
ilmiah. Karena bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir
secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah.
Penalaran dalam fungsinya sebagai kegiatan berfikir tentunya memiliki
karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Pertama, adanya pola berfikir yang
secara luas (logis), hal inilah yang sering disebut sebagai logika. Selanjutnya
dapat dikatakan bahwa setiap usaha penalaran mempunyai logikanya tersendiri karena
ia merupakan sebuah proses berfikir. Sehingga berfikir secara logis dapat
dimaknai sebagai suatu pola, dan ketentuan tertentu yang digunakan dalam proses
berfikir. Maka dari itu sebuah kerangka logika dalam satu hal tertentu sangat
mungkin dianggap tidak logis jika ditinjau dari kerangka lainnya. Kedua,
penalaran harus bersifat analistik, dengan maksud ia merupakan pencerminan dari
suatu proses berfikir yang bersandar pada suatu analisa dan kerangka berfikir
tertentu, dengan logika sebagai pijakannya.
Secara sederhananya point kedua ini
merupakan sebuah proses menganalisa dengan logika ilmiah sebagai pijakannya.
Yang mana analisa sendiri adalah suatu kegiatan berfikir dengan langkah-langkah
yang tertentu. Sehingga kegiatan berfikir tidak semuanya berlandaskan pada
penalaran. Maka dari itu berfikir dapat dibedakan mana yang menggunakan dasar
logika dan analisa, serta mana yang tanpa menggunakan penalaran seperti
menggunakan perasaan, intuisi, ataupun hal lainnya. Karena hal-hal tersebut
bersifat non-analistik, yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berfikir
tertentu. Adapun Tujuan dari penggunaan kedua metode ilmiah ini tiada lain
adalah agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi. Serta mendapatkan sebuah kebenaran dan kesesuaian
antara kajian ilmiah, dengan tanpa terbatas ruang, waktu, tempat dan kondisi
tertentu. Namun perlu di waspadai, bahwa posisi rasio yang begitu urgent dalam
kaitannya dengan logika dapat mendominasi pengesahan suatu ilmu pengetahuan, sehingga
batasan-batasan wilayah rasio harus jelas, dan terarah. Sehingga keterkaitan pseudo science terhadap kepercayaan
masyarakat (mitos) dengan mengunakan berfikir ilmiah merupakan pemikiran hal
yang wajar yang harus dilakukan seseorang dalam proses berfikirnya, karena dari
sebagian masyarakat pada umumnya masih mempercayai dan menganggap bahwa mitos
masih benar-benar adanya dan untuk masyarakat yang tidak mempercayai
mitos-mitos sangatlah tidaklah berpengaruh. Maka dari itu, dengan adanya
seseorang berfikir ilmiah dapat menjadikan pola pemikiran seseorang lebih
terarah pada hal yang diinginkannya berdasarkan metode dan cara-cara ilmiah.
Mitos adalah tradisi lisan yang
terbentuk di suatu masyarakat. Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang
artinya sesuatu yang diungkapkan. Secara pengertian mitos adalah cerita yang
bersifat simbolik yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di
dalam mitos berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan
manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan
menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas
kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk
menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran. Manusia
fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk berpikir secara logis dan
analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kemampuan ini berkembang karena
didukung bahasa sebagai sarana komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang
sifatnya abstrak sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada
tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam
istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale.
Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa
ingin tahu manusia. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum
terbentuk, yang bekerja hanya khayal intuisi atau imjinasi. Menurut C.A.Van
Peursen mitos adalah cerita yang memberikan pedoman tau arah tertentu kepada
sekelompok orang. Cerita ini dapat ditularkan melalui tarian, pementasan wayang
dan sebagainya. Inti cerita adalah lambang-lambang yang menceritakan pengalaman
manusia, juga lambang kejantanan dan kebaikan, hidup dan mati, dosa dan
pensucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akherat. Penyebab beberapa
gejala alam yang dijelaskan melalui mitos pada jaman dahulu diantaranya sebagai
berikut:
a. Gunung Meletus
Gunung api meletus hebat menimbulkan
gempa bumi, mengeluarkan lahar panas dan awan panas sehingga menimbulkan banyak
korban manusia dan merusak pemukiman dan persawahan penduduk. Manusia pada
tahap mitos belum dapat melihat realita ini dengan inderanya sehingga
beranggapan bahwa dengan adanya gunung meletus berarti dewa yang sakti sedang
murka atau marah.
b. Gerhana Bulan
Gerhana bulan yang terjadi dianggap
karena bulan dimakan raksasa yang menurut mitos takut pada bunyi-bunyian
sehingga pada waktu gerhana bulan, manusia memukul benda apa saja yang dapat
menimbulkan bunyi suara agar raksasa memuntahkan kembali bulan purnama.
c. Pelang
Pelangi yang sering dianggap sebagai
selendang bidadari atau tangga bidadari turun ke bumi untuk mandi di sungai.
CIRI-CIRI MITOS:
Secara umum, tanda-tanda mitos
diantaranya yaitu:
a.
Distorsif,
yaitu hubungan antara form dan concept berbentuk distorsif dan deformatif.
Concept mendistorsi Form sehingga makna terhadap proses tingkat pertama bukan
lagi merupakan makna yang menunjuk terhadap fakta yang sebenarnya.
b.
Intensional
maksudnya mitos tidak ada begitu juga. Mitos sengaja diciptakan, dikontruksikan
oleh budaya masyarakatnya bersama maksud tertentu.
c.
Statement
of fact maksudnya mitos menaturalisasikan pesan sehingga kami menerimanya
sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu di perdebatan lagi. Sesuatu yang
terletak secara alami di dalam nalar awam.
d.
Motivasional. Menurut Barthes, wujud mitos
punya kandungan motivasi. Mitos diciptakan bersama melaksanakan seleksi terhadap
beragam kemungkinana konsep yang dapat digunakan berdasarkan proses semioting
tingkat pertamanya.
FUNGSI MITOS:
Adapun faedah mitos di dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat, diantaranya yaitu:
·
Untuk
mengembangkan lambang yang penuh makna dan juga mengatakan fenomena lingkungan
yang dihadapi.
·
Sebagai
sarana pendidikan yang paling efisien untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai
budaya, norma sosial dan kepercayaan tertentu.
·
Sebagai
pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanana sosial satu
diantara anggotanya dapat saling membedakan antara komunitas yang satu bersama
yang lainnya.
·
Untuk
menanamkan dan mengukuhkan nilai budaya, anggapan maupun ilmu tertentu.
·
Untuk
merangsang pertumbuhan kreativitas di dalam berpikir.
Mitos tersebut hakekatnya adalah hanya
sekedar untuk memuskan rasa ingin tahu manusia saja. Sebagai alasan, mengapa
mitos dapat dipercaya atau diterima oleh masyarakat pada masa itu? Karena
beberapa hal, yaitu:
a.
Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung
maupun dengan alat.
b.
Keterbatasan
penalaran manusia pada masa itu.
c.
Keingintahuan
manusia yang telah terpenuhi untuk sementara.
d.
Keterbatasan
alat indera manusia.
Namun
demikian, ada beberapa pengetahuan yang sampai saat ini masih ada yang
mempercayainya yaitu horoskrop (ramalan bintang atau astrologi). Bahkan ada
juga penemuannya yang sampai saat ini masih dipakai dan dianggap benar yaitu
tentang lama edar matahari selama satu yaitu selama 365,25 hari.
KESIMPULAN
Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk
pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan
merupakan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak
valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis.
Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah juga sangat berperan penting dalam
melakukan kegiatan berpikir ilmiah. Karena bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta media untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka
manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang
kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Mitos berisi asal usul alam semesta,
dewa-dewa, supranatural, pahlawan manusia atau masyarakat tertentu yang mana
memiliki tujuan untuk meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan
petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan
pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan
dengan akal pikiran. Sehingga keterkaitan pseudo
science terhadap kepercayaan masyarakat (mitos) dengan mengunakan berfikir
ilmiah merupakan pemikiran hal yang wajar yang harus dilakukan manusia dalam
proses berfikirnya, karena dari sebagian masyarakat pada umumnya masih
mempercayai dan menganggap bahwa mitos masih benar-benar adanya dan untuk
masyarakat yang tidak mempercayai mitos-mitos sangatlah tidaklah berpengaruh.
Maka dari itu, dengan berfikir ilmiah dapat menjadikan pola pemikiran seseorang
lebih terarah pada hal yang diinginkannya berdasarkan metode dan cara-cara
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Imron. 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi
dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal
El-Banat. Vol. 6. No. 2: hal 123-126.
UNESA, TIM FMIPA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University
Press.
Azhar, Iqbal Nurul, Yuniarti, Diah
Retna. 2012. SAINS DAN PSUDOSAINS. https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/persembahan-buat-guru/sains-dan-psudosains/. 1 Maret 2019.
Ikrarini, Hestu. 2013. Pengertn mitos,
legenda, certa rakyat dn contohnya. https://hestuningikrarini.wordpress.com/2013/03/30/pengertian-mitoslegenda-dan-cerita-rakyat. 1 Maret 2019.
Dosenpengertian.com. https://www.dosenpengertian.com/materi-pengertian-mitos-ciri-ciri-jenis-fungsi-dan-contoh-mitos/. 1 Maret 2019.
Khaerani, Nurul. 2016. Mengapa Pelangi
Berbentuk Setengah Lingkaran. http://khaeraninurul98.blogspot.com/2016/12/mengapa-pelangi-berbentuk-setengah.html. 1 Maret 2019.
Rama, Febri. 2018. Ini 4 Kepercayaan Tentnag
Gunung Meletus Dari Berbagai Daerah. https://travelingyuk.com/gunung-meletus/106312/. 1 Maret 2019.
4 alasan gerhana bulan total tahun 2018
sangat istimewa. http://www.nu.or.id/post/read/85749/empat-alasan-gerhana-bulan-total-2018-sangat-istimewa. 1 Maret 2019.
0 comments:
Post a Comment