Pages

Wednesday, March 13, 2019

IMPLEMENTASI JALUR HIJAU ( GREEN BELT ) SEBAGAI KONTROL AKIBAT GAS BUANG KENDARAAN BERMOTO


IMPLEMENTASI JALUR HIJAU ( GREEN BELT ) SEBAGAI KONTROL AKIBAT GAS BUANG KENDARAAN BERMOTO
Rera Puspa Algatha, Moh. Akbar F, Samik S.Si M.Si
ABSTRAK
Udara adalah factor penting dalam kehidupan. Namun, di era modern, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industry serta berkembangnya transportasi, telah  menyebabkan kualitas udara mengalami perubahan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan .Untuk  mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Salah satu solusi alternatif permasalahan ini adalah pengembangan area jalur hijau (green belt area). Green belt adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar daerah perkotaan. Tujuannya adalah dapat menjadi kontrol solusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan, analisa penyebab kurangnya area jalur hijau (green belt area) di perkotaan dan Smart Green Land merupakan salah satuinovasikonsep RTH yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan sebagai tempat yang nyaman melalui penyediaan fasilitas penunjang sehingga tercipta kenyamanan dan kesegaran, bagaimana pengembangannya guna menekan polusi udara sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan dari sudut pandang lingkungan.
(Kata kunci: polusiudara, transportasi, Green belt area)

ISI

Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan urbanisasi yang cukup tinggi baik diperkotaan dan subperkotaan berpotensi besar dalam peningkatan penggunaan konsumsi energi, seperti pada kebutuhan bahan bakar pembangkit tenaga listrik ,tungku – tungku dan Transpotasi. Pembakaran bahan ini merupakan sumber – sumber pencemar utama yang dilepaskan ke udara, seperti Cox, NOx, Sox, SPM (suspended particulate matter), Ox dan berbagai logam berat. Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan, polusi udara dari kendaraan bermotor bensin (spark ignition engine) menyumbang 70 persen karbon monoksida (CO), 100 persenplumbum (Pb), 60 persen hidrokarbon (HC), dan 60 persen oksida nitrogen (NOx). Bahkan, beberapa daerah yang tinggi kepadatan lalu lintasnya menunjukkan bahan pencemar seperti Pb, ozon (O), dan CO telah melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Pembangunan kota sering lebih banyak dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Gejala pembangunan kota pada saat ini mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan bertumbuhan banyak dialih fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industry dan lain-lain (N. Dahlan, 2004).
Dalaminformasi yang diberikan WHO ( World Health Organization) ialahAmbient air pollution accounts for an estimated 4.2 million deaths per year due to stroke, heart disease, lung cancer and chronic respiratory diseases. Around 91% of the world’s population lives in places where air quality levels exceed WHO limits. While ambient air pollution affects developed and developing countries alike, low- and middle-income countries experience the highest burden, with the greatest toll in the WHO Western Pacific and South-East Asia regions. Policies and investments supporting cleaner transport, energy-efficient housing, power generation, industry and better municipal waste management can effectively reduce key sources of ambient air pollution.








Untuk  mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Pohonseringdisebut-sebut sebagai paru-parukota. Sejumlah pohon berdaun lebar diyakini dapat menjerap bahan-bahan pencemar udara. Sel-sel daun berfungsi menangkap karbondioksida dan timbal untuk kemudian diolah dalam system fotosintesis. Proses fotosintesis mampu mengubah karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan dari system pernapasan menjadi oksigen yang dibutuhkan paru-paru. Disamping pohon-pohon yang mampu menjerap polutan, tanaman pisang hias, puring, batavia dan bugenvil juga dapat direkomendasikan untuk elemen taman kota karena toleran dan cukup  toleran terhadap polutan (Nugrahani dan Sukartiningrum 2008).
Tekanan terhadap green belt area (jalurhijau) disebabkan oleh pertumbuhan penggunaan lahan yang meningkat cepat sehingga terjadi konversi lahan di green belt area menjadi kawasan terbangun. Kurangnya green belt area akan mempengaruhi kualitas hidup manusia diperkotaan khususnya yang berhubungan dengan peningkatan polusi udara. Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekelilingluarkawasanperkotaanatau daerah pusat aktifitas kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).
Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia di alam, merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Oleh karenaitu, melakukan aksi penghijauan harus segera dilakukan agar pencemaran udara tidak semakin parah. Semua tumbuhan hijauakan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fontosistesis. Namun selain berhijau daun, pemilihan jenis tanaman penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai peneduh yang dapat memperbaiki iklim mikro, dan juga dapat berfungsi sebagai barrier penahan terhadap penyebaran pulusi udara dari kendaraan. Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan. Adapun tanaman peneduh yang ditanam di pinggir jalan raya selain berfungsi sebagai penyerapun surpencemar secara kimiawi, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif (Anatari dan Sundra, 2002).
Manfaat dari adanya tajuk vegetasi di green belt area adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota. Disinilah peranan green belt untuk kesehatan masyarakat perkotaan, khususnya untuk atau sebagai pengendali pencemaran atau polusi udara. Selain kesehatan, masyarakat juga berhak dan memerlukankehidupansosial yang baik yang dapat terpenuhi dengan adanya green belt yang berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat perkotaan.

·         Penyebab Gejala Kurangnya Green Belt Area di Kawasan Perkotaan.

Goldmisth et al, 1967 (dalam N. Dahlan, 2004) menyebutkan kendaraan bermotor (transportasi) merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan. Selanjutnya Krishnayya et al, 1986 (dalam N. Dahlan, 2004) menyebutkan diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Kebutuhan manusia untuk bekerja dipenuhi dengan mekanisme industrialisasi yang meningkatkanpertumbuhanekonominamun pada sisi lain jelas meningkatkan tingkat polusi. Penyebab kurangnya luasan green belt area di kota-kota besarsecara general adalah (Bae et al. 2003) :
1) industrialisasi, 2) urbanisasi, 3) pembangunanekonomi yang tidak terencana dengan baik;
4) tidak adanya mekanisme control yang baik untuk mempertahankan green belt area, serta ;
5) dayadukunglingkungan yang sudahberkurangmemperburukkondisiperkotaan.

·         Upaya Green Belt Development sebagai Usaha untukMenurunkan Tingkat Polusi dan MeningkatkanKualitasHidup Masyarakat Perkotaan.

Usaha untuk menurunkan tingkat polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah dengan upaya green belt development. Green belt development merupakan solusi yang tepat karena secara ekonomi dan teknologi layak dikembangkan. Upaya ini dibagi menjadi 2 solusi yaitu berdasarkan parameter biofisik dan sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud disini adalah bagaimana pengembangan green belt yang ideal dan bermanfaat optimum untuk suatu kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar green belt dan jarak green belt dari pusat pencemar.

KESIMPULAN
Simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai Implementasi jalur hijau ( Green belt area  )sebagai kontrol akibat gas buang kendaraan bermotor ialah Pengembangan Green bel  tmerupakan cara yang tepat untuk mengontrol polusi, green belt development yang optimal untuk menekan polusi udara. Kurangnya green belt area akan mempengaruhi kualitas hidup manusia diperkotaan khususnya yang berhubungan dengan peningkatan polusi udara. Maka dari itu dibutuhkannya jalur hijau (Green belt area) guna mengontrol polusi udara yang disebabkan salah satunya ialah kendaraan bermotor, dengan adanya Green belt area diharapkan polusi udara akan lebih baik dan peningkatan gejala mengenai polusi udara yang ada didunia akan berkurang.

REFERENSI
§  Nasrudin, Harun dkk. 2012. Sains Dasar, Surabaya. UnesaUnivercity Express
§  Anggraeni, Mustika. 2005. Green Belt dan HubungannyadenganKualitasHidup Masyarakat diPerkotaan, MakalahBiologiLingkungan, Program StudiIlmuLingkungan, Prog. Pascasarjana Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
§  Endes N. Dahlan, 2004, Hutan Kota UntukPengelolaan dan PeningkatanKualitasLingkunganHidup, Fak. Kehutanan, IPB, Bogor
§  Shannigrahi, A.S., T. Fukushima, and R.C. Sharma. 2003. Air pollution control by optimal green belt development around The Victoria Memorial Monument, Kolkata (India). Journal Environment Studies Vol. 60,
§  Suparwoko dan Firdaus. (2007). ProfilPencemaran Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta: StudiKasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan UGM Yogyakarta. Jurnal LOGIKA, 4 (2): 54- 63.
§  Riani D. (2010). Kotornya Udara Semarang. Suara Merdeka, 16 Januari 2011.
§  Kusminingrum N dan Gunawan. (2008). Polusi Udara AkibatAktivitasKendaraanBermotor di Jalan PerkotaanPulauJawa dan Bali. JurnalJalan-Jembatan25 (3): 314-326.





REVIEW

                                
Tanggal Diberikan                   : 6 Maret 2019
Tanggal Dikembalikan            : 15 Maret 2019
Saran                                       : Judul dan isi materi jelas tapi gambar kurang paham karena
                                                Menggunkan Bahasa inggris

0 comments:

Post a Comment