Misteri
Hipotesis Tata Surya yang
Belum Terpecahkan
(Ovi Ayunda Elvitarani, Alifa Salma
Safira, Samik S.Si, M.Si)
ABSTRAK
Alam semesta merupakan tempat maha luas dan termegah
yang ada di luar bumi. Alam semesta dan seluruh isinya selalu mengandung banyak
misteri yang masih susah untuk dipecahkan sekalipun ilmuwan-ilmuwan yang
jenius. Ilmuwan hanya mampu melacak sebagian dari apa yang ada di alam semesta
salah satunya tata surya ini. Dalam tata surya masih menjadi banyak perdebatan
oleh para ilmuwan tentang apa sebenarnya yang membentuk planet-planet, dan
sistem tata surya yang lain.
Dalam tata surya masih terkandung banyak sekali teori
yang belum terpecahkan sampai saat ini walaupun perkembangan di dunia sudah
semakin canggih. Berbagai hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh para
ilmuwan menjadi suatu anggapan teori baru dan ilmu yang dapat digunakan untuk
mengetahui asal muasal terbentuknya tata surya ini. Tata surya sendiri
mengandung planet, matahari, meteor, komet asteroid, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu penulisan ini akan membahas tentang beberapa hipotesis yang
dikemukakan oleh ilmuwan-ilmuwan ternama untuk mengetahui perkiraan asal muasal
terbentuknya alam semesta ini.
1. Hipotesis
Nebular
Proses terbentuknya tata surya dalam
hipotesis nebular
Hipotesis nebular merupakan sebuah penjelasan
tentang bagaimana tata surya terbentuk dan dikemukakan oleh Pierre Simon de
Laplace pada tahun 1796. Laplace mengatakan bahwa bahan dari mana tata surya
terbentuk dulunya adalah melalui proses kondensasi massa awan gas atau massa
kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut, massa gas yang
jauh dari pusat tertinggal tidak ikut tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin
pusat massa menjadi matahari, sedangkan sejumlah massa yang tertinggal,
mengelilingi pusat (matahari) sebagai planet-planet dan benda angkasa lainnya.
Seperti bumi dengan benda-benda lain yang mengelilingi planet tersebut yang
berupa satelit atau bulan. (TIM FMIPA – UNESA, 2012)
Hipotesis nebular yang diterima secara luas
selama sekitar seratus tahun, memiliki beberapa kelemahan serius. Yang paling serius menyangkut kecepatan rotasi
matahari. Ketika hipotesis nebular diteliti secara matematis berdasarkan
momentum orbital planet-planet yang diketahui, ia memprediksi bahwa matahari
berputar sekitar 50 kali lebih cepat daripada yang sebenarnya terjadi. Hal ini
menyebabkan hipotesis ini pun melemah dan tergantikan oleh adanya hipotesis
planetasimal.
2. Hipotesis
Planetesimal
Hipotesis planetesimal Chamberlin-Moulton
adalah hipotesis katastropik, yang diajukan oleh Thomas Chamberlin dan Forest
Moulton pada tahun 1905, di mana planet-planet Tata Surya terlihat muncul dari
pertemuan antara Matahari dan bintang lain.
Gambar planet-planet yang dihasilkan oleh teori planetesimal
Hipotesis ini memiliki kesamaan dengan
hipotesis nebular bahwa tata surya ini terbentuk karena adanya proses
kondensasi oleh massa kabut gas. Namun bedanya dalam teori ini memiliki asumsi
bahwa pada proses kondensasi terdapat bintang besar yang secara kebetulan
sedang lewat di dekat bintang dimana tata surya kita juga merupakan
bagiannya. Lalu kabut gas dari bintang
tersebut terpengaruh oleh daya tarik matahari dan saat kabut gas tersebut
menjadi lebih dingin lalu memadat menjadi benda-benda berukuran kecil akhirnya
terbentuklah benda-benda yang disebut planetasimal. Benda-benda tersebut dari
waktu ke waktu saling bertabrakan dan membentuk planet atau bulan. Sisa
materinya berubah menjadi benda angkasa lainnya, seperti asteroid dan komet.
(Diaszakharia, 2013)
Dalam teori ini juga memiliki kelemahan yaitu di teori planetesimal disebutkan bahwa materi-
materi gas dari matahari yang terlempar keluar kemudian menjadi cair dan
kemudian memadat di sekitar matahari membentuk sebuah planet. Ada kejanggalan
di dalam proses ini. Seharusnya gas yang terlempar tersebut terpancar ke
seluruh angkasa mengingat suhu dari materi yang terlepas dari matahari sangat
tinggi, dan bukan malah memadat di sekitar matahari.
3. Hipotesis
Tidal
Contoh
pertemuan antara matahari dan bintang pada hipotesis tidal
Hipotesis tidal dikemukakan oleh James Jeans
dan Harold Jeffreys yang menjelaskan tentang asal usul tata surya sebagai hasil dari
pertemuan dekat antara Matahari dan bintang kedua. Namun, itu berbeda secara
signifikan dari hipotesis lainnya dari abad kedua puluh yaitu hipotesis
planetesimal Chamberlin-Moulton.
Menurut teori ini planet merupakan percikan
dari matahari. Tidal terjadi karena adanya 2 buah matahari yang bergerak saling
mendekat tetapi tidak sampai bertubrukan, dan akibat gaya tarik menariknya maka
ada bagian yang terlepas berupa percikan-percikan tersebut. percikan inilah
yang akhirnya menjadi planet dan benda percikan tersebut dinamakan tidal.
Pada teori tidal juga
dikenal dengan teori pasang surut yang dikemukakan oleh Buffon. Hal ini terjadi
karena sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga
menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu
masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita
kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan
dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). (Yusuf, 2013)
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan
bahwa :
1.
Melalui
hipotesis nebular tata surya terbentuk melalui kondensasi massa awan gas atau
massa kabut gas yang sangat panas.
2.
Hipotesis
Planetesimal menyebutkan bahwa terbentuknya tata surya ini memiliki kesamaan
dengan hipotesis nebular. Namun bedanya dalam hipotesis ini meyakini bahwa saat
terjadi kondensasi awan gas, tedapat bintang lain yang lewat dan kabut gas
panasnya terpengaruh oleh daya tarik matahari.
3.
Hipotesis
Tidal menyatakan bahwa terbentuknya planet ini bermula dari adanya 2 buah
matahari yang bergerak saling berdekatan dan menimbulkan adanya percikan yang
lalu mendingin dan membentuk tata surya ini.
4.
Hipotesis
tidal juga memperkirakan adanya pasang surut air laur di bumi ini.
Daftar
Pustaka :
FMIPA
TIM, UNESA. 2012. Sains Dasar.
Surabaya: Unesa University Press
Zakharia,
Dias. (2013). Hipotesis Planetesimal.
[online].
Fatma,
Desy. (2019). Teori Planetesimal:
Penjelasan Teori-Kelebihan-Kelemahannya. [Online]. https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-planetesimal.
05 Maret 2019
Yusuf.
(2013). Belajar Geografi Tata Surya.
[online].
0 comments:
Post a Comment