Pages

Wednesday, March 13, 2019

Misteri Hipotesis Tata Surya yang Belum Terpecahkan

Misteri Hipotesis Tata Surya yang Belum Terpecahkan
(Ovi Ayunda Elvitarani, Alifa Salma Safira, Samik S.Si, M.Si)

ABSTRAK
Alam semesta merupakan tempat maha luas dan termegah yang ada di luar bumi. Alam semesta dan seluruh isinya selalu mengandung banyak misteri yang masih susah untuk dipecahkan sekalipun ilmuwan-ilmuwan yang jenius. Ilmuwan hanya mampu melacak sebagian dari apa yang ada di alam semesta salah satunya tata surya ini. Dalam tata surya masih menjadi banyak perdebatan oleh para ilmuwan tentang apa sebenarnya yang membentuk planet-planet, dan sistem tata surya yang lain.
Dalam tata surya masih terkandung banyak sekali teori yang belum terpecahkan sampai saat ini walaupun perkembangan di dunia sudah semakin canggih. Berbagai hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh para ilmuwan menjadi suatu anggapan teori baru dan ilmu yang dapat digunakan untuk mengetahui asal muasal terbentuknya tata surya ini. Tata surya sendiri mengandung planet, matahari, meteor, komet asteroid, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu penulisan ini akan membahas tentang beberapa hipotesis yang dikemukakan oleh ilmuwan-ilmuwan ternama untuk mengetahui perkiraan asal muasal terbentuknya alam semesta ini. 
     1.      Hipotesis Nebular
                                                       Proses terbentuknya tata surya dalam hipotesis nebular

      Hipotesis nebular merupakan sebuah penjelasan tentang bagaimana tata surya terbentuk dan dikemukakan oleh Pierre Simon de Laplace pada tahun 1796. Laplace mengatakan bahwa bahan dari mana tata surya terbentuk dulunya adalah melalui proses kondensasi massa awan gas atau massa kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut, massa gas yang jauh dari pusat tertinggal tidak ikut tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin pusat massa menjadi matahari, sedangkan sejumlah massa yang tertinggal, mengelilingi pusat (matahari) sebagai planet-planet dan benda angkasa lainnya. Seperti bumi dengan benda-benda lain yang mengelilingi planet tersebut yang berupa satelit atau bulan. (TIM FMIPA – UNESA, 2012)
      Hipotesis nebular yang diterima secara luas selama sekitar seratus tahun, memiliki beberapa kelemahan serius. Yang paling serius menyangkut kecepatan rotasi matahari. Ketika hipotesis nebular diteliti secara matematis berdasarkan momentum orbital planet-planet yang diketahui, ia memprediksi bahwa matahari berputar sekitar 50 kali lebih cepat daripada yang sebenarnya terjadi. Hal ini menyebabkan hipotesis ini pun melemah dan tergantikan oleh adanya hipotesis planetasimal.
2.      Hipotesis Planetesimal
      Hipotesis planetesimal Chamberlin-Moulton adalah hipotesis katastropik, yang diajukan oleh Thomas Chamberlin dan Forest Moulton pada tahun 1905, di mana planet-planet Tata Surya terlihat muncul dari pertemuan antara Matahari dan bintang lain.


                                                   Gambar planet-planet yang dihasilkan oleh teori planetesimal

          Hipotesis ini memiliki kesamaan dengan hipotesis nebular bahwa tata surya ini terbentuk karena adanya proses kondensasi oleh massa kabut gas. Namun bedanya dalam teori ini memiliki asumsi bahwa pada proses kondensasi terdapat bintang besar yang secara kebetulan sedang lewat di dekat bintang dimana tata surya kita juga merupakan bagiannya.  Lalu kabut gas dari bintang tersebut terpengaruh oleh daya tarik matahari dan saat kabut gas tersebut menjadi lebih dingin lalu memadat menjadi benda-benda berukuran kecil akhirnya terbentuklah benda-benda yang disebut planetasimal. Benda-benda tersebut dari waktu ke waktu saling bertabrakan dan membentuk planet atau bulan. Sisa materinya berubah menjadi benda angkasa lainnya, seperti asteroid dan komet. (Diaszakharia, 2013)
Dalam teori ini juga memiliki kelemahan yaitu di teori planetesimal disebutkan bahwa materi- materi gas dari matahari yang terlempar keluar kemudian menjadi cair dan kemudian memadat di sekitar matahari membentuk sebuah planet. Ada kejanggalan di dalam proses ini. Seharusnya gas yang terlempar tersebut terpancar ke seluruh angkasa mengingat suhu dari materi yang terlepas dari matahari sangat tinggi, dan bukan malah memadat di sekitar matahari.

3.      Hipotesis Tidal
                                      Contoh pertemuan antara matahari dan bintang pada hipotesis tidal
      
        Hipotesis tidal dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys yang menjelaskan tentang  asal usul tata surya sebagai hasil dari pertemuan dekat antara Matahari dan bintang kedua. Namun, itu berbeda secara signifikan dari hipotesis lainnya dari abad kedua puluh yaitu hipotesis planetesimal Chamberlin-Moulton.
        Menurut teori ini planet merupakan percikan dari matahari. Tidal terjadi karena adanya 2 buah matahari yang bergerak saling mendekat tetapi tidak sampai bertubrukan, dan akibat gaya tarik menariknya maka ada bagian yang terlepas berupa percikan-percikan tersebut. percikan inilah yang akhirnya menjadi planet dan benda percikan tersebut dinamakan tidal.
          Pada teori tidal juga dikenal dengan teori pasang surut yang dikemukakan oleh Buffon. Hal ini terjadi karena sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). (Yusuf, 2013)


KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa :
1.      Melalui hipotesis nebular tata surya terbentuk melalui kondensasi massa awan gas atau massa kabut gas yang sangat panas.
2.      Hipotesis Planetesimal menyebutkan bahwa terbentuknya tata surya ini memiliki kesamaan dengan hipotesis nebular. Namun bedanya dalam hipotesis ini meyakini bahwa saat terjadi kondensasi awan gas, tedapat bintang lain yang lewat dan kabut gas panasnya terpengaruh oleh daya tarik matahari.
3.      Hipotesis Tidal menyatakan bahwa terbentuknya planet ini bermula dari adanya 2 buah matahari yang bergerak saling berdekatan dan menimbulkan adanya percikan yang lalu mendingin dan membentuk tata surya ini.
4.      Hipotesis tidal juga memperkirakan adanya pasang surut air laur di bumi ini.



Daftar Pustaka :
FMIPA TIM, UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press
Zakharia, Dias. (2013). Hipotesis Planetesimal. [online].
Fatma, Desy. (2019). Teori Planetesimal: Penjelasan Teori-Kelebihan-Kelemahannya. [Online]. https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-planetesimal. 05 Maret 2019
Yusuf. (2013). Belajar Geografi Tata Surya. [online].


0 comments:

Post a Comment