Pages

Wednesday, March 13, 2019

Revolusi Hijau, Revolusi Bersenjata Atau Revolusi Perdamaian?


Judul    :Revolusi Hijau, Revolusi Bersenjata Atau Revolusi Perdamaian?
Penulis :Anggito Wijokangko, Alfina Ramadhani, Samik

Abstract
Tujuan penulisan ini artikel ini adalah untuk mengungkan apakah Revolusi Hijau itu sebenarnya, karena dari kebanyakan orang yang mendengar kata revolusi selalu mengaitkan dengan hal yang berbau peperangan dan kekerasan seperti pada revolusi Orde Baru yang kita ketahui sendiri yang terbilang sangat ekstrim. Bahan-bahan yang didapatkan berasal dari beberapa buku, makalah online dan website yang mendukung tema yang diambil sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.


Revolusi Hijau 
adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di beberapa negara yang sebelumnya selalu kekurangan persediaan pangan (pokok), seperti IndiaBangladeshTiongkokVietnamThailand, serta Indonesia, untuk menyebut beberapa negara. Norman Borlaug, penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini. Revolusi hijau diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan gandum di Meksiko (1950) dan padi di Filipina (1960).Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras. Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur.Gerakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras.


Revolusi Hijau di Indonesia
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rezim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan. Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimiasecara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietasunggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di Afrika.

Dampak positif revolusi hijau
Produksi padi dan gandum meningkat sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat. Sebagai contoh: Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada dan bisa mengekspor beras ke India.


Permasalahan dan dampak negatif
1.     Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah.
2.     Penurunan keanekaragaman hayati.
3.     Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk.
4.     Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten.

LATAR BELAKANG REVOLUSI HIJAU

Ekonomi di Pedesaan dan Perkotaan pada Masa Orde Baru Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor pertanian di Indonesia tidak lepas dari perkembangan sektor industri pertanian itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi pertanian di dunia ditandai dengan munculnya Revolusi Hijau.Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapatdilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa sekarangini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin besar dalamtaraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk
.Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi dalamsejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi. Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Revolusi Hijau merupakan bagiandari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini.Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari caratradisional ke cara modern. Revolusi Hijau ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalamupaya meningkatkan produksi pangan. Revolusi Hijau sering disebut juga Revolusi Agraria.
Pengertian agraria meliputi bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asiadan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766
– 1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwakemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian (pangan). Malthus berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 31, 64, danseterusnya), sedangkan hasil pertanian mengikuti deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, danseterusnya).Hasil penelitian Malthus itu menimbulkan kegemparan di Eropa dan Amerika.Akibatnya, muncul berbagai gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dan usaha penelitian pencarian bibit unggul dalam bidang pertanian. Revolusi Hijau menjadi proyek penelitian untukmeningkatkan produksi pangan di berbagai negara di dunia. Sejumlah varietas padi-padian baruyang unggul, khususnya gandum, padi, dan jagung dikembangkan dalam upaya melipat-gandakan hasil pertanian. Pelaksanaan penelitian pertanian disponsori oleh lembaga Ford andRockefeller Foundation. Penelitian itu dilakukan di negara Meksiko, Filipina, India, danPakistan.Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah pusat penelitian benih jagung dangandum. Pusat penelitian ini mendapat bimbingan langsung dari Rockefeller Foundation . Hanyadalam beberapa tahun, para peneliti di lembaga tersebut berhasil menemukan beberapa varietas baru yang hasilnya jauh di atas rata-rata hasil varietas lokal Meksiko. Diilhami oleh kesuksesanhasil penelitian di Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller Foundation bekerja sama dengan FordFoundation mendirikan sebuah badan penelitian untuk tanaman padi di Filipina. Badan penelitianini dinamakan International Rice Research Institute (IRRI) yang bertempat di Los Banos,Filipina. Pusat penelitian ini ternyata juga menghasilkan suatu varietas padi baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di Asia.Varietas baru tersebut merupakan hasil persilangan genetik antara varietas padi kerdildari Taiwan yang bernama Dee-Geowoogen dan varietas padi jangkung dari Indonesia yang bernama Peta . Hasil dari persilangan tersebut diberi nama IR 8-288-3 atau biasa dikenal denganIR-8 dan di Indonesia dikenal dengan sebutan padi PB-8. Setelah penemuan padi PB-8, disusuloleh penemuan varietas-varietas baru yang lain. Jenis-jenis bibit dari IRRI ini di Indonesiadisebut padi unggul baru (PUB).Pada tahun 1966, IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti oleh penyebaran IR-5 padatahun 1967. Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietnam,dan Indonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis IR atau PUB secara luas di masyarakat.Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang ditanami PUB sudah mencapai 24 juta hektar.Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding ) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis tradisional) danmudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara lain:
1.tersedia cukup air;
2.pemupukan teratur;
3.tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit;
4.tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu







Daftar Pustaka

Wikipedia. 2019. “Revolusi Hijau,” Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.

Academia.Edu. 2019. “Revolusi Hijau”
https://www.academia.edu/8650345/REVOLUSI_HIJAU diakses pada 6 Maret 2019
Nasrudin, Harun dkk. 2012. Sains Dasar. Edisi kedua. Surabaya: Unesa University Press

0 comments:

Post a Comment