KOSMOLOGI
SEBAGAI PENGEMBANGAN KESADARAN MENGENAL ALAM SEMESTA
Efanda
Herlina, Naila Surroyah, Samik S. Si.,M.Si.
ABSTRAK
Kosmologi
secara ontologis mengajarkan relasi antara manusia dan alam semesta berbasis
kesatuan eksistensi. Secara epistemologis, merupakan sistematisasi pengalaman
manusia dalam menjalani kehidupan dan mampu mengantarkannya pada pengetahuan
tentang Tuhan pencipta alam. Dengan
demikian diharapkan dapat merubah cara pandang manusia terhadap alam dan
memiliki kontribusi bagi pengembangan lingkungan untuk merespon problem
kerusakan lingkungan baik dalam skala lokal maupun global. Alam semesta dapat
di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian yang berukuran kecil, dalam orde
mikron atau bahkan
Ada
lagi benda-benda yang berukuran besar dengan ukuran meter, kilometer atau bahkan
ribuan kilometer. Benda-benda dalam ukuran sangat kecil termasuk dalam alam
mikrokosmos, seperti sel, jaringan, atom,proton, elektron sehingga untuk
melihatnya perlu alat bantu khusus untuk mengamatinya. Sedangkan obyek
pengamatan yang sangat besar misalnya bumi, bulan, satelit, dan semua isi alam
semesta di sebut dengan makrokosmos.
Mikrokosmos dan makrokosmos, tidak dapat dipahami
dengan akal rasio begitu saja, tetapi membutuhkan kesadaran. Kesadaran adalah
sebuah kemampuan untuk melintasi berbagai dimensi hidup pada alam kehidupan
secara keseluruhan, dimana pada akhirnya dapat memahami segala sesuatunya pada
dirinya sendiri, bukan dipahami melalui akal rasio.
A. Arti
Mikrokosmos dan Makrokosmos
Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran
yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya.
Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang ukurannya sangat besar, misalnya bintang,
planet, galaksi. Namun para ahli astronomi menggunakan istilah alam
semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada
didalamnya. Alam semesta atau universum dalam terminologi ilmu astronomi adalah
ruang angkasa dengan segala zat dan energi yang ada didalamnya.
Ilustrasi
Makna Mikro Kosmos – Makro Kosmos
Sumber gambar : Katharsis; hal 138; Alvin
Hadiwono
Dalam
konteks kesadaran mikrokosmos – makrokosmos tidak mengenal subjek atau pun
objek. Manusia tidak dipandang sebagai pusat yang mengatur segala sesuatu di
luarnya, melainkan manusia hanyalah sebagai salah satu komponen alam.
B. Asal Usul Alam Semesta
Al-Qur’an
mengungkapkan pandangan dunia (world view)yang tidak semata-mata menekankan
dunia fisik, melainkan dunia spiritual. Kosmolog membuat teoretisasi yang
membedakan dalam pandangan dunia Islam adanya tiga realitas yaitu: makrokosmos,
mikrokosmos,dan metakosmos. Makrokosmos adalah alam semesta pada umumnya,
mikrokosmos adalah manusia, dan metakosmos adalah Allah. Asal usul alam semesta
ini hanya Allah semesta yang tahu. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan
menalar dan melakukan pengamatan dan bahkan melakukan percobaan-percobaan untuk
mengungkapkan suatu misteri alam semesta ini. Melalui penghormatan dan penghargaan pada
kemusliman alam semesta. Kemampuan manusia dalam kesadaran menjaga dan
memelihara keselarasan alam dengan tidak melakukan perlawan dalam bentuk apapun
terhadap hukum alam (sunnatullah/ukum
pinesthi). Cara
pandang manusia terhadap alam dan memiliki kontribusi bagi pengembangan lingkungan
untuk merespon problem kerusakan lingkungan baik dalam skala lokal maupun
global.
a. Mikrokosmos
Pada tahun 1665 ilmuwan bangsa Inggris,
Robert Hooke dengan menggunakan miskroskop yang masih sederhana, melihat bahwa
gabus terdiri dari struktur gelembung berdinding seperti sarang lebah. Rongga
berdinding itu di sebut sel oleh para ilmuwan sel sebagai kotak-kotak kecil
yang berisi bahan kehidupan. Pada tahun 1869 Friedrich Miescher seorang ahli
biokimia berhasil memisahkan suatu zat dari inti sel. Zat ini sekarang oleh
para ilmuwan di sebut asam deoksiri bonykleat atau disingkat dengan DNA yang
merupakan mata rantai antara zat bernyawa dan tak bernyawa.
Mempelajari
hal-hal yang sangat kecil dalam ukurannya
seperti sel, atom, proton, dan elektron benar-benar menakjubkan dalam
ukuran yang sangat kecil berorde angstrum
bukan merupakan suatu hal yang aneh untuk dipelajari.
b. Makrokosmos
Galilei (1564-1642) menemukan teleskop,
sehingga semakin banyak penemuan-penemuan benda langit yang ditemukan oleh para
ilmuwan. Ada tiga teori tentang terbentuknya alam semesta yaitu teori Big Bang, teori Steady State dan teori Osilasi.
Teori Big-Bang juga dikenal teori Super Dense, menyatakan bahwa jika alam
semesta mengembang pada skala tertentu, maka ketika kita pergi kembali ke dalam
waktu, kelompok-kelompok galaksi akan semakin mendekat dan tentu akan sampai
pada suatu saat di mana semua materi, energi dan waktu yang membentuk alam
semeseta terkonsentrasi pada suatu tempat dalam bentuk gumpalan yang sangat
padat ( super dense agglomeration).
Teori
Big Bang menganggap alam semesta berawal dari sebuah ledakan yang sangat hebat,
kemudian bagian-bagiannya berputar membentuk galaksi-galaksi.
Teori steady
state mengatakan bahwa galaksi-galaksi menjauh dan dunia ini mengembang
kemudian di sela-selanya akan muncul galaksi-galaksi baru. Alam semesta yang
terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stady state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta
diseluruh alam semesta. Sedangkan teori Oscillation
atau teori ekspansi-kontraksi menganggap bahwa alam semesta yang terdiri
dari galaksi-galaksi mengalami penyusutan dan merapat kemudian meledak dan
galaksi-galaksi penyusun alam semesta ini kembali merapat lagi dan proses
berulang tetapi dalam kurun waktu yan lama yaitu ratusan tahun.
KESIMPULAN
Kemampuan
manusia dalam kesadaran menjaga dan memelihara keselarasan alam dengan tidak
melakukan perlawan dalam bentuk apapun terhadap hukum alam (sunnatullah/ukum pinesthi). Dengan bertindak sesuai keselaran
alam, berarti manusia menghormati kemusliman jagad raya, dan tidak melakukan
kerusakan terhadapnya juga merepresentasikan kemusliman (tunduk, patuh, dan
berserah diri kepada Allah). Melalui penghormatan dan penghargaan pada
kemusliman alam semesta, berarti manusia telah memanifestasikan kemuslimannya
sendiri. Terjadinya alam semesta (Makrokosmos),
alam semesta telah tercipta setelah dan berkembang dengan material ledakan big
bang, karena galaksi-galaksi yang terbentuk mengarah pada asumsi dimana terjadinya
ledakan tersebut terbentuknya galaksi-galaksi dan sebagainya.
Manusia dapat dilihat sebagai mikrokosmos maupun
makrokosmos. Sebagai mikrokosmos manusia memiliki kewajiban untuk selalu rukun
dan terbuka terhadap makro kosmos seperti gunung, laut, hamparan padi di
binatang, batu, peralatan berburu dan sebagainya. Keduanya saling mempengaruhi
dan menunjang agar proses kehidupan terus berjalan, terutama pada kesadaran
manusia dalam kehidupan sakral maupun profan. sawah cuaca, bumi dan sebagainya.
Sebagai makrokosmos manusia juga memiliki kewajiban untuk rukun dan terbuka
terhadap mikrokosmos seperti mikrokosmos dan makrokosmos, tidak dapat dipahami
dengan akal rasio begitu saja. Ia membutuhkan kemampuan lain dalam diri kita yakni
kesadaran. Kesadaran adalah sebuah kemampuan untuk melintasi berbagai dimensi
hidup pada alam kehidupan secara keseluruhan, dimana pada akhirnya dapat
memahami segala sesuatunya pada dirinya sendiri, bukan dipahami melalui akal
rasio.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku
UNESA-TIM FMIPA. 2012.
Sains Dasar. Jilid Dua. Surabaya. Unesa.
2. Jurnal
Tri
Astutik Haryati. 2017. Kosmologi Jawa
Sebagai Landasan Filosofis Etika Lingkungan. Jurnal Religia ISSN 1411-1632 (paper) E-ISSN 2527- 5992 (online).
Vol.20 No.2.
Siti
Romlah.2016. Sains Dan Teknologi dalam Al-Quran (
fenomena
Makrokosmos dan Mikrokosmos). Jurnal
Studi Islam. Vol. 11 No 2.
Munawir Haris.2013. Spiritualitas Islam Dalam
Trilogi Kosmos. Jurnal Studi Keislaman.
Vol.17 No.2.
3. Makalah /
Karya Ilmiah
Alvin Hadiono. Pengembangan Horizon Kesadaran
Mikrokosomos-Makrokosmos Sebagai Gaya Hidup Dalam Perencanaan Kota Hijau. Seminar Nasional Life Style and Architecture
(Scan#2:2011).
0 comments:
Post a Comment