Judul : Peran
Pemahaman Hakikat Variabel Penelitian Dalam Penulisan Penelitian.
Penulis: Desia Adilia Nur C.Ahmad
Nashruddin Fahmi.Samik
Abstrak
Latar
belakang penulisan ini dikarenakan masih banyaknya dijumpai kesalahan dalam
pemahaman ideal mengenai variabel, tulisan ini mencoba memaparkan pembahasan
mengenai substansi dari variabel. Pembahasan dalam tulisan ini akan difokuskan
pada persoalan mengenai : 1) Pengertian
Variabel; 2) Macam-macam variabel; 3) Bentuk Variabel; 4) Pengukuran Variabel;
5) Korelasi Antara Variabel. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel
Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Terkait macam-macam
variabel dapat dibedakan menjadi; 1) Variabel Independen; 2) Variabel Dependen;
3) Variabel Dependen; 4) Variabel moderator; 5) Variabel intervening; 6) Variabel
control. Mengenai bentuk variabel , maka dalam penelitian sosial dikenal
ada dua bentuk variabel, yaitu variabel
kategorikal dan variabel bersambungan. Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu: 1) Skala Nominal; 2) Skala Ordinal; 3) Skala Interval; 4)
Skala Rasio. Dan korelasi antara variabel meliputi; Hubungan
simetris, Hubungan Asimetris, dan Hubungan Timbal Balik. Dengan
adanya penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan
bagi penulisan laporan penelitian serta dapat meminimalisir
kebingungan-kebingungan mengenai substansi variabel penelitian.
Pembahasan
A. Pengertian
Variabel
adalah segala sesuatu (besaran) yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu
situasi tertentu. Variabel Penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari
objek, individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan
lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari
informasinya serta ditarik kesimpulannya.
Beberapa
definisi variabel menurut para ahli :
1.
Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain.
2.
Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk (constructs)
atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan,
status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
3.
Menurut kidder (1981),variabel penelitian adalah suatu kualitas dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2009).
Secara
teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Dinamakan variabel karena ada
variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatan variabel, karena berat badan
sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Jadi, kalau
peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek,
maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.
Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat
bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau
obyek yang bervariasi.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
B. Macam-macam
variabel
Menurut
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam
variabel penelitian yaitu:
a) Variabel
Independen atau Variabel Manipulasi
Variabel ini sering
disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel ini biasa disebut juga variabel eksogen.
Sebagai contoh, misalnya hipotesis yang
berbunyi: 1. ”Daya beli produk rokok ditentukan oleh Status Sosial Ekonomi
(SSE)”; 2. ”Relevansi persepsi iklan produk antara khalayak dan desainer iklan
berhubungan dengan literasi visual khalayak”. Untuk dua contoh hipotesis di
atas, maka pada hipotesis 1. variabel independennya adalah Status Sosial
Ekonomi (SSE). Sedang pada contoh hipotesis 2. variabel independennya adalah
’literasi visual’.
b)
Variabel Dependen atau Variabel Respon
Variabel
dependen disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat disebut juga varabel indogen.
Dalam kaitan dua contoh hipotesis tadi, maka
pada hipotesis 1. variabel dependennya adalah ’daya beli’. Sedangkan pada
contoh hipotesis 2. variabel dependennya adalah’relevansi persepsi’. Artinya,
’relevansi persepsi’ terjadi jika terdapat ’literasi visual’ yang baik di
kalangan khalayak.
c)
Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel khusus dari
variabel independent. Dalam analisis hubungan yang menggunakan minimal dua
variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel
independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi
oleh variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model statistik yang kita gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel
moderator. Variabel moderator ini adalah variabel lain yang
bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari
variabel moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara
variabel independent (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny,
1986: p. 1174). Variabel ini bisa diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh
peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan mempengaruhi hubungan
antara variable bebas dan variabel terikat. Secara skematis, hubungan di antara
ketiga variabel tersebut bisa diilustrasikan seperti pada gambar berikut:
d)
Variabel intervening
Menurut
Tuckman (1988), “An intervening variabel
is that faktor that theoritically affect the observed phenomenon but cannot be
seen, measure, or manipulated.” Variabel intervening adalah variabel yang
secara teoritis mempengaruhi hubungan atara variabel independen dengan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini adalah variabel
penyela/antara yang terletak dianatara variabel independen dan dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.
Hal
ini misalnya hipotesis yang menduga adanya hubungan antara jarak tempat tinggal
dengan frekuensi mengunjungi perpustakaan. Bunyinya misalnya, ”Semakin dekat
jarak tempat tinggal dengan lokasi perpustakaan semakin sering mengunjungi
perpustakaan”. Dengan hipotesis ini, maka hubungan positif mungkin akan terjadi
apabila dimasukkan variavel yang bersifat intervening.
Jika tidak maka hubungan itu mungkin tidak akan terjadi secara positip.
Variabel intervening dalam hal ini
mungkin variabel jenis pekerjaan. Jadi, dengan memasukkan variabel tersebut,
maka secara logis memang jarak belum tentu menentukan kunjungan.
Variabel ini merupakan
variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan
Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses
hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T
→ Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola
hubungan antara IV dan DV.
Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi
dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM).
Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat
antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya
Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi
kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening,
pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T
mempengaruhi Y.
Contoh:
Tingkat pendidikan → jenis
pekerjaan → tingkat penghasilan
Metode mengajar → motivasi
belajar → Prestasi siswa
Teknologi baru → budaya →
Respon masyarakat
Usia → Pengalaman mengendarai
→ kelihaian mengendarai sepeda motor
e)
Variabel kontrol
Variabel control adalah variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap
dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel
kontrol sering digunakan, bila akan melakukan penilitian yang bersifat
membandingkan, melalui penelitian eksperimen.
Untuk contoh kasus pada hipotesis 1)
misalnya, maka hubungan itu mungkin variabel penekan-pengganggu-nya bisa berupa
variabel sikap terhadap rokok. Dengan variabel ini, maka dengan sikap anti
rokok misalnya, ini bisa menyebabkan gangguan terhadap hubungan antara variabel
SSE dengan variabel Daya Beli. Artinya, meskipun misalnya seseorang responden
memiliki SSE tinggi namun sikapnya anti terhadap rokok, maka daya belinya
terhadap rokok tetap tidak terpengaruh oleh SSE-nya yang tinggi tadi.
Hubungan
ke-4 Variabel:
C.
Bentuk Variabel
Dalam penelitian sosial dikenal ada dua bentuk variabel, yaitu
variabel kategorikal dan variabel
bersambungan. Variabel kategorikal adalah
variabel yang membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori.
Variabel yang terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi, sedangkan
yang memiliki banyak kategori disebut variabel politomi. Variabel dikotomi sering
dijumpai dalam penelitian sosial (termasuk
dalam ilmu komunikasi), misalnya jenis kelamin (pria-wanita); status pekerjaan
(bekerja/tidak bekerja); status perkawinan (kawin-tidak kawin); dan penggunaan
kontrasepsi (pakai-tidak pakai). Beberapa contoh variabel politomi adalah jenis pendidikan (tidak sekolah; SD; SLTP;
SLTA; D1;D2;D3; S1; S2; S3). Termasuk juga seperti jenis pekerjaan dan agama yg
dianut.
Variabel
bersambungan adalah variabel yang nilai-nilainya merupakan suatu skala, baik
bersifat ordinal maupun rasio. Beberapa contoh variabel bersambungan dalam
penelitian sosial adalah: umur; jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah
tangga, tingkat efektifitas, tingkat sentuhan media massa, dan tingkat
kriminalitas.
Dalam analisa seringkali variabel-variabel bersambungan
ini diubah menjadi variabel kategorikal, agar peneliti dapat melakukan
analisa-analisa kategorikal seperti tabulasi silang dan analisa varians.
Sebaliknya variabel kategorikal tidak dapat langsung diubah menjadi variabel
bersambungan.
D. Pengukuran
Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan
menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1)
Skala Nominal
Skala Nominal adalah Suatu himpunan
yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya,
dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :
·
Jenis Kelamin :
dibedakan antara laki – laki dan perempuan
·
Pekerjaan : dapat
dibedakan petani, pegawai, pedagang
·
Golongan Darah :
dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
·
Ras : dapat dibedakan
atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
·
Suku Bangsa : dapat
dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan,
tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat
dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk
dari kategori yang lain.
2)
Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan,
pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah skala data kontinum yang batas satu variasi nilai ke
variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah
nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
·
Tingkat Pendidikan :
dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
·
Pendapatan : Tinggi,
Sedang, Rendah
·
Tingkat Keganasan Kanker
: dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa :
Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada
Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
·
Sikap (yang diukur
dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
3)
Skala Interval
Skala Interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai satu
dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan
Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan
nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada skala interval juga dapat dibandingkan seperti halnya
pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi nilai
mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena itu batas –
batas variasi nilai pada skala Interval bersifat ARBITRER (angka nol-nya tidak absolut).
Contoh :
·
Temperature / Suhu Tubuh
: sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240
Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius tidak absolut
(=00Celcius tidak berarti tidak ada suhu / Temperatur sama sekali).
·
Tingkat Kecerdasan,
·
Jarak, dsb.
4. Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga
variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilainol
absolut).
Misalnya :
·
Tinggi Badan : sebagai
Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm
terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan
180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
·
Denyut Nadi : nilai 0
dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
·
Berat Badan
·
Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval,
Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang
paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang
dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri –
ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki
sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya perbedaan
tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan
interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data
Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan
metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk
ordinal atau nominal. Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah
menjadi interval atau ratio.
E.
Korelasi Antara Variabel
Dari sudut hubungan antara variabel, dikenal ada tiga kategori hubungan.
1. Hubungan
Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakalah variabel
yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada
empat ciri hubungan simetris yaitu:
a. Kedua
variabel merupakan “indikator” dari konsep yang sama.
Misalnya, “kualifikasi guru yang baik” adalah “tingkat
pendidikan“ dan “pengalaman mengajarnya”. Variabel tingkat pendidikan tidak
dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, begitu pula sebaliknya.
b. Kedua
variabel merupakan “akibat” dari faktor yang sama.
Misalnya, “tes tes sleksi masuk perguruan tinggi yang
ketat” menyebabkan banyak calon yang gugur, tetapi juga ”dapat meningkatkan
prestasi mahasiswa”. Hubungan tersebut adalah simetris. Sebab tidak ada
hubungan antara calon mahasiswa yang gugur dengan meningkatkan prestasi
mahasiswa
c. Kedua
variabel tersebut mempunyai kaitan fungsional. “Misalnya, “kekuasaan“ mempunyai
kaitan fungsi dengan “tugas dan tanggung jawab”. Akan tetapi, tidak berarti
kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab, atau sekaligus tugas dan
tanggung jawab tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh kekuasaan.
d. Hubungan
kebetulan
Misalnya anak pandai gagal, tapi anak bodoh lulus
dengan baik. Jadi tidak ada hubungan pandai dengan kegagalan atau bodoh dengan
kelulusan.
2. Hubungan Tak
Simetris
Hubungan tak simetris (asimetris) ditandai dengan
adanya hubungan atau kaitan antara variabel satu dengan lainnya. Hubungan
tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun sebab akibat.
Hubungan asimetris merupakan inti dari penilitian ilmu sosial, termasuk
penelitian penididkan hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk hubungan yang
positif dan fungsional. Hubungan yang positif artinya ada hubungan searah.
Sedangkan yang diamksud hubungan fungsional adalah kedua variabel menunjukkan
adanaya kaitan fungsi.
Ada beberapa hubungan asimetris :
a. Hubungan
stimulus-respons
Biasanya datang dari luar individu. Sedangkan respons
merupakan reaksi atau jawaban dari individu.
b. Hubungan
disposisi-respons
Stimuls berasal dari luar, disposisi sudah berada
dalam individu itu sendiri, yakni berupa kecendrungan untuk menunjukkan respons
tertentu pada situasi tertentu.
3. Hubungan
Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang pada suatu
saat variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain
terjadi anggota sebaliknya. Jadi, pada satu saat varaibel (X) mempengaruhi (Y),
dan pada saat lain variabel (Y) yang mempengaruhi (X)
Contoh, misalnya siswa yang biasa belajar teratur
ternyata berprestasi tinggi, ternyata menyebabklan belajar yang teratur.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan perihal pengertian, Variabel
Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Terkait macam-macam
variabel dapat dibedakan menjadi; 1) Variabel Independen; 2) Variabel Dependen;
3) Variabel Dependen; 4) Variabel moderator; 5) Variabel intervening; 6) Variabel
control. Mengenai bentuk variabel , maka dalam penelitian sosial dikenal
ada dua bentuk variabel, yaitu variabel
kategorikal dan variabel bersambungan. Variabel
kategorikal adalah variabel yang
membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang
terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi, sedangkan yang memiliki
banyak kategori disebut variabel politomi. Kemudian, dalam melakukan Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu: 1) Skala Nominal; 2) Skala Ordinal; 3) Skala Interval; 4)
Skala Rasio. Dan korelasi antara variabel meliputi; Hubungan
simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak
disebabkan oleh variabel lainnya; Hubungan
tak simetris (asimetris) ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan antara
variabel satu dengan lainnya; Hubungan
timbal balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain terjadi anggota
sebaliknya.
Jadi, bagi
seorang peneliti variabel sangatlah penting, karena pemilihan variabel
sangatlah menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Serta saat peneliti
memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang
kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.
Daftar Pustaka
Ridha
Nikmatur.2017.Proses Penelitian, Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian. Jurnal Hikmah. Volume 14, No. 1: 62-70.
Imran Ali
Hasyim.2012.Peran Pemahaman Variabel dalam Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kuantitatif. INSANI.
NO.13: 63-71.
Arikunto Suharsimi.2013.Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.15.Jakarta.PT Rineka Cipta.
Sugiyono.2016.Statistik
untuk Penelitian.Bandung.Alfabeta.
Arumning.2012.Makalah
Variabel Penelitian. arumning.blogspot.com/2012/02/makalah-variabel-penelitian.html.13 Maret 2018.
Rahayu.2013. Makalah
Metodologi Penelitian Variabel. http://catatanenyrahayu.blogspot.co.id/2013/03/makalah-metodologi-penelitian-variabel.html.
13 Maret 2018.
No
Name.2010.Variabel dan Data.https://smartstat.wordpress.com/2010/02/25/variabel-dan-data/.20
Maret 2018.
reviewer: Ahmad Nasrudin Fahmi
Tanggal
Diberikan : 15 Maret
2018
Tanggal
Dikembalikan : 18 Maret 2018
Saran
:
Menurut saya, isi yang dijelaskan
penulis sudah sangat jelas dan runtut, tetapi alangkah lebih baik penjelasan
dari penulis tidak terlalu panjang atau lebih dipadatkan/dipersingkat lagi agar
memudahkan pembaca untuk memahami isi tulisan. Sebab, menurut saya saat tulisan
terlalu panjang, seorang pembaca sebelum memulai membaca sudah merasa bosan.
Kemudian, alangkah lebih baik lagi, tulisan ini diberi bagan-bagan sehingga
dapat memperjelas inti dari setiap sub materi.
0 comments:
Post a Comment