Pages

Monday, March 26, 2018

Perumahan Padat Penduduk Yang kumuh


Oleh Muhamad Thoriq Cendiatama , M. Nu’man I , Bella margareta , Samik
Abstrak
            Pada dewasa ini pertumbuhan penduduk semakin melonjak tinggi , seiring dengan perkembangan zaman. Kependudukan adalah salah satu masalah utama di Indonesia , di sebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat tidak di barengi dengan kesadaran akan lingkungan di sekitar mereka. Program Keluaga Berencana yang di galang pemerintah sejak pemerintahan Presiden Suharto , hingga sekarang kurang terasa hasil nya , selain itu timbul berbagai macam masalah salah satu nya perumahan padat penduduk yang kumuh . selain itu masalah lingkungan yang di timbulkan dari ada nya pemukiman yang kumuh tersebut berdampak buruk ,
Pembahasan
            Indonesia merupakan negara peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan Sensus 2015 (Badan Pusat Statistik) disebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 262 juta jiwa, sehingga dapat di proyeksikan bahwa untuk jumlah penduduk Indonesia tahun 2045 kedepannya akan menembus angka 290 juta jiwa. Hal ini bukanlah sebuah peristiwa yang dapat dianggap sepele oleh Pemerintah dan jika jumlah penduduk semakin besar wilayahnya akan berdampak kepada ledakan penduduk. Ledakan penduduk sendiri diartikan sebagai pertambahan penduduk secara tiba-tiba  dan begitu cepat pada sebuah wilayah. Ledakan penduduk ini bisa menimbulkan banyak masalah baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonom. Dampak ledakan penduduk yang timbul di suatu perkotaan besar adalah pemukiman kumuh. Terbentuknya pemukiman kumuh atau sering disebut Slum Area, sering dipandang sebagai potensial menimbulkan masalah lingkungan di perkotaan.
Menurut Khomarudin (1997) permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut suatu lingkungan yg berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha) dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah, jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standartd, sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diluar perundang-undangan yang berlaku.
Faktor-faktor Terbentuknya Permukiman Kumuh
Adapun timbulnya kawasan kumuh menurut Hari Srinivas (2003) dapat dikelompokan sebagai berikut:
Faktor internal:
-          Faktor budaya
-          agama
-          tempat bekerja
-          tempat lahir
-          lama tinggal
-          investasi rumah
-          jenis bangunan rumah.
Faktor eksternal:
-           Kepemilikan tanah
-           kebijakan pemerintah
Penyebab utama tumbuhnya lingkungan kumuh menurut Khomarudin (1997) antara lain adalah :

-          Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat,
-          berpenghasilan rendah,
-          Sulit mencari pekerjaan
-          Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
-          Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
-          Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta
-          Disiplin warga yang rendah.
-          Kota sebagai pusat perdagangan yang menarik bagi para pengusaha,
-          Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.
 











Gambar diatas adalah salah satu gambaran pemukiman kumuh yang bisa kita temui
            Adanya pemukiman pemukiman kumuh diatas menggambarkan lingkungan yang amat sangat tidak sehat , lingkungan kehidupan yang kotor adalah salah satu contoh bahwa program adiwiyata nasional , memang tidak merata di seluruh kota , apa lagi kota kota besar , berbagai dampak langsung dari adanya permukiman kumuh dalam hal keruangan yaitu adanya penurunan kualitas lingkungan fisik maupun sosial permukiman yang berakibat semakin rendahnya mutu lingkungan sebagai tempat tinggal (Yunus, 2000 dalam Gamal Rindarjono, 2010). Seperti halnya lingkungan permukiman kumuh yang ada di Surabaya memperlihatkan kondisi kualitas lingkungan yang semakin menurun, secara umum hal ini dapat diamati berdasarkan hal sebagai berikut (Gamal Rindarjono, 2010) : (1) Fasilitas umum yang kondisinya dari tahun ke tahun semakin berkurang atau bahkan sudah tidak memadai lagi; (2) Sanitasi lingkungan yang semakin menurun, hal ini dicerminkan dengan tingginya wabah penyakit serta tingginya frekwensi wabah penyakit yang terjadi, umumnya adalah DB (demam berdarah), diare, dart penyakit kulit; (3) Sifat extended family (keluarga besar)pada sebagian besar pemukim permukiman kumuh mengakibatkan dampak pada pemanfaatan ruang yang sangat semrawut di dalam rumah, untuk menampung penambahan jumlah anggota keluarga maka dibuat penambahan-penambahan ruang serta bangunan yang asal jadi, akibatnya kondisi rumah secara fisik semakin terlihat acak-acakan.
            Mengatasi Permukiman KumuhKemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada umumnya. Menurut Cities Alliance (lembaga internasional yang menangani hibah, pengetahuan dan advokasi untuk kepentingan peningkatan permukiman kumuh di dunia) dalam Lana Winayanti (2011) ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencegah pertumbuhan permukiman kumuh baru yaitu:

a.    Kepastian bermukim (Secure Tenure).Hak atas tanah adalah hak individu atau kelompok untuk menghuni atau menggunakan sebidang tanah. Hak atas tanah dapat berupa hak milik atau hak sewa. Kejelasan hak atas tanah memberikan keyakinan akan masa depan – rasa aman karena kejelasan hak (sewa ataupun milik) akan meningkatkan kestabilan jangka panjang dan mengakibatkan penghuni berkeinginan berinvestasi untuk peningkatan kualitas rumah dan lingkungan mereka.
KESIMPULAN

Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, karena kelahiran yang tidak terkendali. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota. Terbentuknya pemukiman kumuh dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur. 
DAFTAR PUSTAKA
            Tim FMIPA Unesa.2003.Sains Dasar. Unesa University Press
Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
Rindarjono, Mohammad Gamal . 2010. Perkembangan Permukiman Kumuh di kota Semarang Tahun 1980-2006. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1467_RD1005003.pdf
Winayanti, Lana. 2011. Menuju Kota Bebas kumuh . .                                               

0 comments:

Post a Comment