Pages

Thursday, March 22, 2018

RAHASIA CINCIN SATURNUS


RAHASIA CINCIN SATURNUS
Bagus, Irchamnie, Samik
Abstrak
Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 40 menit 24 detik. Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Kata kunci :  Revolusi, Rotasi, Cincin

Penjelasan
            Planet Saturnus merupakan planet terbesar kedua setelah Jupiter. Planet ini mempunyai diameter 74.000 mil. Seperti halnya Jupiter rotasinya begitu cepat yakni 10 jam, persamaan yang lain adalah atmosfernya terdiri dari gas metan, amoniak dan hidrogen. Temperatur pada permukaan Saturnus sangat rendah yaitu 243 derajat F yang berarti gas amoniaknya membeku. Berat jenisnya 0,7 dibandingkan berat jenis air = 1 atau berat jenis bumi = 5,3. Hal yang paling menarik dari planet ini adalah adanya sabuk putih yang melilit ekuator dan jaraknya dari permukaan planet sejauh 7000 mil sampai kurang lebih 37000 mil. Sabuk ini berbentuk pipih setelah 10 mil. Sabuk ini berupa debu dan ternyata berputar mengelilingi planet dengan kecepatan yang berbeda, sabuk bagian dalam lebih cepat daripada sabuk bagian luarnya dan kemudian sabuk ini disebut sebagai cincin.


Gambar 1
Sebuah penelitian yang ditulis dalam Jurnal Nature menyatakan cincin Saturnus adalah sisa-sisa bulan, yang terkoyak jutaan tahun lalu, kemudian mengelilingi planet. Meskipun masih memerlukan pembuktian, teori sisa-sisa bulan (atau satelit) ini cukup kuat. Sejak lama, ilmuwan berbeda pendapat tentang asal-usul cincin yang mengelilingi Saturnus. Ada juga yang mengatakan cincin ini adalah tinggalan material nebula yang membentuk Saturnus. Tak ketinggalan, ada yang beranggapan cincin itu terbentuk dari sisa-sisa komet yang menabrak atau saat gravitasi planet ini mencerai-beraikan komet yang melintas terlalu dekat. Namun, menurut penelitan dalam Jurnal Nature, kemungkinan terakhir itu akan membuat cincin Saturnus kaya batu-batuan dan es. Padahal cincin Saturnus saat ini 90 hingga 95 persennya terdiri dari air es. Meskipun memang cincin ini telah tercemari debu dan puing-puing luar angkasa. Kemungkinan kedua diabaikan karena jika cincin itu bentukan dari nebula maka akan tidak stabil dan tidak mampu bertahan hingga saat ini.

Seperti dipublikasi Jurnal Nature, kemungkinan pertama adalah yang paling mungkin terjadi. Menurut Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS yang merupakan penulis dalam laporan di jurnal iru, Saturnus dulu memiliki banyak bulan raksasa sebesar satelit terbesarnya saat ini, Titan. Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, saat bulan seukuran Titan mendekat, gravitasi Saturnus menariknya dan membuat lapisan es satelit ini terlepas. Lapisan es inilah yang membentuk cincin Saturnus. Sementara itu, inti satelit yang berbatu-batu tetap utuh dan akhirnya menabrak Saturnus.  Proses ini terjadi beberapa kali dengan bulan-bulan seukuran Titan yang berbeda. Tiap peristiwa kemungkinan mengganggu dan merusak sistem cincin sebelumnya. Jadi, yang kita lihat saat adalah serpihan bulan terbesar terakhir yang tertelan Saturnus. “Model ini menunjukkan cincin tersebut adalah hal yang pokok. Mereka terbentuk dari proses yang sama yang membuat Titan satu-satunya satelit terbesar Saturnus. Dan ini adalah satu-satunya penjelasan konsisten untuk satelit yang kaya es,” kata Canup. Es yang terlepas dari satelit-satelit itu bisa membentuk sistem cincin 10 hingga 100 kali lebih besar dari yang kita lihat saat ini. Tapi, cincin ini menyusut seiring waktu.
            Kemudian “Cincin spektakuler yang penuh warna itu merupakan bukti yang tersisa,” kata Robin Canup, astronom dari Southwest Research Institute, seperti dikutip dari Nature, 13 Desember 2010. “Saat bulan itu menuju kematian, Saturnus merampas lapisan es terluar milik bulan itu dan membentuk cincin,” ucapnya. Menurut Joe Burns, astronom asal Cornell University, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penelitian, misteri cincin Saturnus menjadi teka-teki bagi umat manusia selama beberapa abad. Meski demikian, Burns menyebutkan, teori yang dikemukakan Canup dan timnya masuk akal. Sebelum ini, teori yang mengemuka adalah bulan-bulan Saturnus saling bertumbukan atau asteroid telah menabrak ke beberapa bulan itu. Debu dan partikel pecahannya lah yang kemudian membentuk cincin. Yang jadi masalah, bulan-bulan milik Saturnus terdiri dari separuh es dan separuh bebatuan, sedangkan ketujuh cincin yang dimiliki planet itu 95 persennya terdiri dari es. “Bahkan mungkin sebelumnya seluruh material cincin itu adalah es,” ucapnya. Jika cincin terbentuk dari tabrakan antar bulan atau asteroid yang menabrak bulan, seharusnya ada lebih banyak bebatuan di cincin planet Saturnus. “Sesuatu telah merampas es milik sebuah bulan yang besar dan meninggalkan es itu menjadi cincin Saturnus,” ucap Canup. Cincin Saturnus sendiri, menurut Canup, awalnya 10 sampai 100 kali lebih besar dibanding saat ini. “Sejalan dengan waktu, es di bagian luar cincin telah menyatu ke dalam beberapa bulan milik Saturnus,” kata Canup. “Berarti, apa yang dimulai dari bulan, telah menjadi cincin, dan kini kembali menjadi bulan,” ucapnya.
Disamping itu Kini kita tahu bahwa Saturnus memiliki tujuh cincin besar, yang dipisahkan oleh celah-celah kosong yang disebut ‘divisi’. Tapi, pemahaman kita mengenai cincin Saturnus masih berevolusi. Baru-baru ini sekelompok peneliti berhasil mengukur kecerlangan dan temperatur cincin-cincin Saturnus secara lebih detil daripada sebelum-sebelumnya. Mereka menemukan bahwa satu cincin tampaknya jauh lebih terang daripada dua cincin sebelahnya saat dilihat dalam citra termal, artinya cincin itu lebih panas. Anehnya, celah bernama ‘Divisi Cassini’ juga bersinar terang dalam citra-citra termal, menunjukkan bahwa celah ini tidak sekadar ruang kosong antar-cincin. Kita menduga area ini lebih panas karena mengandung lebih sedikit partikel sehingga Matahari lebih mudah memanasi daerah tersebut. Selain itu, partikel-partikel di sana lebih gelap sehingga menyerap lebih banyak panas. Di pihak lain, Divisi Cassini tampak kosong dalam citra-citra normal sementara cincin-cincin di dekatnya yang mempunyai lebih banyak partikel memantulkan lebih banyak cahaya matahari dan tampak lebih terang.
Referensi :
Nasrudin, harun. 2012. Sains dasar. Surabaya: Unesa university press
National geographic. 2017. Rahasia cincin Saturnus. http://nationalgeographic.co.id/berita/2017/03/rahasia-cincin-saturnus. 13 Maret 2018
National geograpic. 2010. Cincin Saturnus terbentuk dari satelit raksasa. http://nationalgeographic.co.id/berita/2010/12/cincin-saturnus-terbentuk-dari-satelit-raksasa 13 Maret 2018
Firman, muhammad. 2010. Teori baru asal muasal cincin Saturnus. https://www.viva.co.id/digital/193564-teori-baru-asal-muasal-cincin-saturnus. 13 Maret 2018



           




0 comments:

Post a Comment