Pages

Friday, March 23, 2018

Pemahaman Sains Dalam Hakikat Sains


Penulis                         : Devinta Nur Amalia, M. Zundy Alwan, Samik
Judul                           : Pemahaman Sains Dalam Hakikat Sains


Abstrak                       :
            Hakikat sains adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan pengamatan, percobaan, pengamatan dan demikian seterusnya saling kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara ilmiah pad dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Pada dasarnya memaknai hakikat sains ditujukan untuk menyusun suatu kerangka berpikir mengenai bagaimana sains dapat digunakan untuk mendidik masyarakat agar menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bijaksana. Sains dan teknologi ibarat satu mata uang dengan dua sisi, satu sisi mengandung hakikat sains (the nature of science) dan sisi lain mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Hakikat sains mencakup tiga  aspek, yaitu produk (body of knowledge, prinsip, hukum, teori)), proses (metode ilmiah) dan sikap ilmiah.







Isi                                :

Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science.Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.Sehingga science secara harfiah berarti imu yang mempelajari mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Patta Bundu, 2006: 9).
Menurut Chiappetta (2010: 109) Ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya merupakan :
a. Science as a Way of Thinking
IPA sebagai jalan berpikir yang meliputi kepercayaan, keingintahuan, imajinasi, dan alasan.

b. Science as a Way of Investigating
Cara melakukan investigasi meliputi (1) pengamatan (2) mengumpulkan data (3) merumuskan hipotesis (4) eksperimen (5) menyimpulkan.

c. Science as a body of knowledge
Merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari (1) Fakta, (2) Konsep, (3) Hukum dan prinsip, (4) Teori, (5) Model.

d. Science and Interactions with Technology and Society
Memiliki arti bahwa IPA, teknlogi, dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain, banyak karya ilmiah yang dilakukan oleh ilmuan yang dipengaruhi oleh masyarakat dan ketersediaan teknologi.

Berdasarkan pendapat Patta Bundu dan Chiappetta IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai objek dan fenomena yang ada di alam.Pada hakikatnya IPA merupakan suatau jalan bagi peserta didik untuk berpikir dan melakukan investigasi terhadap fenomena ataupun objek yang ditemukan, selanjutnya peserta didik menemukan fakta dari investigasi yang dilakukan sehingga konsep dapat dikembangkan.Masyarakat dan teknologi berperan penting dalam kegiatan investigasi.
Hakikat sains atau Nature of Science (NOS) merupakan pengetahuan tentang epistemologi (metode) dari sains, proses terjadinya sains, atau nilai dan keyakinan yang melekat untuk mengembangkan sains (Khalick dkk,1998: 418). Nature of science direpresentasikan dengan 10 karakter.Dua karakter melekat pada substansi sains dan delapan karakter melekat pada epistemologi pengembangan sains.Pemahaman tentang NOS dipandang sangat perlu untuk standar kelulusan dari pendidikan sains sebelum memasuki perkuliahan sehingga memiliki literasi sains (Khalick dkk, 2008: 835).Bahkan Mullis dan Jenkins (dalam Meichtry, 1993: 432) menyatakan bahwa pemahaman NOS yang baik dapat memberikan kemampuan intelektual yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengembangkan sains dan teknologi.Berdasarkan beberapa hasil menunjukkan bahwa baik guru maupun calon guru sains memiliki pemahaman yang kurang tentang NOS.
            Pembelajaran Sains merupakan pondasi awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran Sains diarahkan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pembentukan sikap ilmiah.
Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari Sains. Banyak cara yang telah dilakukan untuk mencapai aspek yang terkandung di dalam hakikat sains, namun belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru Sains menunjukkan bahwa guru telah menerapkan beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dan banyaknya percobaan telah dilakukan dalam pembelajaran Sainsdi SD, namun mutu pendidikan Sains di SD belumlah menunjukkan hasil yang memuaskan dan hakikat sains belumlah terwujud secara utuh.Disamping itu juga guru belum memahami konsep hakikat sains. Hal ini sejalan yang diungkapkan Widodo (2007) pembelajaran sains yang hanya membelajarkan fakta, konsep, prinsip,hukum, dan teori sesungguhnya belum membelajarkan sains secara utuh. Dalam membelajarkan sains guru hendaknya juga melatih keterampilan siswa untuk berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan sikap ilmiah, misalnya rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah, dan terbuka.

Untuk mencapai hakikat sains secara utuh membutuhkan upaya dan kompetensi guru untuk memuat aspek hakikat sains dalam proses pembelajaran Sains. Percobaan pada pembelajaran Sains merupakan bentuk sederhana dari aspek sains sebagai proses yaitu melakukan kegiatan ilmiah sehingga membangkitkan motivasi siswa menjadi seorang ilmuan di masa akan datang. Walaupun demikian sikap ilmiah menjadi aspek yang sangat penting dalam melaksanakan percobaan-percobaan (kegiatan ilmiah sederhana).Sikap ilmiah siswa menjadi tolak ukur etika penelitian para ilmuan dalam menjalani kegiatan ilmiah. Apabila sikap ilmiah siswa dalam melaksanakan percobaan tidak dimilikinya, maka akan berdampak negatif kepada produk sains atau teknologi yang mereka hasilkan. Oleh sebab itu sikap ilmiah dalam melaksanakan percobaan pada proses pembelajaran menjadi syarat mutlak yang harus diketahui dan dimiliki oleh peserta didik kita.

Selaras dengan hakekat Sains yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran sains seyogyanya lebih menekankan pada proses, siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran sains, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan, menggunakan metode ilmiah untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari. Peran siswa seolah-olah sebagai ilmuan dalam pembelajaran sains mengandung arti bahwa dalam pembelajaran sains menggunakan pendekatan ”keterampilan proses sains”. Keterampilan proses sains dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:


A.    Keterampilan dasar (Basic Skills)
Mengamati (observing), mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating).

B.     Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills)
Membuat model (Making Models), mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally), mengumpulkan data (Collecting Data), menginterpretasikan data (Interpreting Data), Mengidentifikasi dan mengontrol variabel (Identifying and Controlling Variables), merumuskan hipotesis (Formulating Hypotheses), melakukan percobaan (Experimenting). Pada prinsipnya keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi memiliki kesamaan dalam hal merumuskan permasalahan, mengumpulkan data dan mengajukan solusi pemecahan masalah.
A. Keterampilan-keterampilan Dasar (Basic Skills)
1). Mengamati (observing)
Menggunakan indera untuk mengamati objek dan kejadian, serta karakteristiknya.( sebaiknya hasil pengamatan dicatat).
2). Mengklasifikasi (classifying)
Mengelompokkan objek-objek dan kejadian berdasarkan persamaan dan perbedaannya.( dibuat dalam bentuk daftar, tabel dan grafik)
3). Mengukur (measuring)
Membandingkan kuantitas yang belum diketahui dengan standar (satuan panjang, waktu, suhu) .( dicatat dalam tabel, kemudian dibuat grafiknya secara manual maupun menggunakan software)
4). Menyimpulkan (inferring)
Membuat kesimpulan berdasarkan data-data hasil pengamatan.


5). Meramalkan (predicting)
Meramalkan sesuatu yang belum dibuktikan (bukan menebak) dengan keyakinan bahwa yang akan terjadi didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman, pengamatan serta kesimpulan. yang yang telah diperoleh. ( dinyatakan dalam tulisan dan atau lisan)
6). Mengkomunikasikan (communicating)
Mengkomunikasikan hasil secara lisan (presentasi) maupun tertulis (dalam bentuk laporan, grafik, tabel, gambar dll).
B. Keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills)
1). Membuat Model (Making Models)
Mengkonstruksi model untuk mengklarifikasi gagasan
2). Mendefinisikan secara operasional
Membuat definisi tentang apa yang dilakukan dan diamati
3). Mengumpulkan data (Collecting Data)
Mengumpulkan dan mencatat informasi dari hasil pengamatan dan pengukuran dengan cara sistematis.
4). Menginterpretasi data (Interpreting Data)
Mengorganisasi, menganalisis, dan mensistesis data dengan menggunakan tabel, grafik, dan diagram hingga terlihat pola yang pada gilirannya dapat digunakan dalam mengkonstruksi kesimpulan , prediksi atau hipotesis.
5). Mengidentifikasi dan mengkontrol variabel ( Identifying and Controlling Variables)
Kemungkinan banyak variabel yang mempengaruhi hasil penyelidikan, untuk itu perlu dimanipulasi variabel yang mempengaruhi sedangkan variabel lainnya dibuat konstan.
6). Merumuskan hipotesis (Formulating Hypotheses )
Membuat dugaan berdasarkan bukti yang dapat diuji melalui percobaan
7). Melakukan percobaan (Experimenting)
Merancang sendiri percobaan dan melakukannya sesuai prosedur untuk memperoleh data yang terpercaya., sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
Tujuan Pembelajaran Sains
Setelah kita mengupas tentang hakikat sains sebagaimana dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa sains tidak terbatas hanya pada pengertian sains sebagai produk, melainkan sains juga berkaitan dengan proses dan sikap ilmiah. Sains berkembang karena ditunjang oleh kemajuan para ilmuwan dalam melakukan proses-proses sains serta komitmennya untuk senantiasa mengedepankan sikap ilmiah dalam menyelesaikan tugas-tugas ilmiahnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran sains, maka barangkali kita sependapat bahwa pembelajaran sains yang hanya berorientasi pada sains sebagai produk adalah sebuah kekeliruan. Pembelajaran sains dengan kurikulum sains yang berbasis pada isi (content) yang menekankan pada penguasaan berbagai konsep, prinsip, dan teori tentang sains tanpa didukung oleh pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah, akan menyebabkan penguasaan peserta didik terhadap sains menjadi dangkal. Selain itu, pembelajran sains demikian, tidak akan mampu melahirkan sosok ilmuwan masa depan yang tangguh. Sosok ilmuwan yang memiliki bekal pengetahuan, keterampilan proses, dan sikap ilmiah yang memadai. Pembelajaran sains yang demikian, pada gilirannya akan menyebabkan perkembangan sains akan mengalami kemandekan (stagnant). Meskipun pendidikan sains tidak bermaksud untuk melahirkan ilmuwan, tetapi akan lebih baik hasilnya apabila sains diajarkan sesuai dengan hakikat sains itu sendiri.
Mencermati hal tersebut, maka selayaknya kita perlu secara arif melakukan reorientasi tujuan pembelajaran sains selaras dengan hakikat sains itu sendiri. Kesadaran dan keyakinan kita akan hakikat sains harus menjadi dasar pijakan dalam menyelenggarankan pembelajaran sains. Selaras dengan hakikat sains, maka tujuan pembelajaran sains harus secara terintegrasi meliputi ketiga matra sains sebagaimana telah dikupas di atas, yaitu: (1) Sains sebagai produk; Pembelajaran sains harus dilselenggarakan dengan tujuan agar peserta didik memahami dan menguasai secara mendalam konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang essensial sebagai dasar untuk dapat menguasai produk-produk sains yang lebih kompleks. (2) Sains sebagai proses; Pembelajaran sains juga harus beorientasi pada tujuan untuk mengantarkan peserta didik kepada penguasaan keterampilan proses sains, baik keterampilan proses dasar, maupun keterampilan proses terintegrasi. (3) Sains sebagai pembentukan dan pengembangan sikap ilmiah; Pembelajaran sains juga harus terarah pada tujuan agar bertumbuh dan berkembangnya sikap ilmiah pada diri peserta didik.




















Kesimpulan                 :
            Pada dasarnya memaknai hakikat sains ditujukan untuk menyusun suatu kerangka berpikir mengenai bagaimana sains dapat digunakan untuk mendidik masyarakat agar menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bijaksana. Sains dan teknologi ibarat satu mata uang dengan dua sisi, satu sisi mengandung hakikat sains (the nature of science) dan sisi lain mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Hakikat sains mencakup tiga  aspek, yaitu produk (body of knowledge, prinsip, hukum, teori)), proses (metode ilmiah) dan sikap ilmiah.
Pandangan saintis mengenai dunia memberikan suatu pelajaran,  bahwa upaya mempelajari alam sekitar dapat dilakukan oleh siapapun, karena alam seisinya penuh dengan rahasia tak habis-habisnya. Sains merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengenali dunia beserta isinya namun memiliki keterbatasan memahami dunia secara komprehensif, terutama menyangkut hal-hal gaib.
Hakikat sains dapat dituangkan dalam kurikulum pendidikan sains, yaitu pengembangan  literasi sains. Pada konteks ini sains bukan dipandang hanya sekumpulan fakta, namun sains dapat bernilai dan bermanfaat bagi semua orang dalam kehidupannya.Manfaat yang diperoleh bukan hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup, namun dalam pengembangan karakter dan mental warga dunia.
Meskipun inkuiri ilmiah  merupakan karakterisitik kerja saintis professional, setiap orang dapat berlatih inkuiri dan  berpikir  ilmiah mengenai banyak hal yang menarik dalam kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan prinsip-prinsip utama pengembangan inkuiri ilmiah.
Melalui  inkuiri  ilmiah dapat dibudayakan sikap ilmiah seperti kejujuran, keingintahuan, skeptis, taat asas, kritis dan runut dalam berpikir, tekun, ulet dan penuh tanggung jawab .




Daftar Pustaka :
Tim FMIPA UNESA.2012.Sains Dasar.Surabaya:Unesa Universiy Press
Anonim.2009.Hakikat Sains.http://mrnandang.blogspot.co.id/2009/04/hakikat-sains.html.12 Maret 2018
Susanti, Dwi Juli.2015.Makalah Konsep Sains.http://misjulie.blogspot.co.id/2015/01/makalah-konsep-sains.html?m=1. 12 Maret 2018
Choirunisa, Faridah.2012.Hakekat Sains. https://faridach.wordpress.com/2012/11/15/hakekat-sains/. 12 Maret 2018
Tursinawati.2013.ANALISIS KEMUNCULAN SIKAP ILMIAH SISWA DALAM PELAKSANAAN PERCOBAAN PADA PEMBELAJARAN IPA
DI SDN KOTA BANDA ACEH.Jurnal Pionir.Volume 1, Nomor 1. Hal 70-80

Tanggal Diberikan                   : 16 Maret 2018
Tanggal Dikembalikan   : 18 Maret 2018
Saran                                       :
          Menurut saya, kekurangan dari tulisan ini yaitu kurangnya tersaring huruf italyc ( huruf miring) di point B. Akan tetapi untuk isi dari tulisan ini sudah sangat jelas. Menurut saya alangkah lebih baik jika kesimpulan diletakkan pada lembar tersendiri, sehingga saat pembaca ingin mengetahui inti dari tulisan tidak mengalami kesulitan.

         
 

0 comments:

Post a Comment