Penulis :
Devinta Nur Amalia, M. Zundy Alwan, Samik
Judul
: Pemahaman
Sains Dalam Hakikat Sains
Abstrak :
Hakikat sains adalah suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu melakukan pengamatan, percobaan, pengamatan dan demikian
seterusnya saling kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Cara untuk memperoleh ilmu secara ilmiah pad dasarnya merupakan suatu cara yang
logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Pada dasarnya
memaknai hakikat sains ditujukan untuk menyusun suatu kerangka berpikir
mengenai bagaimana sains dapat digunakan untuk mendidik masyarakat agar
menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bijaksana. Sains dan
teknologi ibarat satu mata uang dengan dua sisi, satu sisi mengandung hakikat
sains (the nature of science) dan sisi lain mengandung makna teknologi (the
meaning of technology). Hakikat sains mencakup tiga aspek, yaitu produk (body of knowledge,
prinsip, hukum, teori)), proses (metode ilmiah) dan sikap ilmiah.
Isi :
Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
berasal dari kata natural science.Natural artinya alamiah dan
berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan.Sehingga science secara harfiah berarti imu yang mempelajari
mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Patta
Bundu, 2006: 9).
Menurut
Chiappetta (2010: 109) Ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya merupakan :
a. Science as a Way of Thinking
IPA sebagai jalan berpikir yang meliputi kepercayaan, keingintahuan,
imajinasi, dan alasan.
b.
Science as a Way of Investigating
Cara melakukan investigasi meliputi (1) pengamatan (2) mengumpulkan
data (3) merumuskan hipotesis (4) eksperimen (5) menyimpulkan.
c.
Science as a body of knowledge
Merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari (1) Fakta, (2)
Konsep, (3) Hukum dan prinsip, (4) Teori, (5) Model.
d. Science and Interactions with Technology and Society
Memiliki arti bahwa IPA, teknlogi, dan masyarakat saling
mempengaruhi satu sama lain, banyak karya ilmiah yang dilakukan oleh ilmuan
yang dipengaruhi oleh masyarakat dan ketersediaan teknologi.
Berdasarkan pendapat Patta Bundu dan Chiappetta IPA
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai objek dan fenomena
yang ada di alam.Pada hakikatnya IPA merupakan suatau jalan bagi peserta didik
untuk berpikir dan melakukan investigasi terhadap fenomena ataupun objek yang
ditemukan, selanjutnya peserta didik menemukan fakta dari investigasi yang
dilakukan sehingga konsep dapat dikembangkan.Masyarakat dan teknologi berperan
penting dalam kegiatan investigasi.
Hakikat sains atau Nature of Science (NOS)
merupakan pengetahuan tentang epistemologi (metode) dari sains, proses
terjadinya sains, atau nilai dan keyakinan yang melekat untuk mengembangkan
sains (Khalick dkk,1998: 418). Nature of science direpresentasikan
dengan 10 karakter.Dua karakter melekat pada substansi sains dan delapan
karakter melekat pada epistemologi pengembangan sains.Pemahaman tentang NOS
dipandang sangat perlu untuk standar kelulusan dari pendidikan sains sebelum
memasuki perkuliahan sehingga memiliki literasi sains (Khalick dkk, 2008:
835).Bahkan Mullis dan Jenkins (dalam Meichtry, 1993: 432) menyatakan bahwa
pemahaman NOS yang baik dapat memberikan kemampuan intelektual yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk mengembangkan sains dan teknologi.Berdasarkan beberapa
hasil menunjukkan bahwa baik guru maupun calon guru sains memiliki pemahaman
yang kurang tentang NOS.
Pembelajaran Sains merupakan pondasi
awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap ilmiah. Pembelajaran Sains diarahkan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya merupakan penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan
pembentukan sikap ilmiah.
Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari
Sains. Banyak cara yang telah dilakukan untuk mencapai aspek yang terkandung di
dalam hakikat sains, namun belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru Sains menunjukkan bahwa guru
telah menerapkan beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dan
banyaknya percobaan telah dilakukan dalam pembelajaran Sainsdi SD, namun mutu
pendidikan Sains di SD belumlah menunjukkan hasil yang memuaskan dan hakikat
sains belumlah terwujud secara utuh.Disamping itu juga guru belum memahami
konsep hakikat sains. Hal ini sejalan yang diungkapkan Widodo (2007)
pembelajaran sains yang hanya membelajarkan fakta, konsep, prinsip,hukum, dan
teori sesungguhnya belum membelajarkan sains secara utuh. Dalam membelajarkan
sains guru hendaknya juga melatih keterampilan siswa untuk berproses
(keterampilan proses) dan juga menanamkan sikap ilmiah, misalnya rasa ingin
tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah, dan terbuka.
Untuk mencapai hakikat sains secara utuh membutuhkan upaya dan
kompetensi guru untuk memuat aspek hakikat sains dalam proses pembelajaran
Sains. Percobaan pada pembelajaran Sains merupakan bentuk sederhana dari aspek
sains sebagai proses yaitu melakukan kegiatan ilmiah sehingga membangkitkan motivasi
siswa menjadi seorang ilmuan di masa akan datang. Walaupun demikian sikap
ilmiah menjadi aspek yang sangat penting dalam melaksanakan percobaan-percobaan
(kegiatan ilmiah sederhana).Sikap ilmiah siswa menjadi tolak ukur etika
penelitian para ilmuan dalam menjalani kegiatan ilmiah. Apabila sikap ilmiah
siswa dalam melaksanakan percobaan tidak dimilikinya, maka akan berdampak
negatif kepada produk sains atau teknologi yang mereka hasilkan. Oleh sebab itu
sikap ilmiah dalam melaksanakan percobaan pada proses pembelajaran menjadi
syarat mutlak yang harus diketahui dan dimiliki oleh peserta didik kita.
Selaras dengan hakekat Sains yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran
sains seyogyanya lebih menekankan pada proses, siswa aktif selama
pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran sains, siswa
berperan seolah-olah sebagai ilmuan, menggunakan metode ilmiah untuk mencari
jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari. Peran siswa
seolah-olah sebagai ilmuan dalam pembelajaran sains mengandung arti bahwa dalam
pembelajaran sains menggunakan pendekatan ”keterampilan proses sains”.
Keterampilan proses sains dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:
A. Keterampilan dasar (Basic
Skills)
Mengamati (observing),
mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring),
meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating).
B. Keterampilan terintegrasi
(Integrated Skills)
Membuat model (Making Models),
mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally), mengumpulkan data
(Collecting Data), menginterpretasikan data (Interpreting Data),
Mengidentifikasi dan mengontrol variabel (Identifying and Controlling
Variables), merumuskan hipotesis (Formulating Hypotheses), melakukan percobaan
(Experimenting). Pada prinsipnya keterampilan dasar dan keterampilan
terintegrasi memiliki kesamaan dalam hal merumuskan permasalahan, mengumpulkan
data dan mengajukan solusi pemecahan masalah.
A. Keterampilan-keterampilan Dasar (Basic
Skills)
1). Mengamati
(observing)
Menggunakan indera untuk
mengamati objek dan kejadian, serta karakteristiknya.( sebaiknya hasil
pengamatan dicatat).
2). Mengklasifikasi
(classifying)
Mengelompokkan objek-objek
dan kejadian berdasarkan persamaan dan perbedaannya.( dibuat dalam bentuk
daftar, tabel dan grafik)
3). Mengukur
(measuring)
Membandingkan kuantitas yang belum
diketahui dengan standar (satuan panjang, waktu, suhu) .( dicatat dalam
tabel, kemudian dibuat grafiknya secara manual maupun menggunakan software)
4). Menyimpulkan (inferring)
Membuat kesimpulan berdasarkan
data-data hasil pengamatan.
5). Meramalkan (predicting)
Meramalkan sesuatu yang belum
dibuktikan (bukan menebak) dengan keyakinan bahwa yang akan terjadi didasarkan
pada pengetahuan dan pemahaman, pengamatan serta kesimpulan. yang yang telah
diperoleh. ( dinyatakan dalam tulisan dan atau lisan)
6). Mengkomunikasikan (communicating)
Mengkomunikasikan hasil secara lisan
(presentasi) maupun tertulis (dalam bentuk laporan, grafik, tabel, gambar dll).
B. Keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills)
1). Membuat Model (Making
Models)
Mengkonstruksi model untuk
mengklarifikasi gagasan
2). Mendefinisikan secara operasional
Membuat definisi tentang apa yang
dilakukan dan diamati
3). Mengumpulkan data (Collecting Data)
Mengumpulkan dan mencatat informasi
dari hasil pengamatan dan pengukuran dengan cara sistematis.
4). Menginterpretasi data (Interpreting
Data)
Mengorganisasi, menganalisis, dan
mensistesis data dengan menggunakan tabel, grafik, dan diagram hingga terlihat
pola yang pada gilirannya dapat digunakan dalam mengkonstruksi kesimpulan ,
prediksi atau hipotesis.
5). Mengidentifikasi dan mengkontrol
variabel ( Identifying and Controlling Variables)
Kemungkinan banyak variabel yang
mempengaruhi hasil penyelidikan, untuk itu perlu dimanipulasi variabel yang
mempengaruhi sedangkan variabel lainnya dibuat konstan.
6). Merumuskan hipotesis (Formulating
Hypotheses )
Membuat dugaan berdasarkan bukti yang
dapat diuji melalui percobaan
7). Melakukan percobaan (Experimenting)
Merancang sendiri percobaan dan
melakukannya sesuai prosedur untuk memperoleh data yang terpercaya., sebagai
bahan untuk menguji hipotesis.
Tujuan Pembelajaran Sains
Setelah kita mengupas tentang hakikat sains
sebagaimana dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa sains tidak terbatas hanya
pada pengertian sains sebagai produk, melainkan sains juga berkaitan dengan
proses dan sikap ilmiah. Sains berkembang karena ditunjang oleh kemajuan para
ilmuwan dalam melakukan proses-proses sains serta komitmennya untuk senantiasa
mengedepankan sikap ilmiah dalam menyelesaikan tugas-tugas ilmiahnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran sains,
maka barangkali kita sependapat bahwa pembelajaran sains yang hanya
berorientasi pada sains sebagai produk adalah sebuah kekeliruan. Pembelajaran
sains dengan kurikulum sains yang berbasis pada isi (content) yang menekankan
pada penguasaan berbagai konsep, prinsip, dan teori tentang sains tanpa
didukung oleh pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah, akan
menyebabkan penguasaan peserta didik terhadap sains menjadi dangkal. Selain
itu, pembelajran sains demikian, tidak akan mampu melahirkan sosok ilmuwan masa
depan yang tangguh. Sosok ilmuwan yang memiliki bekal pengetahuan, keterampilan
proses, dan sikap ilmiah yang memadai. Pembelajaran sains yang demikian, pada
gilirannya akan menyebabkan perkembangan sains akan mengalami kemandekan
(stagnant). Meskipun pendidikan sains tidak bermaksud untuk melahirkan ilmuwan,
tetapi akan lebih baik hasilnya apabila sains diajarkan sesuai dengan hakikat
sains itu sendiri.
Mencermati hal tersebut, maka selayaknya
kita perlu secara arif melakukan reorientasi tujuan pembelajaran sains selaras
dengan hakikat sains itu sendiri. Kesadaran dan keyakinan kita akan hakikat
sains harus menjadi dasar pijakan dalam menyelenggarankan pembelajaran sains.
Selaras dengan hakikat sains, maka tujuan pembelajaran sains harus secara
terintegrasi meliputi ketiga matra sains sebagaimana telah dikupas di atas,
yaitu: (1) Sains sebagai produk; Pembelajaran sains harus dilselenggarakan
dengan tujuan agar peserta didik memahami dan menguasai secara mendalam
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang essensial sebagai dasar
untuk dapat menguasai produk-produk sains yang lebih kompleks. (2) Sains
sebagai proses; Pembelajaran sains juga harus beorientasi pada tujuan untuk
mengantarkan peserta didik kepada penguasaan keterampilan proses sains, baik
keterampilan proses dasar, maupun keterampilan proses terintegrasi. (3) Sains
sebagai pembentukan dan pengembangan sikap ilmiah; Pembelajaran sains juga
harus terarah pada tujuan agar bertumbuh dan berkembangnya sikap ilmiah pada
diri peserta didik.
Kesimpulan :
Pada dasarnya
memaknai hakikat sains ditujukan untuk menyusun suatu kerangka berpikir
mengenai bagaimana sains dapat digunakan untuk mendidik masyarakat agar
menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bijaksana. Sains dan
teknologi ibarat satu mata uang dengan dua sisi, satu sisi mengandung hakikat
sains (the nature of science) dan sisi lain mengandung makna teknologi (the
meaning of technology). Hakikat sains mencakup tiga aspek, yaitu produk (body of knowledge,
prinsip, hukum, teori)), proses (metode ilmiah) dan sikap ilmiah.
Pandangan saintis mengenai dunia memberikan suatu pelajaran, bahwa upaya mempelajari alam sekitar dapat
dilakukan oleh siapapun, karena alam seisinya penuh dengan rahasia tak
habis-habisnya. Sains merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk
mengenali dunia beserta isinya namun memiliki keterbatasan memahami dunia
secara komprehensif, terutama menyangkut hal-hal gaib.
Hakikat sains dapat dituangkan dalam kurikulum pendidikan sains, yaitu
pengembangan literasi sains. Pada
konteks ini sains bukan dipandang hanya sekumpulan fakta, namun sains dapat
bernilai dan bermanfaat bagi semua orang dalam kehidupannya.Manfaat yang
diperoleh bukan hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup, namun dalam
pengembangan karakter dan mental warga dunia.
Meskipun inkuiri ilmiah merupakan
karakterisitik kerja saintis professional, setiap orang dapat berlatih inkuiri
dan berpikir ilmiah mengenai banyak hal yang menarik dalam
kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan prinsip-prinsip utama pengembangan
inkuiri ilmiah.
Melalui inkuiri ilmiah dapat dibudayakan sikap ilmiah seperti
kejujuran, keingintahuan, skeptis, taat asas, kritis dan runut dalam berpikir,
tekun, ulet dan penuh tanggung jawab .
Daftar
Pustaka :
Tim
FMIPA UNESA.2012.Sains Dasar.Surabaya:Unesa
Universiy Press
Susanti, Dwi Juli.2015.Makalah Konsep Sains.http://misjulie.blogspot.co.id/2015/01/makalah-konsep-sains.html?m=1. 12 Maret 2018
Choirunisa, Faridah.2012.Hakekat Sains. https://faridach.wordpress.com/2012/11/15/hakekat-sains/. 12 Maret 2018
Tursinawati.2013.ANALISIS KEMUNCULAN SIKAP ILMIAH SISWA DALAM
PELAKSANAAN PERCOBAAN PADA PEMBELAJARAN IPA
DI SDN KOTA
BANDA ACEH.Jurnal Pionir.Volume 1, Nomor 1. Hal 70-80
Tanggal Diberikan :
16 Maret 2018
Tanggal Dikembalikan :
18 Maret 2018
Saran :
Menurut
saya, kekurangan dari tulisan ini yaitu kurangnya tersaring huruf italyc (
huruf miring) di point B. Akan tetapi untuk isi dari tulisan ini sudah sangat
jelas. Menurut saya alangkah lebih baik jika kesimpulan diletakkan pada lembar
tersendiri, sehingga saat pembaca ingin mengetahui inti dari tulisan tidak
mengalami kesulitan.
0 comments:
Post a Comment