Pages

Thursday, March 22, 2018

Kajian Teori Nebular Yang Membentuk Matahari dan Planet dalam Sistem Tata Surya

Kajian Teori Nebular Yang Membentuk Matahari dan Planet dalam Sistem Tata Surya
Ni’matun Nadlifah, Fatimatuz Zahra, Samik
ABSTRAK
Tulisan ilmiah ini merupakan studi literatur yang membahas tentang masalah pembentukan tata surya dengan hipotesis Nebular (awan kabut) dengan memberikan konsep dasar yang ringkas. Studi teoritis tentang pembentukan tata surya dan sistem keplanetan telah berlangsung lama. Setiap teori memiliki keberhasilan dalam memecahkan masalah tertentu, namun bisa jadi mempunyai kelemahan untuk kasus yang berbeda. Ada beberapa pertanyaan utama yang selalu muncul dan harus dicari jawabannya mengenai pembentukan matahari dan sistem keplanetan dalam sistem tata surya. Bagaimana planet-planet terbentuk ? apakah berasal dari satu benda yang sama ? apakah terbentuk secara bertahap ? apakah susunan nya itu unik ?
Tulisan ini akan mengkaji secara teoritis tentang masalah pembentukan matahari dan planet dalam sistem tata surya dengan kajian hipotesis nebular.Konsep-konsep yang dikaji secara khusus dibatasi pada konsep materi yang telah mendekati kebenaran dari hasil tulisan terdahulu. Topik yang dibahas adalah gejala awan gas atau kabut gas yang panas yang kemudian terjadi kondensasi massa awan gas ata massa kabut gas yang panas. Kemudian massa gas atau kabut tersebut berbentuk menjadi matahari (pusat) serta planet-planet yang lain.

Kata Kunci : Nebular, gas atau kabut, matahari, planet. 

             
Gambar.  Proses pembentukan tata surya hipotesis nebular
Sebelum membahas mengenai bagaimana proses pembentukan tata surya, disini saya akan mendefinisikan tata surya terlebih dahulu. Tata surya merupakan sekumpulan benda-benda langit yang terdiri dari sebuah bintang atau biasa disebut dengan matahari, serta semua objek yang ikut terikat oleh gaya gravitasi dari matahari tersebut. Objek-objek yang dimaksud adalah delapan planet dan orbitnya berbentuk elips yang sudah teridentifikasi , lima planet kerdil, 173 satelit alami yang juga sudah teridentifikasi dan jutaan benda langit lainnya misalnya asteroid, meteroid, komet dan lain sebagainya.
Matahari menjadi pusat bintang di Sistem Tata Surya. Bentuknya nyaris bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet. Diameternya sekitar 1.392.684 km, kira-kira 109 kali diameter Bumi, dan massanya (sekitar 2×1030 kilogram, 330.000 kali massa Bumi) mewakili kurang lebih 99,86% massa total Tata Surya. Secara kimiawi, sekitar tiga perempat massa Matahari terdiri dari hidrogen, sedangkan sisanya didominasi helium. Sisa massa tersebut (1,69%, setara dengan 5.629 kali massa Bumi) terdiri dari elemen-elemen berat seperti oksigen, karbon, neon, besi, dan lain-lain.
Studi kajian teoritis tentang pembentukan tata surya telah berlangsung lama. Dalam sebuah kajian hipotesis nebular terbentuknya matahari dan planet-planet dalam sistem tata surya itu seperti yang dikutip dalam sebuah buku, (Tim FMIPA-Unesa, 2012). Kant dan Laplace (1796), mengatakan bahwa tata surya terbentuk dari kondensasi massa awan gas atau massa kabut gas yang panas. Pada proses kondensasi tersebut massa gas yang jauh dari pusat tertinggal tidak ikut tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin pusat massa menjadi matahari, sedangkan sejumlah massa yang tertinggal, mengelilingi pusat (matahari) sebagai planet-planet dan benda angkasa lainnya, seperti bumi dengan benda-benda lain yang mengelilingi planet tersebut yang berupa satelit atau bulan.
Menurut teori diatas, pada tahap awal tata surya berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es dan gas yang disebut dengan nebula. Sebagian besar unsur gas juga berasal dari hidrogen. Dikarenakan terdapat adanya gaya gravitasi sehingga menyebabkan kabut menyusut dan berputar-putar pada arah tertentu. Pada saat suhu kabut memanas gas kabut tersebut perlahan membentuk menjadi sebuah bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa tersebut menyusut dan terus berputar semakin cepat sehingga membentuk cincin-cincin gas dan es yang terlontar ke sekeliling matahari. Akibat adanya gaya gravitasi sehingga membuat gas-gas tersebut memadat. Seiring dengan berjalannya waktu suhu mengalami penurunan sehingga membentuk sebuah planet-planet.
Dalam sudut pandang yang lain, dapat pula dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini, planet Saturnus yang dikelilingi oleh cincin Saturnus itulah yang merupakan bekal satelitnya. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua buah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan di Saturnus yang berputar berlawanan arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa satelit tersebut menunjukkan bahwa satelit tersebut bukan merupakan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.
KESIMPULAN
Menurut hipotesis nebular asal usul terbentuknya tata surya dan sistem keplanetan berawal dari gagasan Laplace yang menyatakan bahwa semua itu berawal dari suatu putaran awan gas yang kemudian membentuk planet besar yaitu matahari. Setelah itu planet besar tersebut mengerucut menjadi planet-planet kecil.
REFERENSI
TIM FMIPA-UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa Press.

Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Khoiriyah, Khilyatul. 2016. evolusi bintang pada pembentukan tata surya dan sistem keplanetan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika.  Vol 2: hal 245-256.


Febriarlita. Lucia. 2013. Teori Tata Surya : Teori Nebula (Teori Kabut). http:www.google.co.id/amp/s/luciafebriarlita17.wordpress.com. 23 Maret 2018

0 comments:

Post a Comment