Kajian Teori Nebular Yang Membentuk
Matahari dan Planet dalam Sistem Tata Surya
Ni’matun
Nadlifah, Fatimatuz Zahra, Samik
ABSTRAK
Tulisan
ilmiah ini merupakan studi literatur yang membahas tentang masalah pembentukan
tata surya dengan hipotesis Nebular (awan kabut) dengan memberikan konsep dasar
yang ringkas. Studi teoritis tentang pembentukan tata surya dan sistem
keplanetan telah berlangsung lama. Setiap teori memiliki keberhasilan dalam
memecahkan masalah tertentu, namun bisa jadi mempunyai kelemahan untuk kasus
yang berbeda. Ada beberapa pertanyaan utama yang selalu muncul dan harus dicari
jawabannya mengenai pembentukan matahari dan sistem keplanetan dalam sistem
tata surya. Bagaimana planet-planet terbentuk ? apakah berasal dari satu benda
yang sama ? apakah terbentuk secara bertahap ? apakah susunan nya itu unik ?
Tulisan
ini akan mengkaji secara teoritis tentang masalah pembentukan matahari dan
planet dalam sistem tata surya dengan kajian hipotesis nebular.Konsep-konsep
yang dikaji secara khusus dibatasi pada konsep materi yang telah mendekati
kebenaran dari hasil tulisan terdahulu. Topik yang dibahas adalah gejala awan
gas atau kabut gas yang panas yang kemudian terjadi kondensasi massa awan gas
ata massa kabut gas yang panas. Kemudian massa gas atau kabut tersebut
berbentuk menjadi matahari (pusat) serta planet-planet yang lain.
Kata Kunci : Nebular, gas atau kabut, matahari, planet.
Gambar. Proses
pembentukan tata surya hipotesis nebular
Sebelum
membahas mengenai bagaimana proses pembentukan tata surya, disini saya akan
mendefinisikan tata surya terlebih dahulu. Tata surya merupakan sekumpulan
benda-benda langit yang terdiri dari sebuah bintang atau biasa disebut dengan
matahari, serta semua objek yang ikut terikat oleh gaya gravitasi dari matahari
tersebut. Objek-objek yang dimaksud adalah delapan planet dan orbitnya
berbentuk elips yang sudah teridentifikasi , lima planet kerdil, 173 satelit
alami yang juga sudah teridentifikasi dan jutaan benda langit lainnya misalnya
asteroid, meteroid, komet dan lain sebagainya.
Matahari
menjadi pusat bintang di Sistem Tata Surya. Bentuknya nyaris bulat dan terdiri
dari plasma panas bercampur medan magnet. Diameternya sekitar 1.392.684 km,
kira-kira 109 kali diameter Bumi, dan massanya (sekitar 2×1030 kilogram,
330.000 kali massa Bumi) mewakili kurang lebih 99,86% massa total Tata Surya.
Secara kimiawi, sekitar tiga perempat massa Matahari terdiri dari hidrogen,
sedangkan sisanya didominasi helium. Sisa massa tersebut (1,69%, setara dengan
5.629 kali massa Bumi) terdiri dari elemen-elemen berat seperti oksigen,
karbon, neon, besi, dan lain-lain.
Studi
kajian teoritis tentang pembentukan tata surya telah berlangsung lama. Dalam
sebuah kajian hipotesis nebular terbentuknya matahari dan planet-planet dalam
sistem tata surya itu seperti yang dikutip dalam sebuah buku, (Tim FMIPA-Unesa,
2012). Kant dan Laplace (1796), mengatakan bahwa tata surya terbentuk dari
kondensasi massa awan gas atau massa kabut gas yang panas. Pada proses
kondensasi tersebut massa gas yang jauh dari pusat tertinggal tidak ikut
tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin pusat massa menjadi matahari,
sedangkan sejumlah massa yang tertinggal, mengelilingi pusat (matahari) sebagai
planet-planet dan benda angkasa lainnya, seperti bumi dengan benda-benda lain
yang mengelilingi planet tersebut yang berupa satelit atau bulan.
Menurut
teori diatas, pada tahap awal tata surya berupa kabut raksasa. Kabut ini
terbentuk dari debu, es dan gas yang disebut dengan nebula. Sebagian besar
unsur gas juga berasal dari hidrogen. Dikarenakan terdapat adanya gaya
gravitasi sehingga menyebabkan kabut menyusut dan berputar-putar pada arah
tertentu. Pada saat suhu kabut memanas gas kabut tersebut perlahan membentuk
menjadi sebuah bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa tersebut menyusut
dan terus berputar semakin cepat sehingga membentuk cincin-cincin gas dan es
yang terlontar ke sekeliling matahari. Akibat adanya gaya gravitasi sehingga
membuat gas-gas tersebut memadat. Seiring dengan berjalannya waktu suhu mengalami
penurunan sehingga membentuk sebuah planet-planet.
Dalam
sudut pandang yang lain, dapat pula dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini,
planet Saturnus yang dikelilingi oleh cincin Saturnus itulah yang merupakan
bekal satelitnya. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya
dua buah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan di Saturnus yang berputar
berlawanan arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Hal tersebut menunjukkan
bahwa satelit tersebut menunjukkan bahwa satelit tersebut bukan merupakan
bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.
KESIMPULAN
Menurut
hipotesis nebular asal usul terbentuknya tata surya dan sistem keplanetan
berawal dari gagasan Laplace yang menyatakan bahwa semua itu berawal dari suatu
putaran awan gas yang kemudian membentuk planet besar yaitu matahari. Setelah
itu planet besar tersebut mengerucut menjadi planet-planet kecil.
REFERENSI
TIM FMIPA-UNESA. 2012. Sains Dasar.
Surabaya: Unesa Press.
Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2013. Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Khoiriyah, Khilyatul. 2016. evolusi bintang pada pembentukan tata surya dan sistem keplanetan. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika. Vol 2: hal 245-256.
Febriarlita. Lucia. 2013. Teori Tata Surya : Teori Nebula (Teori Kabut). http:www.google.co.id/amp/s/luciafebriarlita17.wordpress.com.
23 Maret 2018
0 comments:
Post a Comment