Pages

Saturday, March 24, 2018

Pelestarian Tanaman Kumis Kucing Di Daerah Tropis


Pelestarian Tanaman Kumis Kucing  Di Daerah Tropis

Penulis             : Dewina Cigy Abadi / 17080583010 
Reviewer         : Daviet Dwi P. / 17080583011 
Dosen              : Samik S.Si., M.Si




Abstrak
       Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Tanaman ini terkenal karena memiliki kandungan yang tinggi dan juga merupakan obat alternatif untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Namun tanaman kumis kucing di Indonesia sangat langka dikarenakan kurangnya budidaya masyArakat Indonesia sendiri, lalu bagaimana cara membudidaya tanaman kumis kucing untuk dijakan obat kepada masyarakat luas?


Pembahasan


1)      Manfaat
Daun kumis kucing digunakan sebagai bahan obatobatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih, sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat
tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
2)      Syarat Pertumbuhan
a.      Iklim
·         Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.
·         Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.
·         Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.
b.      Media Tanam
·         Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.
·         Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing.
c.       Ketinggian Tempat
·         Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
3)      Budidaya
a.    Pembibitan
·         Penyiapan Bibit
·         Teknik Penyemaian Bibit
b.    Pengolahan Media Tanam
·         Persiapan
·         Pembuatan Bedengan
·         Pemupukan
c.    Teknik Penanaman
·         Penentuan pola tanaman
·         Pembuatan lubang taman
·         Cara penanaman
·         Periode tanam
d.    Pemiliharaan Tanaman
·         Penyulaman
·         Penyiangan
·         Pemupukan
·         Pengairan dan Penyiraman
·         Waktu penyemprotan pestisida
4)      Panen
a.      Ciri dan umur panen
Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
b.      Cara panen
Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
c.       Periode panen
Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
d.      Perkiraan hasil panen
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering.
5)      Pasca panen
a.      Penyortiran basah dan pencucian
Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan oembilasan satu hingga dua kali lagi.
b.      Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 – 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC.
c.       Penyortiran kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
d.      Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
e.      Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.



Kesimpulan
Tanaman Kumis Kucing sangat membantu sebagai upaya penyembuhan berbagai penyakit. Indonesia dengan daerah tropis seharusnya membudidayakan tanaman tersebut agar dapat membantu penyembuhan masyarakat secara tradisional tanpa medis. Disini saya mengajak masyarakat Indonesia agar memulai belajar budidaya tanaman kumis kucing serta dapat mengolahnya menjadi obat-obatan, dengan cara ini tanaman kumis kucing akan dilestarikan lagi dengan baik.


Daftar Pustaka 
1)      Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,
Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman
2)      Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida
Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
3)      Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal
4)      Tim FMIPA Unesa.2003. Sains Dasar. Unesa University Press


0 comments:

Post a Comment