Pelestarian Tanaman Kumis Kucing Di Daerah Tropis
Penulis : Dewina Cigy Abadi / 17080583010
Reviewer : Daviet Dwi P. / 17080583011
Dosen : Samik S.Si., M.Si
Abstrak
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang
tegak. Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar
ke wilayah Asia dan Australia. Tanaman ini terkenal karena memiliki
kandungan yang tinggi dan juga merupakan obat alternatif untuk menyembuhkan
beberapa penyakit. Namun tanaman kumis kucing di Indonesia sangat langka
dikarenakan kurangnya budidaya masyArakat Indonesia sendiri, lalu bagaimana
cara membudidaya tanaman kumis kucing untuk dijakan obat kepada masyarakat
luas?
Pembahasan
1)
Manfaat
Daun
kumis kucing digunakan sebagai bahan obatobatan. Di Indonesia daun yang kering
dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih, sedangkan di
India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat
tradisional sebagai upaya
penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman
ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis,
albuminuria, dan penyakit syphilis.
2)
Syarat Pertumbuhan
a.
Iklim
·
Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari
3.000 mm/tahun.
·
Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan
kadar ekstrak daun.
·
Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas
sampai sedang.
b.
Media Tanam
·
Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi
sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan
organik dengan tata air dan udara yang baik.
·
Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing.
c.
Ketinggian Tempat
·
Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
3)
Budidaya
a. Pembibitan
·
Penyiapan Bibit
·
Teknik Penyemaian Bibit
b. Pengolahan Media Tanam
·
Persiapan
·
Pembuatan
Bedengan
·
Pemupukan
c. Teknik Penanaman
·
Penentuan pola
tanaman
·
Pembuatan lubang
taman
·
Cara penanaman
·
Periode tanam
d. Pemiliharaan Tanaman
·
Penyulaman
·
Penyiangan
·
Pemupukan
·
Pengairan dan
Penyiraman
·
Waktu
penyemprotan pestisida
4)
Panen
a.
Ciri dan umur
panen
Tanaman berumur 1 bulan
setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm.
Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
b.
Cara panen
Daun dipanen dengan cara
memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya
sampai helai ke 10.
c.
Periode panen
Panen dilaksanakan dalam
periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen
yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga.
Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya
dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
d.
Perkiraan hasil
panen
Tanaman yang sehat dan
terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak dengan pemeliharaan yang
intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha
daun kering.
5)
Pasca panen
a.
Penyortiran basah
dan pencucian
Sortasi basah dilakukan
pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing
lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan
dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan oembilasan satu hingga dua
kali lagi.
b.
Pengeringan
Pengeringan dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven.
Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 – 2 hari atau setelah kadar
airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar
atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan
daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang
bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC.
c.
Penyortiran
kering
Selanjutnya lakukan
sortasi kering pada bahan yang telah mengalami pengeringan dengan memisahkan
bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah
bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
d.
Pengemasan
Setelah bersih, daun yang
kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah
dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung.
Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan,
bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
e.
Penyimpanan
Kondisi gudang harus
dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki
ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan
lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki
penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung),
serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Kesimpulan
Tanaman
Kumis Kucing sangat membantu sebagai upaya penyembuhan berbagai penyakit.
Indonesia dengan daerah tropis seharusnya membudidayakan tanaman tersebut agar
dapat membantu penyembuhan masyarakat secara tradisional tanpa medis. Disini
saya mengajak masyarakat Indonesia agar memulai belajar budidaya tanaman kumis
kucing serta dapat mengolahnya menjadi obat-obatan, dengan cara ini tanaman
kumis kucing akan dilestarikan lagi dengan baik.
Daftar Pustaka
1)
Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta,
Februari 2000 Sumber : Sistim
Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS Editor :
Kemal Prihatman
2)
Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan
Pestisida
Nabati. Prosiding Seminar di
Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
311 Hal.
3)
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
411 Hal
4)
Tim FMIPA Unesa.2003. Sains Dasar. Unesa University Press
0 comments:
Post a Comment