Pages

Friday, March 23, 2018

Peran Pemahaman Hakikat Variabel Penelitian Dalam Penulisan Penelitian.

Judul : Peran Pemahaman Hakikat Variabel Penelitian Dalam Penulisan Penelitian.
Penulis: Desia Adilia Nur C.Ahmad Nashruddin Fahmi.Samik
Abstrak
Latar belakang penulisan ini dikarenakan masih banyaknya dijumpai kesalahan dalam pemahaman ideal mengenai variabel, tulisan ini mencoba memaparkan pembahasan mengenai substansi dari variabel. Pembahasan dalam tulisan ini akan difokuskan pada persoalan mengenai :  1) Pengertian Variabel; 2) Macam-macam variabel; 3) Bentuk Variabel; 4) Pengukuran Variabel; 5) Korelasi Antara Variabel. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Terkait macam-macam variabel dapat dibedakan menjadi; 1) Variabel Independen; 2) Variabel Dependen; 3) Variabel Dependen; 4) Variabel moderator; 5) Variabel intervening; 6) Variabel control. Mengenai bentuk variabel , maka dalam penelitian sosial dikenal ada dua bentuk variabel, yaitu variabel kategorikal dan variabel bersambungan. Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu: 1) Skala Nominal; 2) Skala Ordinal; 3) Skala Interval; 4) Skala Rasio. Dan korelasi antara variabel meliputi; Hubungan simetris, Hubungan Asimetris, dan Hubungan Timbal Balik. Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan bagi penulisan laporan penelitian serta dapat meminimalisir kebingungan-kebingungan mengenai substansi variabel penelitian.

Pembahasan
A.    Pengertian
Variabel adalah segala sesuatu (besaran) yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Variabel Penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya.
Beberapa definisi variabel menurut para ahli :
1. Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
2. Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
3. Menurut kidder (1981),variabel penelitian adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
 4. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2009).
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Jadi, kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
B.     Macam-macam variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel penelitian yaitu:
variable-peranan.png

a)      Variabel Independen atau Variabel Manipulasi
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini biasa disebut juga variabel eksogen.
Sebagai contoh, misalnya hipotesis yang berbunyi: 1. ”Daya beli produk rokok ditentukan oleh Status Sosial Ekonomi (SSE)”; 2. ”Relevansi persepsi iklan produk antara khalayak dan desainer iklan berhubungan dengan literasi visual khalayak”. Untuk dua contoh hipotesis di atas, maka pada hipotesis 1. variabel independennya adalah Status Sosial Ekonomi (SSE). Sedang pada contoh hipotesis 2. variabel independennya adalah ’literasi visual’.
b)      Variabel Dependen atau Variabel Respon
Variabel dependen disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat disebut juga varabel indogen.
Dalam kaitan dua contoh hipotesis tadi, maka pada hipotesis 1. variabel dependennya adalah ’daya beli’. Sedangkan pada contoh hipotesis 2. variabel dependennya adalah’relevansi persepsi’. Artinya, ’relevansi persepsi’ terjadi jika terdapat ’literasi visual’ yang baik di kalangan khalayak.
c)      Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel khusus dari variabel independent. Dalam analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari variabel moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara variabel independent (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny, 1986: p. 1174). Variabel ini bisa diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan variabel terikat. Secara skematis, hubungan di antara ketiga variabel tersebut bisa diilustrasikan seperti pada gambar berikut:
https://i2.wp.com/www.smartstat.info/images/stories/statistik/Variabel/var_moderator.png

d)     Variabel intervening
Menurut Tuckman (1988), “An intervening variabel is that faktor that theoritically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulated.” Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan atara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini adalah variabel penyela/antara yang terletak dianatara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Hal ini misalnya hipotesis yang menduga adanya hubungan antara jarak tempat tinggal dengan frekuensi mengunjungi perpustakaan. Bunyinya misalnya, ”Semakin dekat jarak tempat tinggal dengan lokasi perpustakaan semakin sering mengunjungi perpustakaan”. Dengan hipotesis ini, maka hubungan positif mungkin akan terjadi apabila dimasukkan variavel yang bersifat intervening. Jika tidak maka hubungan itu mungkin tidak akan terjadi secara positip. Variabel intervening dalam hal ini mungkin variabel jenis pekerjaan. Jadi, dengan memasukkan variabel tersebut, maka secara logis memang jarak belum tentu menentukan kunjungan.
Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara IV dan DV.  Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM).  Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y.
https://i1.wp.com/www.smartstat.info/images/stories/statistik/Variabel/variabel_mediator.png
Contoh:
Tingkat pendidikan → jenis pekerjaan → tingkat penghasilan
Metode mengajar → motivasi belajar → Prestasi siswa
Teknologi baru → budaya → Respon masyarakat
Usia → Pengalaman mengendarai → kelihaian mengendarai sepeda motor

e)      Variabel kontrol
Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan, bila akan melakukan penilitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimen.
Untuk contoh kasus pada hipotesis 1) misalnya, maka hubungan itu mungkin variabel penekan-pengganggu-nya bisa berupa variabel sikap terhadap rokok. Dengan variabel ini, maka dengan sikap anti rokok misalnya, ini bisa menyebabkan gangguan terhadap hubungan antara variabel SSE dengan variabel Daya Beli. Artinya, meskipun misalnya seseorang responden memiliki SSE tinggi namun sikapnya anti terhadap rokok, maka daya belinya terhadap rokok tetap tidak terpengaruh oleh SSE-nya yang tinggi tadi.




Hubungan ke-4 Variabel:
https://i2.wp.com/www.smartstat.info/images/stories/statistik/Variabel/variable_relation.png

C.    Bentuk Variabel
Dalam penelitian sosial dikenal ada dua bentuk variabel, yaitu variabel kategorikal dan variabel bersambungan. Variabel kategorikal adalah variabel yang membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi, sedangkan yang memiliki banyak kategori disebut variabel politomi. Variabel dikotomi sering dijumpai dalam penelitian sosial (termasuk dalam ilmu komunikasi), misalnya jenis kelamin (pria-wanita); status pekerjaan (bekerja/tidak bekerja); status perkawinan (kawin-tidak kawin); dan penggunaan kontrasepsi (pakai-tidak pakai). Beberapa contoh variabel politomi adalah jenis pendidikan (tidak sekolah; SD; SLTP; SLTA; D1;D2;D3; S1; S2; S3). Termasuk juga seperti jenis pekerjaan dan agama yg dianut.

Variabel bersambungan adalah variabel yang nilai-nilainya merupakan suatu skala, baik bersifat ordinal maupun rasio. Beberapa contoh variabel bersambungan dalam penelitian sosial adalah: umur; jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah tangga, tingkat efektifitas, tingkat sentuhan media massa, dan tingkat kriminalitas.

Dalam analisa seringkali variabel-variabel bersambungan ini diubah menjadi variabel kategorikal, agar peneliti dapat melakukan analisa-analisa kategorikal seperti tabulasi silang dan analisa varians. Sebaliknya variabel kategorikal tidak dapat langsung diubah menjadi variabel bersambungan.
D.    Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1)      Skala Nominal
Skala Nominal adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :
·         Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
·         Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
·         Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
·         Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
·         Suku Bangsa : dapat dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.

2)      Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah skala data kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
·         Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
·         Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
·         Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
·         Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.

3)      Skala Interval
Skala Interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada skala interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena itu batas – batas variasi nilai pada skala Interval bersifat ARBITRER (angka nol-nya tidak absolut).
Contoh :
·         Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius tidak absolut (=00Celcius tidak berarti tidak ada suhu / Temperatur sama sekali).
·         Tingkat Kecerdasan,
·         Jarak, dsb.

4.      Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilainol absolut).
Misalnya :
·         Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
·         Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
·         Berat Badan
·         Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
      Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal. Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio.

E.     Korelasi Antara Variabel
Dari sudut hubungan antara variabel, dikenal ada tiga kategori hubungan.
1.      Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakalah variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada empat ciri hubungan simetris yaitu:
a.       Kedua variabel merupakan “indikator” dari konsep yang sama.
Misalnya, “kualifikasi guru yang baik” adalah “tingkat pendidikan“ dan “pengalaman mengajarnya”. Variabel tingkat pendidikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, begitu pula sebaliknya.
b.      Kedua variabel merupakan “akibat” dari faktor yang sama.
Misalnya, “tes tes sleksi masuk perguruan tinggi yang ketat” menyebabkan banyak calon yang gugur, tetapi juga ”dapat meningkatkan prestasi mahasiswa”. Hubungan tersebut adalah simetris. Sebab tidak ada hubungan antara calon mahasiswa yang gugur dengan meningkatkan prestasi mahasiswa
c.      Kedua variabel tersebut mempunyai kaitan fungsional. “Misalnya, “kekuasaan“ mempunyai kaitan fungsi dengan “tugas dan tanggung jawab”. Akan tetapi, tidak berarti kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab, atau sekaligus tugas dan tanggung jawab tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh kekuasaan.
d.      Hubungan kebetulan
Misalnya anak pandai gagal, tapi anak bodoh lulus dengan baik. Jadi tidak ada hubungan pandai dengan kegagalan atau bodoh dengan kelulusan.

2.      Hubungan Tak Simetris
Hubungan tak simetris (asimetris) ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan antara variabel satu dengan lainnya. Hubungan tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun sebab akibat. Hubungan asimetris merupakan inti dari penilitian ilmu sosial, termasuk penelitian penididkan hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk hubungan yang positif dan fungsional. Hubungan yang positif artinya ada hubungan searah. Sedangkan yang diamksud hubungan fungsional adalah kedua variabel menunjukkan adanaya kaitan fungsi.
Ada beberapa hubungan asimetris :
a.       Hubungan stimulus-respons
Biasanya datang dari luar individu. Sedangkan respons merupakan reaksi atau jawaban dari individu.
b.      Hubungan disposisi-respons
Stimuls berasal dari luar, disposisi sudah berada dalam individu itu sendiri, yakni berupa kecendrungan untuk menunjukkan respons tertentu pada situasi tertentu.

3.      Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain terjadi anggota sebaliknya. Jadi, pada satu saat varaibel (X) mempengaruhi (Y), dan pada saat lain variabel (Y) yang mempengaruhi (X)
Contoh, misalnya siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi, ternyata menyebabklan belajar yang teratur.















Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan perihal pengertian, Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Terkait macam-macam variabel dapat dibedakan menjadi; 1) Variabel Independen; 2) Variabel Dependen; 3) Variabel Dependen; 4) Variabel moderator; 5) Variabel intervening; 6) Variabel control. Mengenai bentuk variabel , maka dalam penelitian sosial dikenal ada dua bentuk variabel, yaitu variabel kategorikal dan variabel bersambungan. Variabel kategorikal adalah variabel yang membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi, sedangkan yang memiliki banyak kategori disebut variabel politomi. Kemudian, dalam melakukan Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu: 1) Skala Nominal; 2) Skala Ordinal; 3) Skala Interval; 4) Skala Rasio. Dan korelasi antara variabel meliputi; Hubungan simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya; Hubungan tak simetris (asimetris) ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan antara variabel satu dengan lainnya; Hubungan timbal balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain terjadi anggota sebaliknya.
Jadi, bagi seorang peneliti variabel sangatlah penting, karena pemilihan variabel sangatlah menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Serta saat peneliti memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.












Daftar Pustaka
Ridha Nikmatur.2017.Proses Penelitian, Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian. Jurnal Hikmah. Volume 14, No. 1: 62-70.
Imran Ali Hasyim.2012.Peran Pemahaman Variabel dalam Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif. INSANI. NO.13: 63-71.
Arikunto Suharsimi.2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.15.Jakarta.PT Rineka Cipta.
Sugiyono.2016.Statistik untuk Penelitian.Bandung.Alfabeta.
Arumning.2012.Makalah Variabel Penelitian. arumning.blogspot.com/2012/02/makalah-variabel-penelitian.html.13 Maret 2018.
No Name.2010.Variabel dan Data.https://smartstat.wordpress.com/2010/02/25/variabel-dan-data/.20 Maret 2018.



Tanggal Diberikan                   : 15 Maret 2018
Tanggal Dikembalikan   : 18 Maret 2018
Saran                                       :
          Menurut saya, isi yang dijelaskan penulis sudah sangat jelas dan runtut, tetapi alangkah lebih baik penjelasan dari penulis tidak terlalu panjang atau lebih dipadatkan/dipersingkat lagi agar memudahkan pembaca untuk memahami isi tulisan. Sebab, menurut saya saat tulisan terlalu panjang, seorang pembaca sebelum memulai membaca sudah merasa bosan. Kemudian, alangkah lebih baik lagi, tulisan ini diberi bagan-bagan sehingga dapat memperjelas inti dari setiap sub materi.
    









0 comments:

Post a Comment