Pages

Tuesday, March 20, 2018

SISTEM PERTANIAN TROPIKA DI LAHAN GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI KANAL DRAINASE

Wahyu, Difi, Samik

Abstrak
Saat ini masalah yang sedang dihadapi masyarakat dunia yaitu mengenai masalah persediaan bahan pangan yang dari tahun ke tahun semakin menurun. Di Indonesia sendiri populasi penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun. Program KB yang diusungkan pemerintah sepertinya sudah tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Seiring dengan bertambahnya rasio angka kelahiran terjadi peningkatan jumlah penduduk terutama di Pulau Jawa. Dengan meningkatnya jumlah penduduk ini maka banyak dibangun sarana-sarana tempat hidup seperti perumahan, tempat wisata, tempat industri. Hal inilah yang mengakibatkan semakin berkurangnya lahan pertanian di Jawa sehingga kebutuhan pangan yang ada tidak sebanding dengan jumlah hasil produksi pertanian. Untuk mengatasi semakin menurunnya persediaan pamgan maka dilakukan dengan bantuan industri pertanian
Industri pertanian merupakan upaya pengolahan sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi imdustri untuk menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai nilai yang lebih tinggi. Dalam hal ini bisa terlihat dengan adanya pemanfaatan teknologi kanal drainase untuk memanfaatkan/ membuka pertanian baru di lahan gambut sehingga diharapkan bisa memperoleh bahan pangan dengan kualitas tinggi.

Kata Kunci: Revolusi, Industri, Pertanian

Isi

Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk.Oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.Secara umum kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal bahan organik maka kemasaman gambut meningkat. Gambut pantai memiliki kemasaman lebih rendah dari gambut pedalaman. Kondisi tanah gambut yang sangat masam akan menghasilkan zat hara N, P, K, Ca, Mg, Bo dan Mo. Unsur hara Cu, Bo dan Zn merupakan unsur mikro yang seringkali sangat kurang (Noor, 2001).Lahan gambut di Indonesia terletak di Pulau Sumatera, khususnya Riau, Kalimantan, Papua, dan persentase kecil ada di wilayah Sulawesi. Lahan gambut memiliki beberapa nilai penting, baik bersifat ekstraktif maupun nonekstraktif. Sebagai bahan ekstraktif, gambut dapat dimanfaatkan sebagai bahan energi (misalnya arang briket), media semai, dan media untuk reklamasi lahan kering. Sedangkan sebagai bahan nonekstraktif, lahan gambut dapat berfungsi sebagai habitat pendukung keanekaragaman hayati serta sebagai lahan kehutanan, perkebunan, dan pertanian.
Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian bisa menghasilkan produk pertanian secara maksimal yaitu apabila dalam pengaturan tata airnya dibantu dengan teknologi drainase. Kanal-kanal drainase yang dulunya dibuat memotong sungai-sungai sekarang dibuat tidak lagi memotong sungai-sungai tetapi dibuat sesuai kontur dengan membangun bendungan, pintu air, kolam sedimentasi, dan drainase air hanya ketika terjadi kelebihan air saat musim hujan. Pembangunan drainase di lahangambut sangat penting dilakukan dikarenakan untuk menjaga struktur tanah dan mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah di lahan.
Prinsip utama dari pengaturan tata air di lahan gambut adalah harus mampu menekan terjadinya penurunan fungsi lingkungan dari lahan gambut, namun tetap bisa memenuhi syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan.Tindakan drainase pada lahan gambut dilakukan untuk menciptakan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan dan mengurangi asam organik sampai batas yang tidak meracuni tanaman, tindakan drainase yang dilakukan secara tepat juga berdampak terhadap terjadinya perubahan sifat fisik sehingga menjadi lebih kondusif untuk perkembangan tanaman. Namun demikian pola dan tingkat drainase yang dilakukan harus memperhatikan karakteristik gambut yang sangat spesifik, agar dapat menekan laju degradasi lahan yang diakibatkan oleh tindakan drainase, sehingga fungsi lingkungan dari lahan gambut tetap terjaga dengan baik
Mengingat fungsi dan peranan drainase yang begitu besar dan penting maka pembangunan sistemjaringan drainase harus benar-benar akurat dan tepat. Pembangunan jaringan drainase hendaknya sesuai dengan perencanaan alat berat, waktu pelaksanaan sehingga pembukaan lahan gambut dapat sesuai dengan target.Berikut ini contoh gambar lahan gambut:


            Potensi lahan gambut untuk pengembangan pertanian dipengaruhi oleh kesuburan alami gambut dan tingkat manajemen usaha tani yang diterapkan misalnya dengan teknologi drainase yang canggih. Produktivitas usaha tani lahan gambut pada tingkat petani, dengan input rendah sampai sedang, berbeda dengan produktivitas lahan gambut dengan tingkat manajemen tinggi yang biasanya diterapkan oleh swasta atau perusahaan besar. Gambut yang paling potensial untuk pertanian adalah gambut dangkal (0,5-1 m) sampai sedang (1-2 m) yang terletak pada bagian pinggiran kubah. Wilayah ini umumnya masih merupakan gambut topogen yang banyak bercampur dengan bahan tanah mineral. Makin tebal gambut, makin kurang potensinya untuk pertanian. Gambut dalam (lebih dari 3 m) umumnya miskin hara, dan sebaiknya tidak dibuka atau dimanfaatkan untuk pertanian, karena permasalahan yang cukup berat dalam mengelola dan mempertahankan produktivitasnya (Tim Sintesis Kebijakan, 2008).
Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh pada lahan gambut. Komoditas pertanian yang dapat diusahakan di lahan gambut antara lain adalah tanaman pangan (padi, jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, talas), tanaman palawija dan sayuran (kedelai, kacang tanah, kacang tunggak, terung, mentimun, kacang panjang, cabai), tanaman buah-buahan (nanas, pisang, nangka, jeruk, rambutan, mangga, petai, jengkol, jambu mete), tanaman perkebunan (tebu, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, cengkih, kapok, rami, rosela, karet, sagu), serta bambu.. Nanas, jagung, ubi kayu, dan talas tumbuh sangat baik pada tanah gambut dengan pemupukan dan pengapuran (Tim Sintesis Kebijakan, 2008).
            Sistem pertanian lahan gambut sangat subur. Karena tingkat kesuburan tanah gambut dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu ketebalan gambut, bahan asal, kualitas air, kematangan gambut, dan kondisi tanah di bawah gambut. Kualitas air disini dipengaruhi oleh teknologi pengairan yang memadai. Gambut yang berasal dari tumbuhan berbatang lunak lebih subur daripada gambut yang berasal dari tumbuhan berkayu. Pembentukan gambut dangkal dipengaruhi oleh banjir sungai yang banyak membawa hara, sehingga lebih subur daripada gambut dalam yang haranya berasal dari tumbuhan berasal dari air hujan dan dekomposisi reruntuhan vegetasi di atasnya (Najiyati dkk, 2005).

Tabel 1. Berikut adalah tabel faktor pembatas kesuburan di lahan gambut.
Kategori
Sifat Perilaku



Sifat Fisik
Kematangan gambut bervariasi
Berat jenis rendah
Kapasitas menahan air tinggi, tetapi bila kering sulit menyerap air kembali
Daya hantar air vertikal rendah
Daya tumpu rendah
Mengalami penurunan permukaan tanah




Sifat Kimia
Kesuburan rendah
          pH rendah
          KTK tinggi
          Kejenukan basa rendah
      Ketersediaan unsur hara makro (N, Ca, Mg, K) rendah
       Ketersediaan unsur hara mikro (Cu, Mo, Zn, Mn, Fe) rendah

Kunci keberhasilan pertanian di lahan gambut adalah bertani secara bijakdengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang dimikinya. Ada 10langkah bijak agar sukses bertani di lahan gambut, yaitu :
1.      Mengenali dan memahami tipe dan perilaku lahan;
2.      Memanfaatkan dan menata lahan sesuai dengan tipologinya dengan tidak merubah lingkungan secara drastis;
3.      Menerapkan sistem tata air yang dapat menjamin kelembaban tanah/menghindari kekeringan di musim kemarau dan mencegah banjir dimusim hujan;
4.      Tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara bakar.
5.      Bertani secara terpadu dengan mengkombinasikan tanaman semusimdan tanaman tahunan, ternak, dan ikan;
6.      Memilih jenis dan varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan dan permintaan pasar;
7.      Menggunakan bahan amelioran seperti kompos dan pupuk kandanguntuk memperbaiki kualitas lahan;
8.      Mengolah tanah secara minimum (minimum tillage) dalam kondisi tanahyang berair atau lembab;
9.      Menggunakan pupuk mikro bagi budi daya tanaman semusim;
10.  Melakukan penanaman tanaman tahunan di lahan gambut tebal didahuluidengan pemadatan dan penanaman tanaman semusim untuk meningkatkan daya dukung tanah.



Kesimpulan
Sistem pertanian tropik di lahan gambut ini bisa diterapakan dengan bantuan teknologi kanal drainase. Prinsip utama dari pengaturan tata air di lahan gambut adalah harus mampu menekan terjadinya penurunan fungsi lingkungan dari lahan gambut, namun tetap bisa memenuhi syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan.Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Gambut yang paling potensial untuk pertanian adalah gambut dangkal (0,5-1 m) sampai sedang (1-2 m) yang terletak pada bagian pinggiran kubah. Komoditas pertanian yang dapat diusahakan di lahan gambut antara lain adalah tanaman pangan (padi, jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, talas), tanaman palawija dan sayuran (kedelai, kacang tanah, kacang tunggak, terung, mentimun, kacang panjang, cabai), tanaman buah-buahan (nanas, pisang, nangka, jeruk, rambutan, mangga, petai, jengkol, jambu mete), tanaman perkebunan (tebu, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, cengkih, kapok, rami, rosela, karet, sagu), serta bambu. Sistem pertanian lahan gambut sangat subur. Karena tingkat kesuburan tanah gambut dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu ketebalan gambut, bahan asal, kualitas air, kematangan gambut, dan kondisi tanah di bawah gambut.

Referensi
Nasrudin, Harun, Soetjipto, dkk. 2012. Sains Dasar. Surabaya. UNESA University Press.
Harsono, S. S. 2011. Mitigasi dan Adaptasi Kondisi Lahan Gambut di Indonesia dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan. Tanah Tropika, 3(2): 1-17.
Najiyati, S., L. Muslihat, dan I. N. N. Suryadiputra. 2005. Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor: Wetlands International – IP.
Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan dan Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut di Kalimantan. Pengembangan Inovasi Pertanian, 1(2): 149-156.
Hairil, Sadik. 2017. Dampak Revolusi Industri. https://www.kompasiana.com/sadikhairil/5a27eb85d14aeb350b3d5294/dampak-revolusi-industri. 9 Maret 2018
Purna, Yoga. 2014. Ekstensifikasi Pertanian https://yogapurnablog.wordpress.com/2014/09/06/ekstensifikasi-pertanian/.9 Maret 2018

Reviewer:
Oleh : Difi Ratih K. J.
Diserahkan :  Rabu, 14 maret 2018
Dikembalikan : Senin, 19 Maret 2018
Komentar:
Penilisan judul dan materi berkaitan sehingga mudah untuk difahami
Terdapat gambar yang memperjelas materi sehingga tidak jenuh membacanya.

0 comments:

Post a Comment