Wahyu,
Difi, Samik
Abstrak
Saat ini masalah yang sedang dihadapi masyarakat dunia yaitu
mengenai
masalah
persediaan
bahan pangan yang dari tahun ke tahun semakin menurun. Di Indonesia sendiri
populasi penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun. Program KB yang
diusungkan pemerintah sepertinya sudah tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Seiring dengan bertambahnya rasio angka kelahiran terjadi peningkatan jumlah
penduduk terutama di Pulau Jawa. Dengan meningkatnya jumlah penduduk ini maka
banyak dibangun sarana-sarana tempat hidup seperti perumahan, tempat wisata,
tempat industri. Hal inilah yang mengakibatkan semakin berkurangnya lahan
pertanian di Jawa sehingga kebutuhan pangan yang ada tidak sebanding dengan
jumlah hasil produksi pertanian. Untuk mengatasi semakin menurunnya persediaan
pamgan maka dilakukan dengan bantuan industri pertanian
Industri
pertanian merupakan upaya pengolahan sumber daya alam hayati dengan bantuan
teknologi imdustri untuk menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai nilai
yang lebih tinggi. Dalam hal ini bisa terlihat dengan adanya pemanfaatan
teknologi kanal drainase untuk memanfaatkan/ membuka pertanian baru di lahan
gambut sehingga diharapkan bisa memperoleh bahan pangan dengan kualitas tinggi.
Kata Kunci: Revolusi, Industri,
Pertanian
Isi
Gambut adalah jenis tanah yang
terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk.Oleh sebab itu, kandungan
bahan
organiknya
tinggi. Tanah yang terutama
terbentuk di lahan-lahan
basah
ini
disebut
dalam
bahasa
Inggris
sebagai peat dan
lahan-lahan
bergambut di berbagai
belahan
dunia
dikenal
dengan
aneka
nama
seperti bog, moor, muskeg,
pocosin, mire, dan lain-lain.Secara umum
kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal bahan organik maka
kemasaman gambut meningkat. Gambut pantai memiliki kemasaman lebih rendah dari
gambut pedalaman. Kondisi tanah gambut yang sangat masam akan menghasilkan zat
hara N, P, K, Ca, Mg, Bo dan Mo. Unsur hara Cu, Bo dan Zn merupakan unsur mikro
yang seringkali sangat kurang (Noor, 2001).Lahan
gambut di Indonesia terletak di Pulau Sumatera,
khususnya Riau, Kalimantan, Papua, dan persentase kecil ada di wilayah
Sulawesi. Lahan gambut memiliki beberapa nilai penting, baik bersifat
ekstraktif maupun nonekstraktif. Sebagai bahan ekstraktif, gambut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan energi (misalnya arang briket), media semai, dan
media untuk reklamasi lahan kering. Sedangkan sebagai bahan nonekstraktif,
lahan gambut dapat berfungsi sebagai habitat pendukung keanekaragaman hayati
serta sebagai lahan kehutanan, perkebunan, dan pertanian.
Pemanfaatan
lahan gambut untuk pertanian bisa menghasilkan produk pertanian secara maksimal
yaitu apabila dalam pengaturan tata airnya dibantu dengan teknologi drainase. Kanal-kanal
drainase yang dulunya dibuat memotong sungai-sungai sekarang dibuat tidak lagi
memotong sungai-sungai tetapi dibuat sesuai kontur dengan membangun bendungan,
pintu air, kolam sedimentasi, dan drainase air hanya ketika terjadi kelebihan
air saat musim hujan. Pembangunan drainase di lahangambut sangat penting
dilakukan dikarenakan
untuk menjaga struktur tanah dan mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah
di lahan.
Prinsip
utama dari pengaturan tata air di lahan gambut adalah harus mampu menekan
terjadinya penurunan fungsi lingkungan dari lahan gambut, namun tetap bisa
memenuhi syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan.Tindakan drainase pada lahan
gambut dilakukan untuk menciptakan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang dibudidayakan dan mengurangi asam organik sampai batas yang tidak
meracuni tanaman, tindakan drainase yang dilakukan secara tepat juga berdampak
terhadap terjadinya perubahan sifat fisik sehingga menjadi lebih kondusif untuk
perkembangan tanaman. Namun demikian pola dan tingkat drainase yang dilakukan
harus memperhatikan karakteristik gambut yang sangat spesifik, agar dapat
menekan laju degradasi lahan yang diakibatkan oleh tindakan drainase, sehingga
fungsi lingkungan dari lahan gambut tetap terjaga dengan baik
Mengingat fungsi dan peranan drainase yang begitu
besar dan penting maka pembangunan sistemjaringan drainase harus benar-benar
akurat dan tepat. Pembangunan jaringan drainase hendaknya sesuai dengan
perencanaan alat berat, waktu pelaksanaan sehingga pembukaan lahan gambut dapat
sesuai dengan target.Berikut ini contoh gambar
lahan gambut:
Sumber gambar : Mongabay.co.id, KKI Warsi, www.maharprastowo.com.
Potensi
lahan gambut untuk pengembangan pertanian dipengaruhi oleh kesuburan alami
gambut dan tingkat manajemen usaha tani yang diterapkan misalnya dengan
teknologi drainase yang canggih. Produktivitas usaha tani lahan gambut pada
tingkat petani, dengan input rendah sampai sedang, berbeda dengan produktivitas
lahan gambut dengan tingkat manajemen tinggi yang biasanya diterapkan oleh
swasta atau perusahaan besar.
Gambut
yang paling potensial untuk pertanian adalah gambut dangkal (0,5-1 m) sampai
sedang (1-2 m) yang terletak pada bagian pinggiran kubah. Wilayah ini umumnya
masih merupakan gambut topogen yang banyak bercampur dengan bahan tanah
mineral. Makin tebal gambut, makin kurang potensinya untuk pertanian. Gambut
dalam (lebih dari 3 m) umumnya miskin hara, dan sebaiknya tidak dibuka atau
dimanfaatkan untuk pertanian, karena permasalahan yang cukup berat dalam
mengelola dan mempertahankan produktivitasnya (Tim Sintesis Kebijakan, 2008).
Berbagai
jenis tanaman dapat tumbuh pada lahan gambut. Komoditas pertanian yang dapat
diusahakan di lahan gambut antara lain adalah tanaman pangan (padi, jagung,
sorgum, ubi kayu, ubi jalar, talas), tanaman palawija dan sayuran (kedelai,
kacang tanah, kacang tunggak, terung, mentimun, kacang panjang, cabai), tanaman
buah-buahan (nanas, pisang, nangka, jeruk, rambutan, mangga, petai, jengkol,
jambu mete), tanaman perkebunan (tebu, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi,
cengkih, kapok, rami, rosela, karet, sagu), serta bambu.. Nanas, jagung, ubi kayu, dan talas
tumbuh sangat baik pada tanah gambut dengan pemupukan dan pengapuran (Tim Sintesis Kebijakan, 2008).
Sistem
pertanian lahan gambut sangat subur. Karena tingkat kesuburan tanah gambut
dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu ketebalan gambut, bahan asal, kualitas air,
kematangan gambut, dan kondisi tanah di bawah gambut. Kualitas air disini
dipengaruhi oleh teknologi pengairan yang memadai. Gambut yang berasal dari
tumbuhan berbatang lunak lebih subur daripada gambut yang berasal dari tumbuhan
berkayu. Pembentukan gambut dangkal dipengaruhi oleh banjir sungai yang banyak
membawa hara, sehingga lebih subur daripada gambut dalam yang haranya berasal dari
tumbuhan berasal dari air hujan dan dekomposisi reruntuhan vegetasi di atasnya
(Najiyati dkk, 2005).
Tabel 1. Berikut adalah
tabel faktor pembatas kesuburan di lahan gambut.
Kategori
|
Sifat
Perilaku
|
Sifat
Fisik
|
Kematangan
gambut bervariasi
|
Berat
jenis rendah
|
|
Kapasitas
menahan air tinggi, tetapi bila kering sulit menyerap air kembali
|
|
Daya
hantar air vertikal rendah
|
|
Daya
tumpu rendah
|
|
Mengalami penurunan permukaan tanah
|
|
Sifat
Kimia
|
Kesuburan
rendah
|
pH
rendah
|
|
KTK
tinggi
|
|
Kejenukan
basa rendah
|
|
Ketersediaan
unsur hara makro (N, Ca, Mg, K) rendah
|
|
Ketersediaan
unsur hara mikro (Cu, Mo, Zn, Mn, Fe) rendah
|
Kunci keberhasilan pertanian di lahan gambut adalah
bertani secara bijakdengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang dimikinya.
Ada 10langkah bijak agar sukses bertani di lahan gambut, yaitu :
1. Mengenali
dan memahami tipe dan perilaku lahan;
2. Memanfaatkan
dan menata lahan sesuai dengan tipologinya dengan tidak merubah lingkungan
secara drastis;
3. Menerapkan
sistem tata air yang dapat menjamin kelembaban tanah/menghindari kekeringan di
musim kemarau dan mencegah banjir dimusim hujan;
4. Tidak
melakukan pembukaan lahan dengan cara bakar.
5. Bertani
secara terpadu dengan mengkombinasikan tanaman semusimdan tanaman tahunan,
ternak, dan ikan;
6. Memilih
jenis dan varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan dan permintaan
pasar;
7. Menggunakan
bahan amelioran seperti kompos dan pupuk kandanguntuk memperbaiki kualitas
lahan;
8. Mengolah
tanah secara minimum (minimum tillage) dalam kondisi tanahyang berair atau
lembab;
9. Menggunakan
pupuk mikro bagi budi daya tanaman semusim;
10. Melakukan
penanaman tanaman tahunan di lahan gambut tebal didahuluidengan pemadatan dan
penanaman tanaman semusim untuk meningkatkan daya dukung tanah.
Kesimpulan
Sistem pertanian tropik
di lahan gambut ini bisa diterapakan dengan bantuan teknologi kanal drainase. Prinsip
utama dari pengaturan tata air di lahan gambut adalah harus mampu menekan
terjadinya penurunan fungsi lingkungan dari lahan gambut, namun tetap bisa
memenuhi syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan.Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya
akumulasi bahan organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Gambut yang paling potensial
untuk pertanian adalah gambut dangkal (0,5-1 m) sampai sedang (1-2 m) yang
terletak pada bagian pinggiran kubah. Komoditas pertanian yang dapat diusahakan
di lahan gambut antara lain adalah tanaman pangan (padi, jagung, sorgum, ubi
kayu, ubi jalar, talas), tanaman palawija dan sayuran (kedelai, kacang tanah,
kacang tunggak, terung, mentimun, kacang panjang, cabai), tanaman buah-buahan
(nanas, pisang, nangka, jeruk, rambutan, mangga, petai, jengkol, jambu mete),
tanaman perkebunan (tebu, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, cengkih, kapok,
rami, rosela, karet, sagu), serta bambu. Sistem pertanian lahan gambut sangat
subur. Karena tingkat kesuburan tanah gambut dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu ketebalan gambut, bahan asal, kualitas air, kematangan gambut, dan
kondisi tanah di bawah gambut.
Referensi
Nasrudin, Harun, Soetjipto, dkk. 2012. Sains Dasar.
Surabaya. UNESA University Press.
Harsono, S. S. 2011. Mitigasi dan Adaptasi Kondisi Lahan Gambut di
Indonesia dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan. Tanah Tropika, 3(2):
1-17.
Najiyati, S., L.
Muslihat, dan I. N. N. Suryadiputra. 2005. Pengelolaan Lahan Gambut untuk
Pertanian Berkelanjutan. Bogor: Wetlands
International – IP.
Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan dan
Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut di Kalimantan. Pengembangan Inovasi Pertanian, 1(2): 149-156.
Hairil, Sadik. 2017. Dampak Revolusi Industri.
https://www.kompasiana.com/sadikhairil/5a27eb85d14aeb350b3d5294/dampak-revolusi-industri.
9 Maret 2018
Purna, Yoga.
2014. Ekstensifikasi Pertanian https://yogapurnablog.wordpress.com/2014/09/06/ekstensifikasi-pertanian/.9
Maret 2018
Reviewer:
Oleh : Difi
Ratih K. J.
Diserahkan : Rabu, 14 maret 2018
Komentar:
Penilisan judul
dan materi berkaitan sehingga mudah untuk difahami
Terdapat gambar
yang memperjelas materi sehingga tidak jenuh membacanya.
0 comments:
Post a Comment