Pages

Tuesday, March 20, 2018

Intuisi sebagai Ilmu pengetahuan dalam Pendidikan


Triana, Puspita, Samik


ABSTRAK
Berfikir intuisi merupakan suatu proses kognitif yang memunculkan ide sebagai suatu strategi dalam membuat keputusan yang diperkirakan benar sehingga dapat menghasilkan suatu jawaban yang spontan tanpa melalui pemikiran terlebih dahulu. Jawaban spontan disini merupakan sebuah ungkapan baik itu dalam bentuk ucapan maupun tulisan yang menghasilkan suatu subjek dari suatu pemecahan masalah yang dihadapi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan intuisi yang ada pada peserta didik (siswa) dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pengembangan intuisi disini menggunakan metode pembelajaran konstruktivisme. Yang mana pembelajaran tersebut merupakan suatu proses pembelajaran yang ,mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki. Sehingga pendidik (guru) dapat dengan mudah untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam berfikir dan sejauh mana siswa dapat menangkap materi yang telah disampaikan.
Pada dasarnya konstruktivisme ini merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat (student centered). Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun atau miliki sebelumnya.

·   Isi
Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang non-analitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pada pola pikir tertentu, dan biasanya pendapat tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses yang dipikirkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, pada aspek logika atau pola berpikir tertentu serta langkah yang sistematik dan terkendali. Ungkapan yang dikemukakan sering masuk akal tetapi belum tentu cocok dengan kenyataan. Contoh cara ini adalah ramalan bintang (astrologi). Seorang astrolog pada saat meramal nasib seseorang, di samping menggunakan rumusannya juga sering menggunakan intuisinya.
Ibnu Sina menyebut intuisi dengan al-hads atau al-qudsi (intuisi suci). Berbeda dengan pengetahuan rasional, pengenalan intuitif disebut juga huduri, karena objek penelitiannya hadir dalam jiwa penelitinya, sehingga ia menjadi satu dan identik dengannya. Disinilah hubungan antara subjek dan objek terjembatani sehingga tidak menimbulkan jurang atau jarak antara subjek dan objek. Karena kesatuan yang tercapai dalam modus pengetahuan intuitif antar subjek (al-‘alim) dan objek (al-ma’lum), seseorang akan mengetahui secara langsung dan akrab dengan objek yang sedang ditelitinya tanpa melalui konsep-konsep atau representasi apapun.
Dalam kitabnya Nihayah al-Hikmah dan Bidayah al-Hikmah, Thabathabai banyak menjelaskan berbagai persoalan metafisik dan mengeksplorasi metode intuitif dalam memperoleh pengetahuan. Pembahasan-pembahasan yang dimaksud mencakup: ilmu huduri, ilmu badihi, teori kesatuan subjek dan objek pengetahuan, eksistensi mental, emanasi, alam mis’al, pengetahuan Tuhan. Yang mana dalam ilmu tersebut menjelaskan bahwa intuisi inilah dijadikan sebagai jembatan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas lagi.
Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat mengembangkan intuisi anak adalah pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat (student centered). Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri,sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun/miliki sebelumnya. Dengan diterapkannya metode pembelajaran tersebut peserta didik (siswa) akan lebih mudah dalam menangkap materi yang telah disampaikan oleh guru, dan siswa pun lebih mudah menyerap materi yang telah disampaikan guru. Oleh karena itu metode pembelajaran konstruktivisme ini baik diterapkan didalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Agar siswa juga tidak mudah bosan dengan materi yang akan disampaikan oleh guru.                                                                                                                                                                       
Dalam proses pencarian pengetahuan, rasio menjadi kebutuhan mutlak. Rasio ini dijadikan sebagai tolok ukur bagi proses pencarian pengetahuan dalam belajar. Bahkan teori-teori ilmu pengetahuan sulit sekali ditangkap atau sulit dipahami oleh akal. Semua konsep dan teori dalam rumpun ilmu selalu dilihat berdasarkan pertimbangan rasio. Meskipun terdapat fakta yang benar-benar riil bahwa sepanjang perbuatan itu tidak bisa di nalar oleh rasio, maka tidak bisa dikatakan sebagai ilmu. Akibatnya manusia rasionalis tidak membutuhkan Tuhan lagi. Karena mereka menganggap bahwa posisi tuhan ini dapat digantikan oleh akal. Sehingga  diyakini mampu memecahkan segala permasalahan hidup manusia. Akal dianggap menjadi tempat bersandar dan bisa memberikan ketenangan batinnya, pada dasarnya akal juga memiliki keterbatasan.
Berkenaan dengan intuisi pada tingkat-tingkat kebenaran yang lebih tinggi, intuisi tidak datang pada sembarang orang, tetapi datang pada orang yang telah mempersiapkan diri untuk itu. Pada hakikatnya intuisi ini hanya datang pada orang yang merenungkan secara terus menerus dalam realitasnya. Pemahaman langsung dan seketika yang disebutkan diatas terjadi ketika ia berada dalam keadaan baka dalam Tuhan, yaitu ketika ia memperoleh kediriannya yang lebih tinggi. Artinya, sebagai pengenalan yang merujuk kepada diri manusia khususnya kepada alam hakiki dan Tuhan yang Hak, maka ilmu ini hanyalah dapat mungkin diterima oleh manusia dengan daya usaha amal-ibadah serta kesucian hidupnya yakni dengan keihsanannya.
·   Kesimpulan
Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang non analitik (tidak bernalar), atau tidak berdasarkan pola pikir tertentu dan biasanya pendapat tersebut disampaikan dengan cepat tanpa melalui pemikiran terlebih dahulu. Dalam ilmu pengetahuan intuisi ini dijadikan sebagai jembatan untuk memperoleh informasi yang lebih luas lagi.
Sedangkan dalam pendidikan intuisi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang harus dikembangkan. Dalam proses mengembangkan intuisi anak disini menggunakan pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme ini merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat (student centered). Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator saja. Dalam proses pengembangan intuisi ini pembelajaran yang menggunakan teori konstruktivisme sangatlah baik digunakan. Karena dalam setiap prosesnya siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki dan guru disini merupakan mediataor atau fasilitator dalam mendukung setiap proses belajar siswa.

·   Referensi
Jurnal teologia volume.25,nomor.1, januari-juni 2014
Jurnal Pencerahan Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015 Halaman 12-22
hukmanshabiyya.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-pengetahuan-intuitif-dalam.html?m=1


Pengoreksi
Puspita eka putri
16040254009
Saran :
1.      Dalam penulisan proposal lebih diperhatikan unsur kerapian, karena teks belum rapi dan terkesan berantakan
2.      Lebih memperhatikan penggunaan tanda baca (titik,koma) agar pembaca tidak mengalami situasi kebinggungan saat membaca
3.      Terdapat beberapa kesalahan penulisan kata (typo)
4.      Gambar hanya satu biji saja sehingga membuat pembaca kurang tertarik.
Tanggal pemberian tugas : 14 Maret 2018

0 comments:

Post a Comment