Triana,
Puspita, Samik
ABSTRAK
Berfikir intuisi
merupakan suatu proses kognitif yang memunculkan ide sebagai suatu strategi
dalam membuat keputusan yang diperkirakan benar sehingga dapat menghasilkan suatu
jawaban yang spontan tanpa melalui pemikiran terlebih dahulu. Jawaban spontan
disini merupakan sebuah ungkapan baik itu dalam bentuk ucapan maupun tulisan
yang menghasilkan suatu subjek dari suatu pemecahan masalah yang dihadapi.
Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan intuisi yang ada pada
peserta didik (siswa) dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pengembangan
intuisi disini menggunakan metode pembelajaran konstruktivisme. Yang mana
pembelajaran tersebut merupakan suatu proses pembelajaran yang ,mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki. Sehingga pendidik (guru)
dapat dengan mudah untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam berfikir dan sejauh
mana siswa dapat menangkap materi yang telah disampaikan.
Pada dasarnya
konstruktivisme ini merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat (student centered). Siswa diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan
sebagai mediator dan fasilitator. Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru)
ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang
telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau
konstruksi yang telah mereka bangun atau miliki sebelumnya.
·
Isi
Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang
non-analitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pada pola pikir tertentu, dan
biasanya pendapat tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses yang
dipikirkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, pada aspek logika atau pola
berpikir tertentu serta langkah yang sistematik dan terkendali. Ungkapan yang
dikemukakan sering masuk akal tetapi belum tentu cocok dengan kenyataan. Contoh
cara ini adalah ramalan bintang (astrologi). Seorang astrolog pada saat meramal
nasib seseorang, di samping menggunakan rumusannya juga sering menggunakan
intuisinya.
Ibnu Sina menyebut intuisi dengan al-hads atau
al-qudsi (intuisi suci). Berbeda dengan pengetahuan rasional, pengenalan
intuitif disebut juga huduri, karena objek penelitiannya hadir dalam jiwa
penelitinya, sehingga ia menjadi satu dan identik dengannya. Disinilah hubungan
antara subjek dan objek terjembatani sehingga tidak menimbulkan jurang atau
jarak antara subjek dan objek. Karena kesatuan yang tercapai dalam modus
pengetahuan intuitif antar subjek (al-‘alim) dan objek (al-ma’lum), seseorang
akan mengetahui secara langsung dan akrab dengan objek yang sedang ditelitinya
tanpa melalui konsep-konsep atau representasi apapun.
Dalam kitabnya Nihayah al-Hikmah dan Bidayah
al-Hikmah, Thabathabai banyak menjelaskan berbagai persoalan metafisik dan
mengeksplorasi metode intuitif dalam memperoleh pengetahuan.
Pembahasan-pembahasan yang dimaksud mencakup: ilmu huduri, ilmu badihi, teori
kesatuan subjek dan objek pengetahuan, eksistensi mental, emanasi, alam mis’al,
pengetahuan Tuhan. Yang mana dalam ilmu tersebut menjelaskan bahwa intuisi
inilah dijadikan sebagai jembatan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas
lagi.
Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat
mengembangkan intuisi anak adalah pembelajaran dengan teori belajar
konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai pusat (student centered).
Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri,sedangkan
guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Menurut konstruktivisme,
pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa
sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan
terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka
bangun/miliki sebelumnya. Dengan diterapkannya metode pembelajaran tersebut
peserta didik (siswa) akan lebih mudah dalam menangkap materi yang telah
disampaikan oleh guru, dan siswa pun lebih mudah menyerap materi yang telah
disampaikan guru. Oleh karena itu metode pembelajaran konstruktivisme ini baik
diterapkan didalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Agar siswa juga
tidak mudah bosan dengan materi yang akan disampaikan oleh guru.
Dalam proses pencarian pengetahuan, rasio menjadi
kebutuhan mutlak. Rasio ini dijadikan sebagai tolok ukur bagi proses pencarian
pengetahuan dalam belajar. Bahkan teori-teori ilmu pengetahuan sulit sekali
ditangkap atau sulit dipahami oleh akal. Semua konsep dan teori dalam rumpun
ilmu selalu dilihat berdasarkan pertimbangan rasio. Meskipun terdapat fakta
yang benar-benar riil bahwa sepanjang perbuatan itu tidak bisa di nalar oleh
rasio, maka tidak bisa dikatakan sebagai ilmu. Akibatnya manusia rasionalis
tidak membutuhkan Tuhan lagi. Karena mereka menganggap bahwa posisi tuhan ini
dapat digantikan oleh akal. Sehingga
diyakini mampu memecahkan segala permasalahan hidup manusia. Akal
dianggap menjadi tempat bersandar dan bisa memberikan ketenangan batinnya, pada
dasarnya akal juga memiliki keterbatasan.
Berkenaan dengan intuisi pada tingkat-tingkat
kebenaran yang lebih tinggi, intuisi tidak datang pada sembarang orang, tetapi
datang pada orang yang telah mempersiapkan diri untuk itu. Pada hakikatnya
intuisi ini hanya datang pada orang yang merenungkan secara terus menerus dalam
realitasnya. Pemahaman langsung dan seketika yang disebutkan diatas terjadi
ketika ia berada dalam keadaan baka dalam Tuhan, yaitu ketika ia memperoleh
kediriannya yang lebih tinggi. Artinya, sebagai pengenalan yang merujuk kepada
diri manusia khususnya kepada alam hakiki dan Tuhan yang Hak, maka ilmu ini
hanyalah dapat mungkin diterima oleh manusia dengan daya usaha amal-ibadah
serta kesucian hidupnya yakni dengan keihsanannya.
·
Kesimpulan
Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang non
analitik (tidak bernalar), atau tidak berdasarkan pola pikir tertentu dan
biasanya pendapat tersebut disampaikan dengan cepat tanpa melalui pemikiran
terlebih dahulu. Dalam ilmu pengetahuan intuisi ini dijadikan sebagai jembatan
untuk memperoleh informasi yang lebih luas lagi.
Sedangkan dalam pendidikan intuisi ini merupakan
salah satu bentuk pembelajaran yang harus dikembangkan. Dalam proses
mengembangkan intuisi anak disini menggunakan pembelajaran dengan teori belajar
konstruktivisme. Konstruktivisme ini merupakan pembelajaran yang menjadikan
siswa sebagai pusat (student centered).
Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan
guru berperan sebagai mediator dan fasilitator saja. Dalam proses pengembangan
intuisi ini pembelajaran yang menggunakan teori konstruktivisme sangatlah baik
digunakan. Karena dalam setiap prosesnya siswa dapat mengembangkan pengetahuan
yang telah mereka miliki dan guru disini merupakan mediataor atau fasilitator
dalam mendukung setiap proses belajar siswa.
·
Referensi
Jurnal
teologia volume.25,nomor.1, januari-juni 2014
Jurnal Pencerahan Volume 9, Nomor 1,
(Maret) 2015 Halaman 12-22
hukmanshabiyya.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-pengetahuan-intuitif-dalam.html?m=1
Pengoreksi
Puspita eka putri
16040254009
Saran :
1.
Dalam penulisan
proposal lebih diperhatikan unsur kerapian, karena teks belum rapi dan terkesan
berantakan
2.
Lebih memperhatikan
penggunaan tanda baca (titik,koma) agar pembaca tidak mengalami situasi
kebinggungan saat membaca
3.
Terdapat beberapa
kesalahan penulisan kata (typo)
4.
Gambar hanya satu
biji saja sehingga membuat pembaca kurang tertarik.
Tanggal
pemberian tugas : 14 Maret 2018
Tanggal
pengembalian tugas : 16 Maret 2018
0 comments:
Post a Comment