Pages

Tuesday, March 12, 2019

Komponen Ekosistem


Kerusakan Komponen Ekosistem Akibat Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam Secara Berlebihan Pasca Revolusi Industri Abad Ke 19
Dicky Putra Pratama, Yuniar Nur Anisa Evayanti, Samik

Manusia merupakan salah satu komponen dalam biosfer yang dominan, segala macam aktivitasnya dapat mempengaruhi keadaan biosfer dan juga dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan dalam biosfer tersebut. Sejak mengenal peradaban, ribuan tahun yang lalu, manusia selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Usaha peningkatan kualitas hidup manusia sangat terasa sejak revolusi industry yang melanda benua eropa pada pertengahan abad 19. Yang pada saat itu manusia berlomba-lomba untuk menciptakan mesin-mesin baru untuk menghasilkan produk-produk baru. Perlombaan tersebut terjadi di segala bidang, baik pertanian, perkebunan, perindustrian, pertambangan, kesehatan dan ruang angkasa. Perut bumi tak luput dari eksploitasi manusia untuk mendapatkan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Manusia memanfaatkan penemuan, penemuan baru dibidang pengetahuan dan teknologi untuk mengeruk kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatmya. Sehingga tanpa disadari hal itu menjadikan manusia bersifat eksploitatif dan cenderung merusak lingkungan. Sikap manusia yang cenderung merusak lingkungan, seperti membakar hutan, eksploitasi SDA yang berlebihan, mengubah ekosistem alami menjadi ekosistem buatan yang ini semua memberikan dampak yang negative pada ekosistem. Berikut ini akan dijelaskan berbagai dampak negative terhadap ekosistem akibat eksploitasi berlebihan manusia:
1.      Fragmantasi Dan Degradasi Habitat
Meningkatnya populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia,seperti yang dibutuhkan untuk menunjang kesejahteraan manusia seperti lahan pertanian, tempat tinggal, industry dan hasil tambang. Fragmantasi dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian organisme karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya spesies pada habitat tersebut.
2.      Tergantungnya Aliran Energi Di Dalam Ekosistem
Ekosistem alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan aliran energy dalam ekosistem tersebut. Contohnya, ketika proses penebangan atau pembakaran hutan selesai maka kawasan hutan kemudian ditanami satu jenis tumbuhan. Hal tersebut menyebabkan aliran energy yang semula bersifat komleks menjadi aliran energy yang lebih sederhana.
3.      Resistensi Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan pestisida dan abiotik secara berlebihan untuk membunuh populasi organisme yang merugikan (hama atau pathogen) dapat menyebabkan munculnya populasi organisme yang kebal terhadap pestisida dan antibiotik tersebut. Hama yang tidak atau kurang sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat bertahan dari penggunaan  pestisida tersebut. Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam dosis yang terlalu tinggi atau frekuensi yang terlalu sering. Populasi spesies patogen yang dapat  bertahan dari dosis antibiotik tersebut akan berkembang biak menghasilkan populasi spesies  patogen yang kebal.
4.      Hilangnya Spesies Penting di Dalam Ekosistem
Setiap organisme memiliki peran penting di dalam suatu ekosistem. Contohnya, di dalam ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator seperti burung, ular, dan sabagainya dapat meningkatkan populasi organism lain, misalnya tikus makan padi akan menurun dan hasil panen akan berkurang.
5.      Introduksi Spesies Asing
Introduksi atau masuknya spesies dari suatu ekosistem ke dalam ekosistem lainnya  biasanya bertujuan untuk meningkatkan tingka kesejahteraan manusia. Namun, introduksi spesies asing juga dapat merugikan, karena terkadang didalam ekosistem yang baru, spesies tersebut tidak memiliki predator alami. Serangga Neochetine eichhorniae yang merupakan  predator tanaman eceng gondok dan dapat mengendalikan populasi enceng gondok di  perairan tidak hidup di Indonesia.
6.      Berkurangnya Sumber Daya Alam Terbaharui
Kayu, tanduk, gading, dan sebagainya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Walaupun memiliki sifat dapat diperbaharui, penggunaan dan eksploitasi secara berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas baik semakin berkurang. Hal tersebut menyebabkan kualitas kayu dan tingkat regenerasi semakin menurun
7.      Tergantungnya Daur Materi di Dalam Ekosistem
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia juga akan ikut meningkat. Meningkatnya aktivitas manusia didunia berpengaruh terhadap daur  biogeokimia. Sebagai contoh, daur karbon yang terganggu akibat semakin banyaknya  penggunaan bahan bakar.
Contoh eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem;
a)      Penebangan Pohon Secara Liar Dan Pembakaran Hutan
Dampak Penebangan Hutan Secara Liar Terhadap Lingkungan
Dampak penebangan hutan secara liar diantaranya adalah Hilangnya kesuburan tanah mengakibatkan tanah menyerap sinar matahari terlalu banyak sehingga menjadi sangat kering dan gersang. Hingga nutrisi dalam tanah mudah menguap. Selain itu, hujan bias menyapu sisa-sisa nutrisis dari tanah. Oleh sebab itu, ketika tanah sudah kehilangan banyak nutrisi, maka reboisasi menjadi hal yang sulit dan budidaya di lahan tersebut menjadi tidak memungkinkan. Turunnya sumber daya air juga menjadi bagian dari dampak penebangan hutan secara liar dikarenakan pohon sangat berkontribusi dalam menjaga siklus air melalui akar pohon penyerapan air yang kemudian dialirkan ke daun, kemudian menguap dan dilepaskan ke lapisan atmosfer. Ketika pohon ditebang dan daerah tersebut menjadi gersang, maka taka da lagi yang membantu tanah menyerap lebih banyak air, dengan demikian akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya air. Kemudian Punahnya keanekaragaman hayati, meskipun hutan tropis hanya seluas 6% dari permukaan bumi tetapi sekitar 80-90% dari spesies ada di dalamnya. Akibat penebangan liar yang dilakukan secara besar-besaran ada sekitar 100 spesies hewan menurun setiap ari, keanekaragaman hayati dari berbagai daerah hilang dalam skala besar. Dan dapat Mengakibatkan banjir dikarenakan hutan yang bergungsi sebagai penyerap air tidak dapat menyerap dan menyimpan air dalam jumlah yang banyak ketika hujan lebat terjadi.
b)      Perburuan Hewan Secara Terus Menerus
Image result for gambar perburuan hewan liar
Berbicara mengenai perburuan hewan ataupun satwa liar, seringkali mengenai kepunahan ragam satwa yang rawan punah, yang sudah barang tentu itu benar dan fatal dampaknya. Akan tetapi kita jarang mempelajari dampak dari sudut pandang yang lain. Berikut beberapa fakta lain akibat perburuan hewan secara liar:
Penyakit Zoonosis
Dengan maraknya perburuan hewan liar, penyakit ini akan mempunyai persentase perkembangan dan mewabah ke manusia yang semakin besar. Penyakit Zoonosis adalah infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia ataupun bisa sebaliknya. Penyakit Zoonosis ini belakangan menjadi perhatian di dunia dengan dikenalnya penyakit flu burung dan virus H5N1 oleh penduduk seantero dunia.
Penyempitan Area Hutan
Efek dari berkurangnya satwa secara langsung akan berdampak pada berkurangnya kualitas ekosistem di hutan liar ataupun di hutan lindung. Ketika semakin banyak manusia yang melakukan perburuan pada suatu hutan tertentu, akhirnya membuat sebuah ruang atau area transportasi baru bahkan area terbuka baru untuk bermukim sementara bagi para pemburu. Pada jangka waktu tertentu, luas lahan tersebut akan terakumulasi cukup besar, di mana semakin lama perburuan liar itu terjadi, maka akan semakin luas area manusia dalam mengeksplorasi hutan liar atau hutan lindung itu sendiri secara terus-menerus. Di negara kita Indonesia, hal ini telah terjadi di berbagai hutan liar maupun hutan lindung, yang bahkan tidak pernah ditanggapi serius oleh pengelola hutan atau pemerintah, yang akhirnya semakin lama hal tersebut terjadi, maka semakin rusak pula hutan-hutan yang ada di negara kita ini.
Berkurangnya Lapangan Kerja
Dampak yang satu ini cukup unik tapi memang terjadi. Kita tau sekarang ini banyak ditemui area wisata yang dibangun di area yang dulunya merupakan hutan liar ataupun hutan lindung, di mana kita sering sebut pembebasan lahan baru. Ternyata, meskipun secara kasat mata terlihat dengan adanya wahana wisata baru ataupun wisata alam baru yang dibangun dan dikelola dengan lebih baik dan lebih modern, akan memberikan peningkatan peluang kerja yang besar. Namun, kenyataan tersebut secara perbandingan masih sangat jauh dengan lapangan pekerjaan yang akhirnya banyak berkurang dari wisata-wisata baru tersebut. Meskipun tidak secara langsung terjadi perburuan hewan, namun beberapa tindakan dalam mengelola atau membangun wisata tersebut berhubungan dengan perburuan hewan dan ekosistemnya.
c)      Eksploitasi Hasil Tambang Berlebihan
Related image
Kegiatan penambangan yang terjadi di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam bentuk pencemaran air, tanah, dan udara yang disebabkan oleh benda-benda asing sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula. Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya. Pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing (ampas buangan) serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun.
Kesimpulan
Manusia memanfaatkan penemuan, penemuan baru dibidang pengetahuan dan teknologi untuk mengeruk kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatmya. Sehingga tanpa disadari hal itu menjadikan manusia bersifat eksploitatif dan cenderung merusak lingkungan. Sikap manusia yang cenderung merusak lingkungan, seperti membakar hutan, eksploitasi SDA yang berlebihan, mengubah ekosistem alami menjadi ekosistem buatan yang ini semua memberikan dampak yang negative pada ekosistem. Meningkatnya populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia,seperti yang dibutuhkan untuk menunjang kesejahteraan manusia seperti lahan pertanian, tempat tinggal, industry dan hasil tambang. Fragmantasi dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian organisme karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya spesies pada habitat tersebut.

Referensi
Anonimous. 1992. Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 1992: 20 tahun Setelah Stockholm. (http://rudyct.com/PPS702- ipb/08234/nuraini_soleiman.htm, diakses 2 Desember 2009).
Kumar, A.D. 1986. Environmental Chemistry. India: Mohender Singh Sejwal.
Manahan, S.B. 1983. Environmental Chemistry. Boston: Willard Grant Press.
Rahardjo, S., Dina, L., dan Suyono. 2006. Pengendalian Dampak Lingkungan. Surabaya: Penerbit Airlangga.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan, 365 hal.
Soeriaatmadja, R. E. 1989. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB. 133 hal.



0 comments:

Post a Comment