Maghfirah Fajriniar Insany
Amalia Nur Rohmah
Samik, S.Si., M.Si.
ABSTRAK
Berpikir merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh
semua manusia yang dikaruniai akal sehat. Berpikir secara ilmiah merupakan
kewajiban seluruh manusia termasuk mahasiswa yang menempuh studi baik ilmu
alam, sosial, hingga kependidikan. Sebagai seseorang mahasiswa yang aktif
berproses di perguruan tinggi, tentu kemampuan berpikir ilmiah dengan
menggunakan penalaran deduktif dan induktif sangat dibutuhkan.
Kata
Kunci : Berpikir, Ilmiah,
Mahasiswa, Deduktif, Induktif
Setiap manusia yang menghuni bumi terlahir
dengan dikaruniai oleh akal sehat dan kemampuan berpikir. Sejak zaman pra
sejarah pun manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan bagaimana cara mereka bertahan hidup dan hasil kebudayaan
mereka semasa hidup.
Dalam perkembangan berpikir manusia pun
timbul mitos, legenda, dan cerita rakyat yang belum tentu terbukti secara
ilmiah. Sejalan dengan waktu yang terus berjalan, alam pikiran manusia
berkembang terus hingga timbul usaha manusia untuk mendefinisikan secara
konkrit gejala alam yang terjadi di sekeliling mereka terlepas dari belenggu
mitos (Tim FMIPA UNESA). Untuk memperoleh
pemikiran yang lebih maju dari mitos maka diperlukan yang namanya pembuktian.
Pembuktian yang dilakukan dengan mengolaborasikan pengamatan, pengalaman, dan
akal sehat disebut dengan penalaran deduktif, rasionalisme, dan logika minor.
Definisi dari penalaran deduktif adalah
suatu cara berpikir yang berangkat dari asumsi yang bersifat umum atau premis
mayor ke asumsi yang bersifat khusus atau premis minor (Mustofa,
2016).
Asumsi dapat terbentuk dengan penarikan kesimpulan berpikir yang disebut
silogisme.
Contoh
·
Semua mahasiswa
baru wajib mengikuti ospek yang diadakan selama lima hari (premis mayor)
·
Dewa adalah
mahasiswa baru (premis minor)
·
Dewa wajib mengikuti
ospek selama lima hari (simpulan)
Maka dari itu bisa diambil simpulan bahwa
tahapan melakukan penalaran deduktif diawali dengan pemahaman terhadap suatu
gejala dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian di lapangan (Sari, 2016). Namun tak dapat
dipungkiri bahwa penalaran deduktif memiliki kelemahan. Penalaran deduktif yang
mengedepankan rasionalitas dalam berpikir nyatanya sulit diterapkan dalam
kehidupan.
Adapula penalaran induktif yang merupakan
suatu cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari gejala yang bersifat
partikular ke gejala yang bersifat universal (Mustofa, 2016). Penalaran induktif
berangkat dari premis minor ke premis mayor yang merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Penalaran induktif mendasari pengambilan simpulan
berdasarkan eksperimen. Oleh karena itu, penalaran induktif disebut juga
empirisme dan logika mayor.
Contoh
·
Dewa mengenakan
sepatu (premis minor)
·
Semua mahasiswa
diharuskan mengenakan sepatu saat menghadiri perkuliahan (premis mayor)
·
Dewa merupakan
mahasiswa yang sedang menghadiri perkuliahan (simpulan)
Sumber: apaperbedaan.com
Penalaran deduktif dapat diterapkan untuk
menguji induktif dengan menerapkannya di tempat lain. Sedangkan penalaran
induktif dapat diterapkan dalam banyak situasi untuk menjelaskan fenomena yang
terjadi di sekeliling (Admin, t.thn.)
SIMPULAN
Dengan melatih kemampuan berpikir terutama berpikir
ilmiah dengan penalaran deduktif dan induktif akan mempermudah proses menuntut
ilmu bagi mahasiswa. Berpikir ilmiah akan sangat berfungsi ketika melakukan
penelitian, menulis artikel ilmiah atau skripsi hingga disertasi.
REFERENSI
Admin.
_______. Deduktif dan Induktif. https://www.google.com/amp/s/apaperbedaan.com/deduktif-dan-induktif/amp/. 6 Maret 2019.
Mustofa,
Imron. 2016. Jendela Logika Dalam
Berfikir: Deduksi dan Induksi Sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Vol 6: Hal
133-136.
Sari,
Diah Prawitha. 2016. Berpikir Matematis
Dengan Metode Induktif, Deduktif, Analogi, Integratif, dan Abstrak. Vol 5:
Hal 83.
Tim
FMIPA UNESA. _______. Sains Dasar.
Surabaya: Unesa University Press.
0 comments:
Post a Comment