Pages

Tuesday, March 12, 2019

BERPIKIR ILMIAH DENGAN MENGGUNAKAN PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF


Maghfirah Fajriniar Insany
Amalia Nur Rohmah
Samik, S.Si., M.Si.

ABSTRAK
Berpikir merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh semua manusia yang dikaruniai akal sehat. Berpikir secara ilmiah merupakan kewajiban seluruh manusia termasuk mahasiswa yang menempuh studi baik ilmu alam, sosial, hingga kependidikan. Sebagai seseorang mahasiswa yang aktif berproses di perguruan tinggi, tentu kemampuan berpikir ilmiah dengan menggunakan penalaran deduktif dan induktif sangat dibutuhkan.
Kata Kunci : Berpikir, Ilmiah, Mahasiswa, Deduktif, Induktif

Setiap manusia yang menghuni bumi terlahir dengan dikaruniai oleh akal sehat dan kemampuan berpikir. Sejak zaman pra sejarah pun manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bagaimana cara mereka bertahan hidup dan hasil kebudayaan mereka semasa hidup.
Dalam perkembangan berpikir manusia pun timbul mitos, legenda, dan cerita rakyat yang belum tentu terbukti secara ilmiah. Sejalan dengan waktu yang terus berjalan, alam pikiran manusia berkembang terus hingga timbul usaha manusia untuk mendefinisikan secara konkrit gejala alam yang terjadi di sekeliling mereka terlepas dari belenggu mitos (Tim FMIPA UNESA). Untuk memperoleh pemikiran yang lebih maju dari mitos maka diperlukan yang namanya pembuktian. Pembuktian yang dilakukan dengan mengolaborasikan pengamatan, pengalaman, dan akal sehat disebut dengan penalaran deduktif, rasionalisme, dan logika minor.
Definisi dari penalaran deduktif adalah suatu cara berpikir yang berangkat dari asumsi yang bersifat umum atau premis mayor ke asumsi yang bersifat khusus atau premis minor (Mustofa, 2016). Asumsi dapat terbentuk dengan penarikan kesimpulan berpikir yang disebut silogisme.
Contoh
·         Semua mahasiswa baru wajib mengikuti ospek yang diadakan selama lima hari (premis mayor)
·         Dewa adalah mahasiswa baru (premis minor)
·         Dewa wajib mengikuti ospek selama lima hari (simpulan)
Maka dari itu bisa diambil simpulan bahwa tahapan melakukan penalaran deduktif diawali dengan pemahaman terhadap suatu gejala dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian di lapangan (Sari, 2016). Namun tak dapat dipungkiri bahwa penalaran deduktif memiliki kelemahan. Penalaran deduktif yang mengedepankan rasionalitas dalam berpikir nyatanya sulit diterapkan dalam kehidupan.
Adapula penalaran induktif yang merupakan suatu cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari gejala yang bersifat partikular ke gejala yang bersifat universal (Mustofa, 2016). Penalaran induktif berangkat dari premis minor ke premis mayor yang merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran induktif mendasari pengambilan simpulan berdasarkan eksperimen. Oleh karena itu, penalaran induktif disebut juga empirisme dan logika mayor.
Contoh
·         Dewa mengenakan sepatu (premis minor)
·         Semua mahasiswa diharuskan mengenakan sepatu saat menghadiri perkuliahan (premis mayor)
·         Dewa merupakan mahasiswa yang sedang menghadiri perkuliahan (simpulan)


Sumber: apaperbedaan.com
Penalaran deduktif dapat diterapkan untuk menguji induktif dengan menerapkannya di tempat lain. Sedangkan penalaran induktif dapat diterapkan dalam banyak situasi untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di sekeliling (Admin, t.thn.)

SIMPULAN
Dengan melatih kemampuan berpikir terutama berpikir ilmiah dengan penalaran deduktif dan induktif akan mempermudah proses menuntut ilmu bagi mahasiswa. Berpikir ilmiah akan sangat berfungsi ketika melakukan penelitian, menulis artikel ilmiah atau skripsi hingga disertasi.

REFERENSI
Admin. _______. Deduktif dan Induktif. https://www.google.com/amp/s/apaperbedaan.com/deduktif-dan-induktif/amp/. 6 Maret 2019.
Mustofa, Imron. 2016. Jendela Logika Dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi Sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Vol 6: Hal 133-136.
Sari, Diah Prawitha. 2016. Berpikir Matematis Dengan Metode Induktif, Deduktif, Analogi, Integratif, dan Abstrak. Vol 5: Hal 83.
Tim FMIPA UNESA. _______. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.

0 comments:

Post a Comment