Keseimbangan Ekologi dan Ekosistem
Pada Daerah Rawan Bencana Indonesia
Pada Daerah Rawan Bencana Indonesia
Penulis :
Bilqis Amalia Shabrina
NIM. 18041184075
Reviewer :
Singgih Ridho Alfarizi
NIM. 18041184076
Dosen Pengampu :
Samik, S.Si., M.Si.
NIP. 198308062012121001
ABSTRAK
Manusia merupakan salah satu komponen dari biosfer yang sangat dominan di mana segala macam aktivitasnya dapat mempengaruhi kehidupan utuh biosfer. Sejak mengenal peradaban ribuan tahun yang lalu, manusia selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya yang bertujuan untuk mendapat kenyamanan hidup. Selain untuk dinikmati diri sendiri, diharapkan peningkatan kualitas hidup akan terus berlangsung bagi generasi-generasi berikutnya. Usaha peningkatan kualitas hidup tidak akan pernah berhenti mengingat manusia ialah makhluk bersifat relatif, tak terbatas, memiliki nafsu dan akal untuk berpikir. Eksistensi manusia di muka bumi ini sangat bergantung pada sumberdaya alam. Namun saat ini banyak sekali ketidakseimbangan atau ketidakserasian antara hubungan manusia dengan alam yang menimbulkan dampak negatif. Maka untuk dapat melestarikan dan memanfaatkan biosfer pada masa ini dan masa mendatang diperlukan pemahaman keberadaan manusia sebagai bagian dari alam dan peranan yang daat dilakukan demi pelestarian alam.
ISI
Sebagai makhluk berakal dan menguasai IPTEK, maka manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan hdup. Untuk itu konsep-konsep ekologi sebagai pengelolaan lingkungan perlu dipahami. Ekologi yaitu pengkajian mengenai interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Sedangkan ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem (Wikipedia, 2019). Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup (Wikipedia, 2019).
Ekologi juga berkembang sebagai ilmu mengenai struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap suatu kejadian alam. Misalnya tsunami, banjir, kerusakan hutan, tanah longsor, pemanasan global, dan lain-lain yang frekuensinya sangat tingi sering terjadi di Indonesia. Berdasar data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dalam kurun waktu 2018 hingga 2019 awal sudah terjad setidaknya 522 bencana alam di Indonesia. Berlokasi di Cincin Api Pasifk atau wilayah dengan banyak aktivitas tektonik, Indonesia harus terus menghadapi resiko letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami. Selama 20 tahun terakhir, Indonesia menjadi headline di media dunia karna bencana-bencana alam yang mengerikan dan menyebabkan kematian, serta menghancurkan ekosistem lingkungan.
Ekosistem yang seimbang ditunjukkan dengan jumlah komponen eksistem yang sesuai dengan piramida ekologi, seperti gamber berikut :
1. Tingkat tropik 1 berupa produsen yang ditempati oleh tumbuhuhan hijau.
2. Tingkat tropik 2 berupa konsumen primer yang ditempati oleh hewan herbivora atau zooplankton atau omnivora.
3. Tingkat tropik 3 berupa konsumen sekunder yang ditempati oleh hewan karnivora atau omnivora.
4. Tingkat tropik 4 berupa konsumen sekunder yang ditempati oleh hewan karnivora atau omnivora, dan seterusnya. Setiap komponen dalam ekosistem memiliki hubungan ketergantungan, misalnya hubungan antara komponen biotik dengan abiotik yang membentuk interaksi berupa predasi atau pemangsaan misal ayam yang dimangsa oleh elang, kompetisi atau persaingan misal sapi dan kambing berebut makanan berupa rumput di sawah, simbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme, dan lain-lain.
Pada saat terjadi bencana alam misalkan gunung berapi meletus, maka daerah sekitar gunung akan berdampak kerusakan. Beberapa komponen biotik akan mengalami kerusakan karena hutan di sekitar lenyap terkena lahar atau awan panas. Hutan tersebut merupakan ekosistem yang seimbang, namun setelah terjadi bencana alam, hutan menjadi rusak dan ekosistem menjadi tidak seimbang.
Berikut cara-cara untuk menyeimbangkan ekologi dan ekosistem pada Indonesia yang termasuk daerah rawan bencana :
1. Menjadi konsumen yang bijak, yaitu mempertimbangkan batasan mengkonsumsi hasil sumber daya alam demi keberlangsungan hidup.
2. Melakukan tebang pilih agar tidak terjadi longsor.
3. Mengurangi bahan bakar fosil dengan menggunakan sumer energi alternatif.
4. Berhenti membuang sampah sembarangan.
5. Menjaga kelestariannya bersama organisasi peduli lingkungan, seperti WWF Greenpeace, dan lain-lain.
6. Memberi sanksi tegas terhadap oknum-oknum yang merusak lingkungan.
7. Memulai kesadaran peduli lingkungan dari diri sendiri.
KESIMPULAN
Sebagai salah satu komponen dari biosfer, hendaklah manusia memiliki pemahaman keberadaan manusia sebagai bagian dari alam dan peranan yang daPat dilakukan demi pelestarian alam. Dengan kondisi Indonesia pada daerah rawan bencana, hendaklah seluruh masyarakat mampu mencegah dan mengatasi bencana yang mengganggu keberlangsungan hidup. Dengan cara menyeimbangkan ekologi dan ekosistem.
REFERENSI
Unesa-Tim FMIPA. Sains Dasar. Surabaya : Unesa University Press
Ridlo S., Rahayuningsih, Susilawati E. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ekologi Dengan Strategi Oudoor Learning.Hal 1-5.
Ramlawati, Hamka S., Saenab S., Siti R. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017.
Rabani L., Jahidin. 2018. Miskonsepsi ekologi: Sebuah Analisis hasil tes kompetisi sains Madrasah Aliyah. Hal 2-6.
Zain. 2017. Makalah Ekosistem dan Hubunganya. http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2012/ 12/makalah-ekosistem-dan-hubungannya.html. 6 Maret 2019.
BNPB. 2019. Data Informasi Bencana Indonesia. https://dibi.bnpb.cloud/tabel1. 6 Maret 2019.
Wikipedia. (2019, January 13). Wikipedia. Retrieved March 7, 2019, from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem
0 comments:
Post a Comment