Jendela
Logika dalam Berfikir: Penalaran Deduktif dan Induktif sebagai Dasar Pengetahuan
dalam Pemecahan Masalah
Abstrak
Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan
pengetahuan serta pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah
ilmu pengetahuan ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat
dan sehat. Sebab fungsi logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan
hukum-hukum yang ditepati. Logika merupakan ilmu yang memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut aturan
yang berlaku. Ini dikarenakan, Penalaran ilmiah menghendaki pembuktian
kebenaran secara terpadu. Antara kebenaran rasional dan factual ataupun
deduktif dan induktif yang keduanya menggunakan hipotesa sebagai jembatan
penghubungnya. Baik deduktif dan induktif bukan tanpa cacat, karenanya perlu
sebuah identifikasi lebih jauh, guna mencapai suatu metode penalaran ilmiah
yang mengamini pembuktian terpadu, antara rasional dan kebenaran factual.
Kata kunci: logika,
ilmiah, fikir, deduksi, induksi
Isi
Dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan menemui berbagai masalah yang semakin hari semakin kompleks
seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab. Oleh karena itu setiap manusia
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyikapi masalah tersebut. Manusia
fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk berpikir secara logis dan
analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kemampuan ini berkembang karena
didukung bahasa sebagai sarana komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang
sifatnya abstrak sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada
tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam
istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale. Oleh
sebab itu seorang Cendekiawan seharusnya bekerja secara sistematis, berfikir,
dan berlogika serta menghindari diri dari subyektifitas pertimbangannya, meskipun
hal ini tidak mutlak. Ketidakpuasan atas keilmuan yang dibangun diatas
pemikiran awam terus mendorong berbagai disiplin keilmuan, salah satunya adalah
filsafat. Filsafat mengurai kembali semua asumsi tersebut guna mendapatkan
sebuah pengetahuan yang hakiki. Setiap kepala memiliki pemikirannya masing-masing,
begitu pula dengan para ilmuan, setiap individu merujuk pada filsatat yang
sama, yaitu penggunaan metode Ilmiah dalam menyelesaikan sebuah problematika
keilmuan yang mereka hadapi. Sehingga dalam proses berfikir ilmiah ataupun
sebuah pencapaian pemahaman final perlu ditopang dengan logika. Disebut logika
bilamana ia secara luas dapat definisikan sebagai pengkajian untuk berpikir
secara benar, yang bermuara pada kesimpulan yang benar. Penarikan kesimpulan
dalam berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penalaran
deduktifdan penalaran induktif.
A. Penalaran
Deduktif
Kaum rasionalis mengembangkan
paham yang disebut rasionalisme menggunakan penalaran deduktif dalam menyusun
pengetahuan. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum (premis mayor) untuk menarik simpulan yang
bersifat khusus (premis minor). Metode ini merupakan perkembangan pola berpikir
dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika yang dikemukakan oleh Aristoteles
(348-322 SM). Penarikan simpulan secara deduktif ini disebut silogisme. Contoh
:
·
Semua makhluk hidup akan mengalami
kematian (umum, premis mayor)
·
Manusia adalah makhluk hidup (khusus,
premis minor)
·
Maka manusia suatu saat akan mati
(simpulan)
Simpulan yang diambil hanya
benar bilamana kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya
juga benar. Jika salah satu dari ketiga hal itu salah maka simpulan yang
diambil juga salah atau tidak benar.
B.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah
cara berpikir dengan menarik simpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala
yang bersifat khusus. Metode ini merupakan dasar dari perkembangan metode
ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan simpulan dilakukan
berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi yang diperoleh. Contoh :
§ “pada
pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya jika dipanaskan
ternyata bertambah panjang, dapat disimpulkan bahwa semua logam jika dipanaskan
bertambah panjang”.
§ “kucing
bernapas, kambing bernapas, sapi, kuda, harimau juga bernapas, dapat
disimpulkan bahwa semua hewan dapat bernapas”.
Dapat disimpulkan bahwa
gejala alam bersifat konkrit dan dapat ditangkap pancaindera manusia. Dengan
pancaindera, manusia berhasil mengumpulkan sangat banyak pengetahuan. Kumpulan
pengetahuan ini belum dapat disebut ilmu pengetahuan yang disusun secara
teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya. Untuk itu diperlukan penalaran
yang dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh
hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak
dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari
penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera.
Karena itu kumpulan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu
pengetahuan.Penalaran atau metode berfikir ilmiah menghendaki pembuktian
kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran faktual, serta
mengggabungkan penalaran deduktif dan induktif dengan menggunakan asumsi dasar
atau hipotesa sebagai jembatan penghubungnya. Induktif dan deduktif sebagai
penalatan atau metode ilmiah bukan tanpa kekurangan, karena itu tugas kita
adalah mencoba identifikasi apa kelebihan dan kekurangan metode ilmiah ini.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan metode penalaran ilmiah yang menghendaki
pembuktian kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran
faktual, menggabungkan penalaran deduktif dan induktif dengan menggunakan
hipotesis sebagai jembatan penghubungnya. Sehingga dari sini diharapkan dapat
melahirkan alur penalaran ilmiah yang baik dan benar.
Daftar Rujukan
Nasrudin,
harun dkk. 2012. Sains Dasar.
Surabaya. Unesa University Express
Bakry,
Noor Ms. Logika Praktis Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu. Yogyakarta:
Liberty, 2001.
Shadiq,
Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta:
Widyaiswara PPPG Matematika.
Mustofa, Imron. 2016. Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Surabaya. Sekolah Tinggi Agama Islam YPBWI Surabaya
Jendela
Logika dalam Berfikir: Penalaran Deduktif dan Induktif sebagai Dasar Pengetahuan
dalam Pemecahan Masalah
Abstrak
Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan
pengetahuan serta pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah
ilmu pengetahuan ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat
dan sehat. Sebab fungsi logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan
hukum-hukum yang ditepati. Logika merupakan ilmu yang memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut aturan
yang berlaku. Ini dikarenakan, Penalaran ilmiah menghendaki pembuktian
kebenaran secara terpadu. Antara kebenaran rasional dan factual ataupun
deduktif dan induktif yang keduanya menggunakan hipotesa sebagai jembatan
penghubungnya. Baik deduktif dan induktif bukan tanpa cacat, karenanya perlu
sebuah identifikasi lebih jauh, guna mencapai suatu metode penalaran ilmiah
yang mengamini pembuktian terpadu, antara rasional dan kebenaran factual.
Kata kunci: logika,
ilmiah, fikir, deduksi, induksi
Isi
Dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan menemui berbagai masalah yang semakin hari semakin kompleks
seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab. Oleh karena itu setiap manusia
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyikapi masalah tersebut. Manusia
fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk berpikir secara logis dan
analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kemampuan ini berkembang karena
didukung bahasa sebagai sarana komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang
sifatnya abstrak sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada
tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam
istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale. Oleh
sebab itu seorang Cendekiawan seharusnya bekerja secara sistematis, berfikir,
dan berlogika serta menghindari diri dari subyektifitas pertimbangannya, meskipun
hal ini tidak mutlak. Ketidakpuasan atas keilmuan yang dibangun diatas
pemikiran awam terus mendorong berbagai disiplin keilmuan, salah satunya adalah
filsafat. Filsafat mengurai kembali semua asumsi tersebut guna mendapatkan
sebuah pengetahuan yang hakiki. Setiap kepala memiliki pemikirannya masing-masing,
begitu pula dengan para ilmuan, setiap individu merujuk pada filsatat yang
sama, yaitu penggunaan metode Ilmiah dalam menyelesaikan sebuah problematika
keilmuan yang mereka hadapi. Sehingga dalam proses berfikir ilmiah ataupun
sebuah pencapaian pemahaman final perlu ditopang dengan logika. Disebut logika
bilamana ia secara luas dapat definisikan sebagai pengkajian untuk berpikir
secara benar, yang bermuara pada kesimpulan yang benar. Penarikan kesimpulan
dalam berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penalaran
deduktifdan penalaran induktif.
A. Penalaran
Deduktif
Kaum rasionalis mengembangkan
paham yang disebut rasionalisme menggunakan penalaran deduktif dalam menyusun
pengetahuan. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum (premis mayor) untuk menarik simpulan yang
bersifat khusus (premis minor). Metode ini merupakan perkembangan pola berpikir
dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika yang dikemukakan oleh Aristoteles
(348-322 SM). Penarikan simpulan secara deduktif ini disebut silogisme. Contoh
:
·
Semua makhluk hidup akan mengalami
kematian (umum, premis mayor)
·
Manusia adalah makhluk hidup (khusus,
premis minor)
·
Maka manusia suatu saat akan mati
(simpulan)
Simpulan yang diambil hanya
benar bilamana kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya
juga benar. Jika salah satu dari ketiga hal itu salah maka simpulan yang
diambil juga salah atau tidak benar.
B.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah
cara berpikir dengan menarik simpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala
yang bersifat khusus. Metode ini merupakan dasar dari perkembangan metode
ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan simpulan dilakukan
berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi yang diperoleh. Contoh :
§ “pada
pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya jika dipanaskan
ternyata bertambah panjang, dapat disimpulkan bahwa semua logam jika dipanaskan
bertambah panjang”.
§ “kucing
bernapas, kambing bernapas, sapi, kuda, harimau juga bernapas, dapat
disimpulkan bahwa semua hewan dapat bernapas”.
Dapat disimpulkan bahwa
gejala alam bersifat konkrit dan dapat ditangkap pancaindera manusia. Dengan
pancaindera, manusia berhasil mengumpulkan sangat banyak pengetahuan. Kumpulan
pengetahuan ini belum dapat disebut ilmu pengetahuan yang disusun secara
teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya. Untuk itu diperlukan penalaran
yang dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh
hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak
dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari
penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera.
Karena itu kumpulan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu
pengetahuan.Penalaran atau metode berfikir ilmiah menghendaki pembuktian
kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran faktual, serta
mengggabungkan penalaran deduktif dan induktif dengan menggunakan asumsi dasar
atau hipotesa sebagai jembatan penghubungnya. Induktif dan deduktif sebagai
penalatan atau metode ilmiah bukan tanpa kekurangan, karena itu tugas kita
adalah mencoba identifikasi apa kelebihan dan kekurangan metode ilmiah ini.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan metode penalaran ilmiah yang menghendaki
pembuktian kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran
faktual, menggabungkan penalaran deduktif dan induktif dengan menggunakan
hipotesis sebagai jembatan penghubungnya. Sehingga dari sini diharapkan dapat
melahirkan alur penalaran ilmiah yang baik dan benar.
Daftar Rujukan
Nasrudin,
harun dkk. 2012. Sains Dasar.
Surabaya. Unesa University Express
Bakry,
Noor Ms. Logika Praktis Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu. Yogyakarta:
Liberty, 2001.
Shadiq,
Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta:
Widyaiswara PPPG Matematika.
Mustofa, Imron. 2016. Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Surabaya. Sekolah Tinggi Agama Islam YPBWI Surabaya
0 comments:
Post a Comment