Pages

Tuesday, March 12, 2019

EKOSISTEM LAUT TERHADAP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM TERUMBU KARANG di INDONESIA



EKOSISTEM LAUT TERHADAP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM TERUMBU KARANG di INDONESIA

Ilanti Febria Saraswati, Rinda Listya Antari, Samik S.Si.,M.SI

ABSTRAK

Ekosistem telah menyediakan banyak sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu penyedia sumber daya alam yang berlimpah yakni berasal dari ekosistem laut. Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat menjanjikan secara ekonomis terutama di wilayah pesisir dan lautan. Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam laut yang memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk organisme laut namun juga untuk manusia. Meskipun memiliki banyak manfaat namun keberadaan terumbu karang saat ini mendapatkan ancaman yakni dengan adanya fenomena kerusakan ekosistem laut. Fenomena kerusakan sumber daya pesisir semakin meluas dan mengkhawatirkan terutama ekositem terumbu karang. Pengeksploitasian secara berlebih menjadi salah satu faktor terancamnya keberadaan terumbu karang. Pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat dan benar akan memberikan manfaat yang tidak ada habisnya untuk bangsa indonesia. Kesadaran msayarakat serta rangkulan pemerintah untuk bersama-sama menjaga dan melindungi ekosistem laut harus semakin gencar dilaksanakan. 

ISI

Ekosistem telah menyediakan banyak sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu penyedia sumber daya alam yang berlimpah yakni berasal dari ekosistem laut. Ekosistem laut pesisir memiliki keberagaman yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Potensi sumberdaya yang melimpah menjadikan laut sebagai salah satu penghasil sumber daya alam hayati dan non-hayati bagi msayarakat. Sumber daya perairan berperan ganda sebagai sumber daya alam dalam mendukung kehidupan manusia, mendukung ekosistem perairan dan sebagai komponen penting pembangunan ekonomi (Ibrahim, 2007). Laut menyediakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui dan tidak akan habis yakni air. Air merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh manusia. Bahkan tubuh manusia memerlukan 1 hingga 1,5 liter perhari untuk menopang aktivitas manusia di setiap harinya. Laut sebagai peyedia rumah bagi bioma laut memilik peran yang sangatlah penting. Sebab ibarat pondasi rumah saat pondasi rumah tersebut rusak atau terancam maka seisi rumah juga akan ikut terancam
(Gambar 1)


Sumber : hhtps: img-k.okeinfo.net

Laut menjadi salah satu surga pendapatan karena merupakan penghasil pundi-pundi ekonomi bagi masyarakat. Laut tidak hanya menghasikan ikan, terumbu karang, rumput laut, garam, dan lain sebagainya yang didalam masing-masing bioma laut tersebut memliki nilai ekonomis dan manfaat yang luar biasa. Secara umum, perairan laut dan pantai mempunyai fungsi sebagai cadangan sumber air di dunia, pengatur iklim dunia, habitat berbagai jenis biota, lahan dan mata pencaharian penduduk terutama yang bermukim di sekitar pantai, dan bahan makanan dari berbagai ragam biota laut (Anonim, 2009a). Laut juga turut andil dalam terjadinya fenomena-fenomena alam seperti pasang surut air laut, terbentuknya gerhana bulan, pengaruh curah hujan yang mengakibatkan iklim disetiap negara berbeda-beda.
Nurmalasari (2008) menjelaskan, sumber daya perairan berperan penting bagi pembangunan di Indonesia. Sumber daya pesisir dan kelautan merupakan potensi penting dalam pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 juta kilometer persegi. Laut Indonesia begitu luas dan jika dimanfaatkan dengan baik maka dapat diprediksi pembangunan Indonseia akan menjadi maju dan pesat. Karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati dan non-hayati beserta lingkungan pesisir yang mengandung nilai ekonomis dan ekologis yang dapat dipergunakan untuk menunjang pembangunan di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena dikelilingi oleh banyak air dalam bentuk laut, pantai, benua, dan pulau. Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat menjajikan secara ekonomis terutama di wilayah pesisir dan lautan. Kedua wilayah tersebut menjadi penopang hidup bagi masyarakat karena akan mudah menemukan makanan, bahan material bangunan dan lain sebagainya. Ikawati et al. (2001) dalam Gianto (2007), mengatakan, salah satu dari sekian banyak ekosistem yang dimiliki Indonesia adalah ekosistem terumbu karang. selanjutnya kurang lebih 14% terumbu karang dunia berada di Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 Km2. Terumbu karang memiliki fungsi penting yakni sebagai rumah bagi para ikan. Karena terumbu karang menjadi tempat berkumpul dan berkembang biaknya ikan-ikan serta biota laut lainnya yang merupakan sumber protein. Selain itu juga, terumbu karang mempunya fungsi yang amat penting yakni sebagai penahan ombak dan pelindung pantai. Terumbu karang yang memiliki warna dan corak yang menarik juga menjadi objek wisata diving dan juga tempat rekreasi bawah air dengan panorama yang menakjubkan dan pemberian sensasi yang berbeda dari wisata darat. Maka dari itu terumbu karang memiliki andil yang cukup besar dalam menghasilkan nilai ekonomis.
(Gambar 2)

Sumber : satu-indonesia.com 

Peningkatan populasi manusia, berdampak pada meningkatnya pola konsumsi merupakan ancaman terhadap keanekaragaman hayati  (Indrawan et al. 2007). Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil sekitar 17.500 pulau, yang dikelilingi ekosistem pesisir tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, berikut sumberdaya hayati dan non-hayati yang terkandung di dalamnya (Hengky, 2010). Fenomena kerusakan sumber daya pesisir semakin meluas dan mengkhawatirkan terutama ekosistem terumbu karang. Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Indonesia umumnya disebabkan oleh ulah manusia yang serakah dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya manfaat terumbu karang. Ulah manusia yang mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang adalah seperti :
1.      Pencemaran
Kegiatan manusia seperti meninggalkan sampah plastik menjadi bahan pencemar laut yang dapat merusak ekosistem dan biota laut. Sumber pencemaran lain seperti pembuangan limbah cair ke laut menjadikan ancaman untuk ikan-ikan karena bisa jadi ikan terkontaminasi bahan industri.
2.      Penangkapan ikan dengan cara diracun atau menggunakan bahan peledak
pengguanaan bahan peledak, pukat harimau, dan bahan beracun dapat menghancurkan organisme dan merusak biota laut
3.      Pengeksplotasian secara berlebihan  sumber daya hayati
pemanfaatan yang berlebihan akan mempengaruhi sumberdaya hayati laut terutama sumberdaya perikanan. Dan imbas dari pengeksploitasian yang berlebih akan menganggu keseimbangan ekosistem terumbu karang.
(Gambar 3)

Sumber : mongabay.com

Ekosistem terumbu karang sangat multifungsi bagi biota laut. Oleh karena itu, keberadaannya harus selalu dipantau, dijaga dan dilestarikan.  Degradasi terumbu karang akan mengurangi multifungsinya yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Konservasi terumbu karang sangatlah perlu menjadi perhatian. Pemerintah Indonesia juga memberi perhatian yang sangat besar terhadap penyelamatan keanekaragaman hayati perairan. Bukti keseriusan pemerintah dalam melindungi keanekaregaman hayati adalah dengan dikeluarkannya UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, dan UU N0. 27  tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta peraturan pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan, kewenangan pengelolaan Kawasan Suaka Alam  dan kawasan  pelestarian alam (Anonim, 2009b). Dengan pendekatan pemerintah kepada masyarakat harapan besar agar masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya untuk menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati di Indonesia. Beberapa studi menunjukkan bahwa masyarakat adat di Indonesia secara tradisional telah berhasil dalam menjaga dan memperkaya keanekaragaman hayati melalui praktek konservasi tradisional (Patinama, 2009). Adat dalam suatu daerah juga ikut andil dalam mengelola sumber daya alam. Pelestarian sumber daya alam oleh masyarakat tradisional sangatlah penting sebab rasa kepedulian dalam memelihara dan menjaga sumber daya alam berasal dari diri masyarakat sendiri. Adanya rasa  kepemilikan terhadap sumber daya alam terumbu karang  mendorong masyarakat untuk ikut serta bertanggung jawab dengan pengelolaan secara bijaksana.

KESIMPULAN

Keanekaragaman sumber daya alam laut termasuk kedalam sumber daya alam yang dapat diperbarui yang artinya jika kita dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati laut melalui cara-cara yang baik dan berkelanjutan maka ekosistem laut akan berimbang dan berkesinambungan. Indonesia memiliki potensi sumber daya hayati laut dan pesisir sukup tinggi di dunia. Keanekaragaman sumber daya hayati laut dan pesisir sudah dikenal oleh dunia, dengan pemanfaatan yang tepat menghasilkan pundi-pundi ekonomi Indonesia yang tinggi. Pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat serta benar akan memberikan manfaat yang tidak ada habisnya untuk bangsa indonesia. Pengeksplotasian yang berlebihan mengakibatkan kerusakan ekosistem laut beserta sumber daya alam hayati laut bahkan pemusnahan biota laut. Kesadaran msayarakat serta rangkulan pemerintah untuk bersama-sama menjaga dan melindungi ekosistem laut harus semakin gencar dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
TIM FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
Anonim. 2009b. Satuan kerja pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan kendari.
DEPHUT alihkan kawasan suaka alam dan pelestarian alam ke DKP
(http://www.P2sdkpkendari.com/?pilih=new&aksi=l ihat&id=544). 
Baransano, Hengky K dan Mangimbulude, Jubhar C. 2010. Eksploitasi dan Konservasi
Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. JURNAL BIOLOGI PAPUA 
ISSN: 2086-3314 Volume 3, Nomor 1  April 2011  Halaman: 39–45
Gianto. 2007. Perdagangan karang hias: suatu ancaman terhadap ekosistem terumbu
karang? Jurnal Oseana 32 (4): 21-27 
Ibrahim, Y. 2007. Komunitas pulau dalam era pembangunan : terpingir atau memingir? Jurnal
Akademika 70 (1): 57-76 
Indrawan, M., B.P. Richard, dan J. Supriyatna. 2007. Biologi konservasi. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Nurmalasari, Y. 2008. Informan’n. Jurnal Ilmu-ilmu manajemen dan informatika 1(2): 1-7.   
Pattinama, M. J. 2009. Pengentasan kemiskinan dengan kearifan lokal ( Studi kasus di Pulau
Buru-Maluku dan Surade–Jawa Barat. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. 13 (1): 1-12.
Prabowo, A.Y.
 

0 comments:

Post a Comment