EKOSISTEM LAUT TERHADAP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
TERUMBU KARANG di INDONESIA
Ilanti Febria Saraswati, Rinda Listya Antari, Samik
S.Si.,M.SI
ABSTRAK
Ekosistem telah
menyediakan banyak sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Salah satu penyedia sumber daya alam yang berlimpah yakni berasal dari
ekosistem laut. Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat menjanjikan secara
ekonomis terutama di wilayah pesisir dan lautan. Terumbu karang merupakan salah
satu sumber daya alam laut yang memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk
organisme laut namun juga untuk manusia. Meskipun memiliki banyak manfaat namun
keberadaan terumbu karang saat ini mendapatkan ancaman yakni dengan adanya
fenomena kerusakan ekosistem laut. Fenomena kerusakan sumber daya pesisir
semakin meluas dan mengkhawatirkan terutama ekositem terumbu karang.
Pengeksploitasian secara berlebih menjadi salah satu faktor terancamnya
keberadaan terumbu karang. Pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat
dan benar akan memberikan manfaat yang tidak ada habisnya untuk bangsa
indonesia. Kesadaran msayarakat serta rangkulan pemerintah untuk bersama-sama
menjaga dan melindungi ekosistem laut harus semakin gencar dilaksanakan.
ISI
Ekosistem telah
menyediakan banyak sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Salah satu penyedia sumber daya alam yang berlimpah yakni berasal dari
ekosistem laut. Ekosistem laut pesisir memiliki keberagaman yang bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat. Potensi sumberdaya yang melimpah menjadikan laut
sebagai salah satu penghasil sumber daya alam hayati dan non-hayati bagi
msayarakat. Sumber daya perairan berperan ganda sebagai sumber daya alam dalam
mendukung kehidupan manusia, mendukung ekosistem perairan dan sebagai komponen
penting pembangunan ekonomi (Ibrahim, 2007). Laut menyediakan sumberdaya alam
yang dapat diperbarui dan tidak akan habis yakni air. Air merupakan hal
mendasar yang dibutuhkan oleh manusia. Bahkan tubuh manusia memerlukan 1 hingga
1,5 liter perhari untuk menopang aktivitas manusia di setiap harinya. Laut
sebagai peyedia rumah bagi bioma laut memilik peran yang sangatlah penting.
Sebab ibarat pondasi rumah saat pondasi rumah tersebut rusak atau terancam maka
seisi rumah juga akan ikut terancam
(Gambar 1)
Sumber : hhtps: img-k.okeinfo.net
Laut menjadi salah satu
surga pendapatan karena merupakan penghasil pundi-pundi ekonomi bagi
masyarakat. Laut tidak hanya menghasikan ikan, terumbu karang, rumput laut,
garam, dan lain sebagainya yang didalam masing-masing bioma laut tersebut
memliki nilai ekonomis dan manfaat yang luar biasa. Secara umum, perairan laut
dan pantai mempunyai fungsi sebagai cadangan sumber air di dunia, pengatur
iklim dunia, habitat berbagai jenis biota, lahan dan mata pencaharian penduduk
terutama yang bermukim di sekitar pantai, dan bahan makanan dari berbagai ragam
biota laut (Anonim, 2009a). Laut juga turut andil dalam terjadinya
fenomena-fenomena alam seperti pasang surut air laut, terbentuknya gerhana
bulan, pengaruh curah hujan yang mengakibatkan iklim disetiap negara
berbeda-beda.
Nurmalasari (2008)
menjelaskan, sumber daya perairan berperan penting bagi pembangunan di
Indonesia. Sumber daya pesisir dan kelautan merupakan potensi penting dalam
pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas
wilayah nasional, belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 juta
kilometer persegi. Laut Indonesia begitu luas dan jika dimanfaatkan dengan baik
maka dapat diprediksi pembangunan Indonseia akan menjadi maju dan pesat. Karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati dan non-hayati beserta lingkungan
pesisir yang mengandung nilai ekonomis dan ekologis yang dapat dipergunakan
untuk menunjang pembangunan di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai
negara agraris karena dikelilingi oleh banyak air dalam bentuk laut, pantai,
benua, dan pulau. Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat menjajikan secara
ekonomis terutama di wilayah pesisir dan lautan. Kedua wilayah tersebut menjadi
penopang hidup bagi masyarakat karena akan mudah menemukan makanan, bahan
material bangunan dan lain sebagainya. Ikawati et al. (2001) dalam Gianto
(2007), mengatakan, salah satu dari sekian banyak ekosistem yang dimiliki
Indonesia adalah ekosistem terumbu karang. selanjutnya kurang lebih 14% terumbu
karang dunia berada di Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 Km2.
Terumbu karang memiliki fungsi penting yakni sebagai rumah bagi para ikan.
Karena terumbu karang menjadi tempat berkumpul dan berkembang biaknya ikan-ikan
serta biota laut lainnya yang merupakan sumber protein. Selain itu juga,
terumbu karang mempunya fungsi yang amat penting yakni sebagai penahan ombak
dan pelindung pantai. Terumbu karang yang memiliki warna dan corak yang menarik
juga menjadi objek wisata diving dan juga tempat rekreasi bawah air
dengan panorama yang menakjubkan dan pemberian sensasi yang berbeda dari wisata
darat. Maka dari itu terumbu karang memiliki andil yang cukup besar dalam
menghasilkan nilai ekonomis.
(Gambar 2)
Sumber : satu-indonesia.com
Peningkatan populasi
manusia, berdampak pada meningkatnya pola konsumsi merupakan ancaman terhadap
keanekaragaman hayati (Indrawan et al.
2007). Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil sekitar
17.500 pulau, yang dikelilingi ekosistem pesisir tropis, seperti hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun, berikut sumberdaya hayati dan
non-hayati yang terkandung di dalamnya (Hengky, 2010). Fenomena kerusakan
sumber daya pesisir semakin meluas dan mengkhawatirkan terutama ekosistem terumbu
karang. Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Indonesia
umumnya disebabkan oleh ulah manusia yang serakah dan hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
manfaat terumbu karang. Ulah manusia yang mengakibatkan kerusakan pada terumbu
karang adalah seperti :
1.
Pencemaran
Kegiatan manusia seperti meninggalkan
sampah plastik menjadi bahan pencemar laut yang dapat merusak ekosistem dan
biota laut. Sumber pencemaran lain seperti pembuangan limbah cair ke laut
menjadikan ancaman untuk ikan-ikan karena bisa jadi ikan terkontaminasi bahan
industri.
2.
Penangkapan ikan dengan
cara diracun atau menggunakan bahan peledak
pengguanaan bahan peledak, pukat
harimau, dan bahan beracun dapat menghancurkan organisme dan merusak biota laut
3.
Pengeksplotasian secara
berlebihan sumber daya hayati
pemanfaatan yang berlebihan akan
mempengaruhi sumberdaya hayati laut terutama sumberdaya perikanan. Dan imbas
dari pengeksploitasian yang berlebih akan menganggu keseimbangan ekosistem
terumbu karang.
(Gambar 3)
Sumber : mongabay.com
Ekosistem terumbu karang
sangat multifungsi bagi biota laut. Oleh karena itu, keberadaannya harus selalu
dipantau, dijaga dan dilestarikan.
Degradasi terumbu karang akan mengurangi multifungsinya yang secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Konservasi terumbu
karang sangatlah perlu menjadi perhatian. Pemerintah Indonesia juga memberi
perhatian yang sangat besar terhadap penyelamatan keanekaragaman hayati
perairan. Bukti keseriusan pemerintah dalam melindungi keanekaregaman hayati
adalah dengan dikeluarkannya UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, dan UU N0.
27 tahun 2007 tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta peraturan pemerintah No. 60 tahun
2007 tentang konservasi sumberdaya ikan, kewenangan pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan kawasan pelestarian alam (Anonim, 2009b). Dengan
pendekatan pemerintah kepada masyarakat harapan besar agar masyarakat mulai
menyadari betapa pentingnya untuk menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati
di Indonesia. Beberapa studi menunjukkan bahwa masyarakat adat di Indonesia
secara tradisional telah berhasil dalam menjaga dan memperkaya keanekaragaman
hayati melalui praktek konservasi tradisional (Patinama, 2009). Adat dalam
suatu daerah juga ikut andil dalam mengelola sumber daya alam. Pelestarian
sumber daya alam oleh masyarakat tradisional sangatlah penting sebab rasa
kepedulian dalam memelihara dan menjaga sumber daya alam berasal dari diri
masyarakat sendiri. Adanya rasa
kepemilikan terhadap sumber daya alam terumbu karang mendorong masyarakat untuk ikut serta
bertanggung jawab dengan pengelolaan secara bijaksana.
KESIMPULAN
Keanekaragaman sumber daya
alam laut termasuk kedalam sumber daya alam yang dapat diperbarui yang artinya
jika kita dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati laut melalui cara-cara yang
baik dan berkelanjutan maka ekosistem laut akan berimbang dan berkesinambungan.
Indonesia memiliki potensi sumber daya hayati laut dan pesisir sukup tinggi di
dunia. Keanekaragaman sumber daya hayati laut dan pesisir sudah dikenal oleh
dunia, dengan pemanfaatan yang tepat menghasilkan pundi-pundi ekonomi Indonesia
yang tinggi. Pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat serta benar akan memberikan
manfaat yang tidak ada habisnya untuk bangsa indonesia. Pengeksplotasian yang
berlebihan mengakibatkan kerusakan ekosistem laut beserta sumber daya alam
hayati laut bahkan pemusnahan biota laut. Kesadaran msayarakat serta rangkulan
pemerintah untuk bersama-sama menjaga dan melindungi ekosistem laut harus
semakin gencar dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
TIM FMIPA UNESA. 2012.
Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
Anonim. 2009b. Satuan
kerja pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan kendari.
DEPHUT alihkan kawasan suaka alam dan pelestarian alam ke DKP
(http://www.P2sdkpkendari.com/?pilih=new&aksi=l
ihat&id=544).
Baransano, Hengky K dan
Mangimbulude, Jubhar C. 2010. Eksploitasi dan Konservasi
Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. JURNAL BIOLOGI PAPUA
ISSN: 2086-3314 Volume 3,
Nomor 1 April 2011 Halaman: 39–45
Gianto. 2007. Perdagangan
karang hias: suatu ancaman terhadap ekosistem terumbu
karang? Jurnal Oseana 32 (4): 21-27
Ibrahim, Y. 2007. Komunitas
pulau dalam era pembangunan : terpingir atau memingir? Jurnal
Akademika 70 (1):
57-76
Indrawan, M., B.P.
Richard, dan J. Supriyatna. 2007. Biologi konservasi. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Nurmalasari, Y. 2008. Informan’n.
Jurnal Ilmu-ilmu manajemen dan informatika 1(2): 1-7.
Pattinama, M. J. 2009. Pengentasan
kemiskinan dengan kearifan lokal ( Studi kasus di Pulau
Buru-Maluku dan Surade–Jawa Barat. Jurnal Makara, Sosial
Humaniora. 13 (1): 1-12.
Prabowo, A.Y.
0 comments:
Post a Comment