TANAMAN TRANSGENIK
Arista Maya Dewanti, Mohammad Fiqri Hidayatullah, Samik
ABSTRAK
Populasi manusia semakin hari semakin meningkat, manusia membutuhkan banyak suplay
pangan. Sedangkan semakin hari lahan pertanian semakin menyempit dan gangguan hama pun
banyak terjadi, sehingga menyebabkan proses produksi pangan menurun. Teknologi semakin
berkembang pesat. Rekayasa genetika adalah transplantasi satu gen ke gen lainnya baik antara
gen dan lintas gen untuk menghasilkan produk yang berguna bagi makhuk hidup. Pada awalnya,
rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman untuk memecahkan kekurangan pangan di
dunia.
Tanaman transgenik adalah hasil rekayasa genetika yang merupakan salah satu produk
bioteknologi yang menguntungkan diberbagai sisi, baik di sisi peningkatan kualitas, kuantitas,
maupun keamanan lingkungan. Tetapi juga menimbulkan banyak pro dan kontra. Perakitan
tanaman transgenik memerlukan biaya yang sangat besar, tenaga peneliti berkualitas, dan
memerlukan banyak kerja sama beberapa peneliti diberbagai disiplin ilmu yang berbeda.
Teknologi ini dapat memberikan harapan untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa yang akan
datang.
Kata kunci : rekayasa genetika, tanaman transgenik, pro dan kontra.
PEMBAHASAN
Ada beberapa cara untuk memperoleh bibit unggul, yang pertama yakni dengan
persilangan seksual dari dua tanaman yang akan digabungan sifat-sifat baiknya, namun cara ini
membutuhkan waktu yang lama terutama untuk tanaman yang berumur panjang. Cara yang
kedua adalah dengan hibridisasi somatik, dengan cara ini diharapkan sifat-sifat unggul dari dua
tanaman induk yang menjadi sumber sel yang difusikan dapat digabungkan. Cara yang ketiga
yakni dengan teknologi DNA-rekombinan, yaitu mentransfer gen dari satu organisme ke
organisme lainnya yang belum tentu mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Organisme
yang diperoleh dengan cara ini disebut organisme transgenic. Tanaman transgenik merupakan
tanaman yang mengandung gen asing di dalam genomnya. Gen asing yang dimaksud yakni
transgene. Gen ini dapat berasal dari tanaman lain yang tidak sejenis, dari hewan atau
mikroorganisme lain yang membawa sifat tertentu yang tidak dimiliki tanaman inang. Transgene
yang banyak dipakai untuk menghasilkan tanaman transgenik yang tahan hama adalah gen Bt
yang berasal dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis. Gen ini dapat menghasilkan protein yang
mampu membunuh serangga Lepidoptera. Tanaman yang mengandung gen Bt tidak disukai
serangga, sehingga mengurangu penggunaan insektisida selama proses pertumbuhan tanaman.
Tanaman-tanaman transgenik dengan gen Bt yang sudah di uji coba antara lai tanaman padi,
jagung, kentang, dll.
Transgene dapat dimasukkan ke dalam sel inang melalui transformasi (menggunakan
vektor plasmid) atau transfeksi (menggunakan vektor virus). Secara sederhana tahap perakitan
tanaman transgenik adalah sebagai berikut :
1. Isolasi gen atau DNA target dari organisme tertentu yang mempunyai sifat spesifik
2. Ligase DNA target ke dalam vektor sehingga terbentuk DNA rekombinan
3. Transformasi vektor (DNA rekombinan) ke dalam bakteri tertentu dengan tujuan
memperbanyak kopi DNA rekombinan
4. Penyisipan vektor dengan DNA target ke dalam sel tanaman yang dikehendaki yang
tidak mempunyai sifat tersebut.
Pemeliharaan sel transgene dilakukan secara in-viro, untuk memudahkan organogenesis atau
embryogenesis dari sel, sehingga dipeoleh tanaman utuh yang membawa sifat baru .
Ada beberapa kekuatiran dalam benak masyarakat akan dampak apa yang mungkin terjadi jika
mengkonsumsi bahan pangan transgenik, seperti jagung, padi, dsb. Karena tanaman transgenik
dengan gen Bt ini menghasilkan racun yang mematikan serangga yang memakan bagian tanaman
tersebut. Menurut hasil penelitian, jika manusia mengkonsumsi hasil panen tanaman transgenik
ini tidak berbahaya. Karena gen Bt hanya akan bekerja secara aktif dan bersifat racun apabila ada
reseptor di dalam usus serangga dari golongan yang sesuai dengan virulensinya. Ada beberapa
macam gen Bt, yaitu gen cry I yang dapat meracuni serangga Lepidoptera, sedangkan gen cry III
hanya untuk serangga Coleoptera. Usus serangga mempunyai pH basa, sedangkan manusia
mempunyai pH asam, sehingga usus manusia tidak dapat memproses kerja dari gen Bt.
Tanaman transgenik memiliki beberapa keuntungan seperti:
1. dari aspek pertanian (agriculteure) dapat meningkatkan hasil atau produksi,
2. dari aspek lingkungan dapat mengurangi penggunaan pestisida, herbisida,
3. aspek gizi mampu meningkatkan kualitas bahan makanan,
4. aspek kesehatan mampu mencegah penyakit yang menyebar melalui makanan seperti
vaksin- vaksin.
5. untuk mendeteksi makanan yang dihasilkan dari transgenik biasanya dilakukan dengan
metode uji ELISA (Immuno Sorbent Enzym Linked Assay) dan uji DNA. Teknik uji ELISA
biayanya lebih murah dibanding dengan uji DNA, menawarkan hasil lebih cepat dan dapat
dilaksanakan di tempat.
Walaupun menguntungkan tetapi mempunyai kelemahan seperti dapat menimbulkan alergi dan
keracunan, merusak lingkungan, resistensi antibiotik, penyebaran gen-gen tertentu kepada
tanaman non- sasaran melalui persilangan dan pemencaran (Brandner, 2002).
KESIMPULAN
Dunia selalu menghadapi masalah pangan, bioteknologi modern yang akhir-akhir ini
berkembang pesat merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pangan dan pemenuhan
gizi terutama di negara berkembang. Perakitan tanaman transgenik merupakan kegiatan yang
membutuhkan biaya yang banyak serta memerlukan kerjasama dengan peneliti diberbagai displin
ilmu yang berbeda. Pada era globalisasi, peneliti Indonesia harus dapat berkompetisi dengan
peneliti lainnya agar rekayasa genetika yang dihasilkan mampu bersaing secara local maupun
global. Selain itu, baiknya juga melibatkan petani tradisional dengan memberi bantuan modal
dan pelatihan agar petani tradisional juga bisa terlibat dalam hal ini, sehingga petani tradisional
tidak merasa keberadaannya tersigkirkan secara perlahan. Potensi dari tanaman transegenik
memang menjanjikan, tetapi perlu ditanggapi secara bijaksana.
REFERENSI
Nasrudin, harun dkk. 2012. Sains Dasar . Surabaya. Unesa University Express
Karmana, I Wayan. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik Dan Beberapa Aspek
Pertimbangannya. GaneCswara. Vol 3: No.2
Mahrus. 2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi
Masyarakat. Jurnal Biologi Tropis . Vol.14: No.2
Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama.
Jurnal Litbang. 23(1)
0 comments:
Post a Comment