History
of the Development of Human Knowledge
by : Lodewyk Elfeiand Subekti
18020084080
reviewer : Zakiyyatul Maghfiroh Hamidah A, Hafirsyani Riska O, Samik
Human
curiosity is very large. To fulfill his curiosity, humans also think and do
various ways in order to fulfill his curiosity. Humans are making up their own
answers. The answer is generally illogical, but this is accepted by the
community as truth. This is called, pseudo science is like science but not
science.
The
way to obtain knowledge with the pseudo science approach is only done by
relying on feelings, beliefs without being followed by a mature thought
process, so that the percentage of truth can still be categorized as low. If
it's really just a coincidence. And often wrong in authority, prejudice and
intuition.
Some ways to obtain knowledge without
reasoning include:
1.
Authority and tradition. Knowledge is hereditary, because previous knowledge is
considered true and does not consider new knowledge as truth. Case in point,
copernicus with its heliocentric theory was considered incorrect, because
previously the theory was geocentric. So he and his followers are considered
possessed by demons.
2.
Prejudice. Guess that can be right or wrong. It often leads to wrong decisions
or conclusions if we use prejudice. Can and is useful if used to look for
possible truths.
3.
Intuition. Activities of thinking without reason (non-analytic). Usually
obtained quickly without going through the process of thinking. The expressions
used often make sense but don't necessarily fit reality. Case in point,
horoscope or astrology.
4.
Accidental discovery. Knowledge that was originally discovered by chance. Case
in point, the discovery of quinine as a malaria drug, Newton's discovery of the
law of force, Archimedes's discovery of water transport forces, Flemming's
discovery of penicillin.
5.
Trial and error (trial and error). It is a series of random experiments only,
not based on theories based on previous theories. Examples of small children
who want to know how the toys work by unpacking them. After knowing, he will
try to restore it to its original form, but it could be successful or could
fail, then the experiment will continue to be developed until successful. Often
referred to as a way of approximation and correction. This method contains an
element of learning.
Science also develops according to the
times and in line with ways of thinking and assistive devices. For example, the
Babylonian era, 700-600 BC, the basis of knowledge is observation or experience
because of the senses as the main aids. Others are in the form of conjecture,
imagination, belief and myth.
According to A. Comte, three stages of human development,
namely theological or metaphysical stages, the philosophical stage and the
positive stage or the stage of science. At the stage of theology or
metaphysics, humans compile myths or fairy tales to recognize reality, and then
developed in a ratio at the philosophical stage, but have not found an
objective method of thinking. Then it develops at a positive stage or science,
where knowledge is organized by scientific research.
Source. Tim FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya. Unesa University Press
Sejarah
Perkembangan Pengetahuan Manusia
Rasa
ingin tahu manusia sangat besar. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, manusia pun
memikirkan dan melakukan berbagai cara agar dapat memenuhi rasa ingin tahunya.
Manusia pun mereka-reka dan mencari sendiri jawaban. Jawabannya umumnya tidak
logis, tetapi hal ini diterima masyarakat sebagai kebenaran. Hal ini disebut,
pseudo science mirip sains tapi bukan sains.
Cara memperoleh pengetahuan dengan
pendekatan pseudo science, hanya dilakukan dengan mengandalkan perasaan,
keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran yang matang, sehingga presentase
kebenarannya masih dapat dikategorikan rendah. Jika benar hanya kebetulan. Dan
sering salah secara otoritas, prasangka dan intuisi.
Beberapa cara memperoleh pengetahuan
tanpa penalaran, diantaranya :
1. Otoritas
dan tradisi. Pengetahuan turun-temurun, dikarenakan pengetahuan sebelumnya
dianggap benar dan tidak menganggap pengetahuan yang baru sebagai kebenaran.
Contoh kasus, copernicus dengan teori heliosentrisnya dianggap tidak benar,
karena sebelumnya teorinya adalah geosentris. Sehingga dia dan pengikutnya
dianggap kerasukan setan.
2. Prasangka.
Dugaan yang bisa benar atau salah. Sering menyebabkan keputusan atau simpulan
yang keliru jika kita memakai prasangka. Bisa dan berguna jika dipakai untuk
mencari kemungkinan kebenaran.
3. Intuisi.
Kegiatan berpikir tanpa nalar (non-analitik). Biasanya diperoleh dengan cepat tanpa
melalui proses berpikir. Ungkapan yang digunakan sering masuk akal tapi belum tentu cocok dengan
kenyataan. Contoh kasus, ramalan bintang atau astrologi.
4. Penemuan
kebetulan. Pengetahuan yang pada awalnya ditemukan secara kebetulan. Contoh
kasus, penemuan obat kina sebagai obat malaria, penemuan Newton tentang hukum
gaya, penemuan Archimedes tentang gaya angkut air, penemuan Flemming tentang
Penisilin.
5. Coba-ralat
(trial and error). Merupakan serangkaian percobaan asal saja, tidak didasari
oleh teori yang didasari oleh teori yang ada sebelumnya. Contoh anak kecil yang
ingin mengetahui cara kerja mainan dengan cara membongkarnya. Setelah tau, ia
akan berusaha mengembalikannya ke bentuk semula, tapi bisa jadi berhasil bisa
saja gagal, maka percobaan tersebut akan terus dikembangkan sampai berhasil.
Sering disebut sebagai cara aproksimasi dan koreksi. Cara ini mengandung unsur
pembelajaran.
Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai
zaman dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu. Contoh, zaman Babilonia,
700-600 SM, landasan ilmunya adalah pengamatan atau pengalaman karena alat
indra sebagai alat bantu utama. Sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi,
kepercayaan dan mitos.
Menurut A. Comte, tiga tahap
perkembangan manusia, yakni tahap teologi atau metafisika, tahap filsafat dan
tahap positif atau tahap ilmu. Pada tahap teologi atau metafisika, manusia
menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita, lalu dikembangkan dalam
rasio pada tahap filsafat, namun belum ditemukan metode berpikir secara
obyektif. Lalu berkembang pada tahap positif atau ilmu, dimana pengetahuan
disusun dengan cara penelitian ilmiah.
Sumber. Tim FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya. Unesa University Press
0 comments:
Post a Comment