Pages

Saturday, October 5, 2019

History of the Development of Human Knowledge

History of the Development of Human Knowledge
by : Lodewyk Elfeiand Subekti
18020084080
reviewer : Zakiyyatul Maghfiroh Hamidah A, Hafirsyani Riska O, Samik
            Human curiosity is very large. To fulfill his curiosity, humans also think and do various ways in order to fulfill his curiosity. Humans are making up their own answers. The answer is generally illogical, but this is accepted by the community as truth. This is called, pseudo science is like science but not science.
            The way to obtain knowledge with the pseudo science approach is only done by relying on feelings, beliefs without being followed by a mature thought process, so that the percentage of truth can still be categorized as low. If it's really just a coincidence. And often wrong in authority, prejudice and intuition.
            Some ways to obtain knowledge without reasoning include:
            1. Authority and tradition. Knowledge is hereditary, because previous knowledge is considered true and does not consider new knowledge as truth. Case in point, copernicus with its heliocentric theory was considered incorrect, because previously the theory was geocentric. So he and his followers are considered possessed by demons.
            2. Prejudice. Guess that can be right or wrong. It often leads to wrong decisions or conclusions if we use prejudice. Can and is useful if used to look for possible truths.
            3. Intuition. Activities of thinking without reason (non-analytic). Usually obtained quickly without going through the process of thinking. The expressions used often make sense but don't necessarily fit reality. Case in point, horoscope or astrology.
            4. Accidental discovery. Knowledge that was originally discovered by chance. Case in point, the discovery of quinine as a malaria drug, Newton's discovery of the law of force, Archimedes's discovery of water transport forces, Flemming's discovery of penicillin.
            5. Trial and error (trial and error). It is a series of random experiments only, not based on theories based on previous theories. Examples of small children who want to know how the toys work by unpacking them. After knowing, he will try to restore it to its original form, but it could be successful or could fail, then the experiment will continue to be developed until successful. Often referred to as a way of approximation and correction. This method contains an element of learning.
            Science also develops according to the times and in line with ways of thinking and assistive devices. For example, the Babylonian era, 700-600 BC, the basis of knowledge is observation or experience because of the senses as the main aids. Others are in the form of conjecture, imagination, belief and myth.
            According to A. Comte, three stages of human development, namely theological or metaphysical stages, the philosophical stage and the positive stage or the stage of science. At the stage of theology or metaphysics, humans compile myths or fairy tales to recognize reality, and then developed in a ratio at the philosophical stage, but have not found an objective method of thinking. Then it develops at a positive stage or science, where knowledge is organized by scientific research.

Source. Tim FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya. Unesa University Press
Sejarah Perkembangan Pengetahuan Manusia
            Rasa ingin tahu manusia sangat besar. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, manusia pun memikirkan dan melakukan berbagai cara agar dapat memenuhi rasa ingin tahunya. Manusia pun mereka-reka dan mencari sendiri jawaban. Jawabannya umumnya tidak logis, tetapi hal ini diterima masyarakat sebagai kebenaran. Hal ini disebut, pseudo science mirip sains tapi bukan sains.
            Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo science, hanya dilakukan dengan mengandalkan perasaan, keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran yang matang, sehingga presentase kebenarannya masih dapat dikategorikan rendah. Jika benar hanya kebetulan. Dan sering salah secara otoritas, prasangka dan intuisi.
            Beberapa cara memperoleh pengetahuan tanpa penalaran, diantaranya :
            1. Otoritas dan tradisi. Pengetahuan turun-temurun, dikarenakan pengetahuan sebelumnya dianggap benar dan tidak menganggap pengetahuan yang baru sebagai kebenaran. Contoh kasus, copernicus dengan teori heliosentrisnya dianggap tidak benar, karena sebelumnya teorinya adalah geosentris. Sehingga dia dan pengikutnya dianggap kerasukan setan.
            2. Prasangka. Dugaan yang bisa benar atau salah. Sering menyebabkan keputusan atau simpulan yang keliru jika kita memakai prasangka. Bisa dan berguna jika dipakai untuk mencari kemungkinan kebenaran.
            3. Intuisi. Kegiatan berpikir tanpa nalar (non-analitik). Biasanya diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses berpikir. Ungkapan yang digunakan sering  masuk akal tapi belum tentu cocok dengan kenyataan. Contoh kasus, ramalan bintang atau astrologi.
            4. Penemuan kebetulan. Pengetahuan yang pada awalnya ditemukan secara kebetulan. Contoh kasus, penemuan obat kina sebagai obat malaria, penemuan Newton tentang hukum gaya, penemuan Archimedes tentang gaya angkut air, penemuan Flemming tentang Penisilin.
            5. Coba-ralat (trial and error). Merupakan serangkaian percobaan asal saja, tidak didasari oleh teori yang didasari oleh teori yang ada sebelumnya. Contoh anak kecil yang ingin mengetahui cara kerja mainan dengan cara membongkarnya. Setelah tau, ia akan berusaha mengembalikannya ke bentuk semula, tapi bisa jadi berhasil bisa saja gagal, maka percobaan tersebut akan terus dikembangkan sampai berhasil. Sering disebut sebagai cara aproksimasi dan koreksi. Cara ini mengandung unsur pembelajaran.
            Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai zaman dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu. Contoh, zaman Babilonia, 700-600 SM, landasan ilmunya adalah pengamatan atau pengalaman karena alat indra sebagai alat bantu utama. Sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan dan mitos.
            Menurut A. Comte, tiga tahap perkembangan manusia, yakni tahap teologi atau metafisika, tahap filsafat dan tahap positif atau tahap ilmu. Pada tahap teologi atau metafisika, manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita, lalu dikembangkan dalam rasio pada tahap filsafat, namun belum ditemukan metode berpikir secara obyektif. Lalu berkembang pada tahap positif atau ilmu, dimana pengetahuan disusun dengan cara penelitian ilmiah.

Sumber. Tim FMIPA UNESA. 2012. Sains Dasar. Surabaya. Unesa University Press


            

0 comments:

Post a Comment