Protobiont Could Form by Merging
Itself
Authors
: Joan Chandra J, Alfinda Febriani, Elda Kartikasari, Samik
Abstract
This Article is written
to introduce the concept of Protobiont or better known as Protocell to the
reader, because while it’s an important concept in Evolutionary biology, a lot
of people is still unaware of it. Protobiont is important because it has been
acknowledged as one theory as to the origin of life
Content
1.
What is a protobiont?
Protobiont is a
self-organized, endogenously ordered, spherical collection of lipids proposed
as a stepping-stone toward the origin of life. A central question in evolution
is how simple protobionts first arose and how they could differ in reproductive
output, thus enabling the accumulation of novel biological emergences over
time, i.e. biological evolution.
2.
How it can be useful?
The engineering of artificial cells like Protobiont
is of huge interest to researchers in various fields. Not only can the
study of these artificial cells enhance our understanding of evolutionary
processes, but they have the potential to enhance drug delivery, biotechnology,
and medicine. Through the study of Protobiont, a clearer image can
be drawn in relation to the origin of life on Earth and the connections between
abiotic and living materials can be fully elucidated.
3.
How can it be produced?
Szostak and his
colleagues developed the Protobiont by putting fatty acids into water.
Fatty acids have
hydrophilic polar ends and hydrophobic tails and when introduced to an aqueous
environment, the fatty acids take on a rounded shape with the hydrophilic tails
pointing outward and the hydrophilic ends pointing inward. If a water molecule
is trapped within the fatty acid, it causes instability.
To circumvent this
issue, a lipid bilayer is formed with hydrophobic polar ends facing both inward
and outward and hydrophilic tails sandwiched between the polarised ends.
While DNA and RNA are
unable to pass through the bilayer of Protobiont, nucleic acids can. They can
also replicate within the structure.
There are two main methods by which artificial
cells can be produced; the top-down
method and the bottom-up method.
- -
The
top-down approach
The
top-down approach creates artificial cells through the simplification of a
cell’s genomic information. The removal of genes forms a minimal cell that has
enough genomic material within it to enable self-maintenance and reproduction.
Minimal cells present the opportunity to insert new genes into cells and modify
them for purpose.
- -
The
bottom-up approach
The
bottom-up approach presents more challenges than the top-down approach. Rather
than stripping cells of genes, the method produces artificial cells from its
molecular constituents. In spite of this, the bottom-up approach more closely
resembles how cells were created at the initial stages of life on Earth.
Reference
Nasrudin, Harun dan
Soetjipto. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
Aqib Zainul. 2013. Ilmu
Alamiah Dasar. Bandung : Penerbit Yrama Widya
Hidayat, Bahril. 2004. Ilmu Alamiah Dasar.
Ati Harmoni. Pengantar Ilmu Alamiah Dasar. Penerbit Gunadarma
Jasin Maskoeri, 2009, “Ilmu Alamiah Dasar”, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Protobion
dapat terbentuk dengan penggabungan sendiri
Authors
: Joan Chandra J, Alfinda Febriani, Elda Kartikasari, Samik
Abstrak
Artikel ini ditulis untuk memperkenalkan konsep Protobiont atau yang lebih
dikenal sebagai Protocell kepada pembaca, karena meskipun Protobriont adalah
konsep yang penting dalam Biologi Evolusi, kebanyakan orang masih tidak
mengenalinya. Protobiont adalah konsep yang penting karena telah diakui sebagai
salah satu teori asal mula kehidupan.
Isi
1.
Apa itu protobiont?
Protobiont adalah
kumpulan lipid bulat yang diorganisir sendiri, diurutkan oleh endogen, dan
diusulkan sebagai batu loncatan menuju asal usul kehidupan. Sebuah pertanyaan
sentral dalam evolusi adalah bagaimana protobionts pertama kali muncul dan
bagaimana mereka dapat berbeda dalam output reproduksi, sehingga memungkinkan
akumulasi dari munculnya biologis baru seiring waktu, yaitu evolusi biologis.
2.
Bagaimana Protobiont dapat berguna?
Rekayasa sel buatan
seperti Protobiont sangat menarik bagi para peneliti di berbagai bidang. Tidak
hanya karena mempelajari sel-sel buatan ini dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang proses evolusi, tetapi mereka memiliki potensi untuk meningkatkan
pengiriman obat, bioteknologi, dan obat-obatan. Melalui studi Protobiont,
gambar yang lebih jelas dapat diambil sehubungan dengan asal usul kehidupan di
Bumi dan hubungan antara bahan abiotik dan makhluk hidup dapat dijelaskan
sepenuhnya.
3.
Bagaimana bisa diproduksi?
Szostak dan
rekan-rekannya mengembangkan Protobiont dengan memasukkan asam lemak ke dalam
air.
Asam lemak memiliki
ujung hidrofilik kutub dan ekor hidrofobik dan ketika diperkenalkan ke
lingkungan berair, asam lemak mengambil bentuk bulat dengan ekor hidrofilik
mengarah ke luar dan ujung hidrofilik mengarah ke dalam. Jika molekul air
terperangkap di dalam asam lemak, itu menyebabkan ketidakstabilan.
Untuk menghindari masalah
ini, lipid bilayer dibentuk dengan ujung kutub hidrofobik menghadap ke dalam
dan ke luar dan ekor hidrofilik terjepit di antara ujung terpolarisasi.
DNA dan RNA tidak dapat
melewati lapisan ganda Protobiont, asam nukleat bisa. Mereka juga dapat mereplikasi
dalam struktur.
Ada dua metode utama
dimana sel buatan dapat diproduksi; metode
top-down dan metode bottom-up.
- Pendekatan top-down
Pendekatan top-down
menciptakan sel buatan melalui penyederhanaan informasi genom sel. Penghapusan
gen membentuk sel minimal yang memiliki bahan genom yang cukup di dalamnya
untuk memungkinkan pemeliharaan dan reproduksi sendiri. Sel minimal
menghadirkan peluang untuk memasukkan gen baru ke dalam sel dan memodifikasinya
untuk tujuan tertentu.
- Pendekatan bottom-up
Pendekatan bottom-up
menghadirkan lebih banyak tantangan daripada pendekatan top-down. Alih-alih
melepaskan sel gen, metode ini menghasilkan sel buatan dari konstituen
molekulernya. Meskipun demikian, pendekatan dari bawah ke atas lebih menyerupai
bagaimana sel diciptakan pada tahap awal kehidupan di Bumi.
Referensi
Nasrudin, Harun dan
Soetjipto. 2012. Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
Aqib Zainul. 2013. Ilmu
Alamiah Dasar. Bandung : Penerbit Yrama Widya
Hidayat, Bahril. 2004.
Ilmu Alamiah Dasar.
Ati Harmoni. Pengantar
Ilmu Alamiah Dasar. Penerbit Gunadarma
Jasin Maskoeri, 2009, “Ilmu
Alamiah Dasar”, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
0 comments:
Post a Comment