This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Saturday, October 5, 2019

Rasa ingin tahu menjadi ilmu pengetahuan


Penulis: Septian, Lodewyk dan Hamidah, Samik.


Abstrak
Semua hewan memiliki otak, sehingga mereka mempunyai daya pikir . Namu, daya pikir hewan terbatas pada insting (naluri) dan upaya mempertahankan diri untuk tetap terus hidup seperti mencari makanan dan berkembangbiak. Hal ini dapat kita ketahui pada hewan sekitar kita. Contoh, ayam memiliki daya berpikir, namun ayam hanya sekedar berpikir untuk dapat bertahan untuk tetap hidup, yaitu dengan memperoleh makanan. Selain memperoleh makanan, ayam juga memiliki insting atau naluri untuk melestarikan keturunannya. Dengan berkembangbiak, ayam memenuhi nalurinya sebagai hewan yang memiliki insting untuk terus melanjutkan keturunannya.

Image result for ayam mengerami telur
gambar 1. ayam sedang mengerami telurnya untuk dapat melanjutkan keturunannya

Isi Pembahasan
Rasa ingin tahu yang dimiliki hewan seperti contoh diatas adalah rasa ingin tahu yang tidak berkembang atau bisa kita sebut degan idle curiosity. Idle curiosity adalah rasa ingin tahu atau kuriositas pada hewan didirong oleh naluri (instinct) menurut Asimov (1972)

Idle curiosity tidak berlaku terhadap manusia. Selain naluri, manusia juga memiliki daya nalar dan nurani. Dengan memiliki daya nalar ini manusia dapat melakukan penalaran, pemikiran logis, dan melakukan analisis. Denga kemampuan ini, kita dapat mengetahui bahwa pengetahuan yang  diperoleh saat ini merupakan hasil dari rasa ingin tahu manusia.

Rasa ingin tahu selalu berkembang. Perkembangan ini dimulai dari muculnya pertanyaan apa (what), bagaimana (how), dan mengapa (why). Manusia selalu penasaran tentang berbagai hal. Bisa dilihat, anak kecil yang penasaran dengan mainannya. Dalam pikiran anak ini, muncul pertanyaan “apa?”. Apa benda ini?. Berlanjut hingga anak kecil ini menjadi dewasa. Setelah usianya menjadi dewasa pertanyaan pertanyaan itu aka selalu berkembang. Sebagai contoh, anak kecil tadi bertanya apa itu pensil?, lalu setelah sedikit dewasa bertanya bagaimana pensil ini dibuat?, dan seterusnya hingga jawaban jawaban itu menjadi suatu pengetahuan untuknya. Hal itu juga berlaku juga untuk bidang bidang lain, seperti teknologi yang sekarang ini sedang berkembang dengan pesat.

Image result for penelitian
gambar 2. Ilmu pengetahuan selalu berkembang karena selalu ada rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu ini terus berkembang atas kemampuan manusia berpikir yang berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Sebagian manusia tertarik atau memiliki rasa ingin athu terhadap alam semesta atau yang disebut ilmu pengetahuan alam (IPA atau Sains). Ilmu pengetahuan ini terus berkembang seiring sejalan dengan sifat manusia yang selalu merasa ingin tahu. Dengan rasa ingin tahu ini, manusia terdorong untuk memahami dan memecahan suatu masalah yang dihadapi.
Ilmu pengetahuan terus berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan memiliki dua dorongan yaitu dorongan yang berdifat praktis, dan dorongan yang bersifat non praktis atau teoretis

Dorongan yang bersifat praktis
Sebagai makhluk yang dapat berpikir, berakal dan berkebudayaan, manusia selalu berusaha mebuat hidup mereka lebih aman, nyaman, dan mutnya lebih tinggi. Dorongan inilah yang pada akhirnya membuahkan ilmu pengetahuan terapan atau teknologi

Dorongan yang bersifat nonpraktis atau dorongan teoritis
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mengerti sebenar-benarnya objeknya. Dorongan inilah yang menumbuhkan ilmu pengetahuan yang disebut dengan ilmu pengetahuan murni atau ilmu murni.

Berdasarkan uraian di atas. Dapat kita ketahui bahwa rasa ingin tahu dimiliki oleh semua makhluk hidup. Namun rasa ingin yang dimiliki manusia berbeda dengan hewan. Rasa ingin tahu manusia terhadap suatu objek merupakan suatu alasan munculnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan selalu berkembang karena ada dua dorongan yaitu dorongan praktis dan non praktis. Hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan ini dapat diterpakan dalam kehidupan sehari-hari yang kita sebut teknologi.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Curiosity becomes science

Author: Septian, Lodewyk dan Hamidah, Samik.

Abstract
All animals have brains, so they have the power to think. However, animal thinking is limited to instincts and efforts to defend themselves to continue to live such as finding food and breeding. For example, chickens have the power to think, but chickens only think how to be able to survive to stay alive by getting food. Another thing except getting food, chickens also have an instinct to preserve their offspring. By breeding, chickens fulfill their instincts as animals that have the instinct to continue their decendant.


Image result for ayam mengerami telur
picture 1. the chicken incubates the egg so that it can continue its offspring

Content of Discussion

Curiosity owned by animals like the example above is curiosity that does not develop or we can call it with idle curiosity. Idle curiosity is curiosity or kuriositas in animals driven by instincts (according to Asimov (1972).

Idle curiosity does not apply to humans. In addition to instincts, humans also have the power of reason and conscience. By having this reasoning power, humans can do reasoning, logical thinking, and conduct analysis. With this ability, we can know that the knowledge obtained today is the result of human curiosity.

Curiosity always develops. This development starts from the emergence of the question what (what), how (how), and why (why). Humans are always curious about various things. Can be seen, a child who is curious about his toys. In this child's mind, the question "what?" What is this thing? Continue until this small child becomes an adult. After his age becomes an adult, those questions will always develop. For example, the little boy asked what was a pencil ?, Then after a little adult asked how this pencil was made ?, And so on until the answer to that answer becomes a knowledge for him. This also applies to other fields, such as technology which is currently developing rapidly.

Image result for penelitian
picture 2. science always develops because of curiosity

This curiosity continues to grow on the ability of people to think that developed into science. Some people are interested in or have a desire to athu about the universe or what is called natural science (science or science). This knowledge continues to develop along with human nature that always feels curious. With this curiosity, humans are motivated to understand and solve a problem at hand.

Science continues to develop. The development of science has two impulses namely impulses that are practical, and impulses that are non practical or theoretical.

Practical impulse
As creatures that can think, reason and culture, humans always try to make their lives safer, more comfortable, and have higher quality. It is this impulse that ultimately results in applied science or technology.

Non-practical impulse or theoretical impulse
Humans have a great curiosity and really understand the object. It is this impulse that fosters knowledge that is called pure science or pure science.

Based on the description above. We can know that curiosity is shared by all living things. But the desire that humans have is different from animals. Human curiosity about an object is a reason for the emergence of science. Science always develops because there are two impulses namely practical and non-practical impulses. The results of the development of this knowledge can be applied in everyday life which we call technology.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Refensi / references

- UNESA-TIM FMIPA. 2012. Sains Dasar. Edisi Kedua, Surabaya: Unesa University Press.

- Suyoso. tanpa tahun. Rasa Ingin Tahu dan Mitos (2)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/suyoso-drs-msi/kuliah-iad-2.pdf
diakses 4 Oktober 2019

- Kusnadi, Erlin. 2009. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia.
https://slideplayer.info/slide/12897090/
diakses 4 Oktober 2019

- https://perpusfile.wordpress.com/2017/01/16/ilmu-alamiah-dasar-sifat-unik-rasa-ingin-tahu-manusia-mitos-dan-puncak-pemikiran-mitos/

THE DEVELOPMENT OF SCIENCES IN PREHISTORIC TIMES


The Development of Science in Prehistoric Times
Authors : Arsyan Allbie, Mas Ajeng Fatma, Bethari Utami, Samik

  1. STONE AGE



Abstract
Called the Stone Age because most of the supporting tools for human life are made of rocks. At this time their equipment was made of bamboo and wood. This era is divided into several eras, namely the Paleolithic, Mesolithic and Neolithic.

Ø  Paleolithic Age
The old stone age is also called paleolithic or hunting and gathering. At this time, human life is still very dependent on nature and nomadic. Food is obtained from food sources that are  around the place of residence. Human habitation at that time was usually close to water sources with lots of trees and flat relief. The tools used are still very simple in shape and are made of stone or bone.
The tool used :
·         hand-held axe
·         rimber axe
·         tools from animal bones
·         flakes
Ø  Mesolithic Age
The middle stone age is also called the mesolithic or a period of advanced hunting and gathering. At this time, humans live in caves and are still moving. Food is obtained by hunting for wild animals and fruits from trees in the forest. Humans still use tools made of stone and bone but in better shape.
They have begun to settle and build semi-permanent dwellings and they also start farming in a way that is still simple. The place they choose to make their home is generally made at :
- Seashore (kjokkenmoddinger)
- Caves (abris sous roche)
Humans living in the middle stone age already have the ability to make pottery from clay.
Objects of mesolithic culture found, including the Sumatran hand-held ax (Sumatralith pebble culture), flakes (flakes culture) in the toala area, tools made of bone material (bone culture) in sampung.

Characteristic features :
·         No longer nomadic or already have semi-permanent dwellings such as in caves, and on beaches.
·         Already have the ability to grow crops even though it still uses a simple method
·         Can already make crafts from pottery.
·         Still doing food gathering
·         The tools produced are almost the same as the palaeolithikum era, namely tools made of stone and still rough.
·         Found kitchen waste called kjoken mondinger.
Ø  Neolithic Age
The new stone age is also called the neolithic or farming period. At this time, people started farming by farming and they lived together to settle in the fields that they made, they cut down forests with shifting cultivation systems. Humans began to raise livestock and began to live in large groups and experience limited leadership.
·         Supporting Humans
One type of human support for the mesolithic era is the melanosoid nation. This nation resembles the ancestors of the Sakai, Aeta, Aboriginal and also Papuan people.
·         Tools used
Sumatran pebble
Hachecourt
Pissing
Ø  Megalithic Age
Megalithic era is a big stone age. The size of the equipment made is still very rough and large. During the megalithic era, residents already had trust. Although it does not yet recognize the existence of God. The belief that supports the inhabitants of the megalithic era is the belief in the spirits of the ancestors.
·         Culture
Megaliths leave a culture that is quite unique and interesting. Even this culture can still be found today. That is because there are tribes in the country that still preserve the culture that existed in the megalithic era. One of the cultures left behind is a stone staircase building known as the stairway punden. The hallmark of the next megalithic era is a stone-shaped building called a menhir which is usually used by the megalithic community to hold a ceremony honoring the ancestral spirits.
·         Human supporters
Megaliths are known as the Stone Age because at that time, people could form monuments with large sizes made of rocks. Only this human culture developed during the megalithic era. This is what makes the characteristics of the megalithic era at a glance like the neolithic era in the late period.
·         Life Patterns
In the megalithic era, humans were able to move well. Activities undertaken are usually farming and gathering from hunting. To search for food, Manusi at that time used tools made of large stones.

2. METAL AGE
The metal age is a continuation after the stone age and occurred before the iron age. At this time humans have been able to process metal materials, have stayed sedentary and began to do the division of labor based on the particular expertise they have.
Characteristics of Metal Age :
·         Trade activities are developing more rapidly at this time where trade has been carried out from island to island in Indonesia, even between the Indonesian archipelago and the Southeast Asian region through a barter system.
·         Proficient in metal processing, it can be seen from relics made from basic metals such as rings, necklaces, earrings, bracelets, anklets, candrasa, bronze statues, funnel axes, and nekara.
·         The culture is getting higher and more advanced.
·         Progress has also been felt in agriculture which has used a rice system that is more effective and efficient than the field system.

a)      Copper Age ( 370 BC )
Copper era is the era that became the beginning of Humans who knows metal in this age. Humans use copper as a basic material to make equipment. Only countries outside Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam and Cambodia are affected by this era.
b)      Bronze Age ( 354 BC )
The Bronze Age was where humans made bronze tools. In Indonesia, found historical relics from the bronze age :
- Bronze Vessel
- Bronze Statue
- Bivalve Technique
Bivalve technique is called cupping technique where to make bronze is done by cupping two parts of the stone and then filling it with metal liquid.
- Cire Perdue Technique
The Cire Perdue technique is also called a wax printing technique in which the basic ingredients are clay and wax.
c)      Iron Age ( 335 BC )
Is an age where humans have been able to make iron tools more perfect than Copper or Bronze age. Based on the results of research from Van Der Hoop, the manufacturing technique uses the bivall (hand) and bivalve (hands on the outside and wax on the inside). The results of relics from the iron age that have been found in Indonesia, including axes, sickles, blades, hoes, and etc..
At this time, humans are familiar with the natural number system of natural phenomena, so they can predict physical events such as lunar eclipses, high tides and low tides. They can already write, read, count, and compile calendars
  

 3.  The Shindu River Valley and the Ganges River Community (324 BC)
The Zivilization of Shindu River Valley (Indus)
Is along the Indus river which is now part of the territory of Pakistan. This civilization has existed around 2800 BC-1800. This civilization is also often referred to as the Indus Valley Harappan Civilization, because the Excavation of the City is called Harappa, or also the Indus Sarasvati Civilization because the Sarasvati River may have dried up in late 1900 BC.
-          Center of Civilization
The city of Mohenjo-Daro is considered the capital of the southern Shindu River valley and the city of Harappa as the capital of the northern Shindu River valley. Mohenjo-Daro and Harappa were the center of Indian civilization in the past.
-          City Planning
The development of the cities of Mohenjo-Daro and Harappa is in accordance with definite and well-organized city planning. Roads in the city are orderly and straight, reaching about 10 meters wide and on the right and left sides are sidewalks that are half a meter wide. Buildings, houses and shops are built and built and made of mud bricks. The city area is divided into sections or blocks. Each block, square or rectangular in shape. Each block is divided by crossing alleys. In the discussion area, residence, residence, residence, residence to build a residence. Paths and roads are equipped with air channels, to channel air from the household to the river. Channels that are kept clean still work well.
-          Sanitation (Environmental health)
The rooms are equipped with wide windows and are in direct contact with free air so that circulation and air changes are quite smooth. In addition, waste from bathrooms and latrines in the house is connected directly to a network of public channels that are built and flow under the road, where in each corridor there are waterways leading to the river.
-          Technology
They have been able to make goods made of gold and silver, household appliances, agricultural equipment, cloth from cotton, and buildings. This can be known through relics found, such as the township buildings of Mohenjo-Daro and Harappa, various statues, gold silver jewelry, and various kinds of stamps with high quality paintings. Also found war equipment such as spears, swords, and arrows. In addition, cultural heritage tools are also found in the form of goods made from clay, especially household appliances.
Gangga River Civilization
-          Center of Civilization
The Ganges river valley is located between the Himalayan mountains and the Windia Sketna mountains. The Ganges river valley is known to be very fertile. Supporters of the Ganggai river valley civilization are the Aryans who belong to the Indo German nation. They came from the Caucasus region and spread east. The culture of the Ganges river valley is a mixed culture between Aryans and Dravidas, known as Hindu culture.

-          Cultural Forms of the Ganges River Valley
The development of the Ganges river culture has experienced many advancements in art. Literature, sculpture and sculpture developed rapidly. Beautiful temples from Syanta were built. The area occupied by Indo-Aryans is often called Aria Farta (Aryan land) or Hindustan (land owned by Hindus). The Dravidian people fled to the south, their culture known as the Dravidian culture.

4.  Nile River Valley Society ( 3000 BC )
The culture of the people of Ancient Egypt became one of the earliest human civilizations which had an important role in the progress of the times. They succeeded in creating an early human literacy system known as Hieroglyphs. It was proof that science in Ancient Egypt was very rapidly developing.
The rapid development of science is must be followed by technological advances. As in Ancient Egyptian society who succeeded in creating transportation in the form of a boat for shipping and trade.
Technology and science are already growing rapidly as evidenced by the construction of a 137-meter-high pyramid as a grave of ancient Egyptian kings and in front of it there is a statue of the Sphinx, a human-headed lion. Other evidence is that they can preserve corpses (Mummy), medicine, know astronomy or astrology known throughout the world, know leap years, and have high geometry knowledge.

 Pembabakan Perkembangan Sains pada Zaman Prasejarah

1.      ZAMAN BATU
Abstrak
Disebut Zaman Batu karena sebagian besar alat pendukung untuk kehidupan manusia terbuat dari batu. Pada saat ini peralatan mereka terbuat dari bambu dan kayu. Era ini dibagi menjadi beberapa era, yaitu Paleolitik, Mesolitik dan Neolitik.
Ø  Zaman Paleolitik
Zaman batu tua juga disebut paleolitik atau berburu dan mengumpulkan. Pada saat ini, kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam dan nomaden. Makanan diperoleh dari sumber makanan yang ada di sekitar tempat tinggal. Tempat tinggal manusia pada waktu itu biasanya tertutup untuk sumber air dengan banyak pohon dan bantuan datar. Alat yang digunakan masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau tulang.
Alat yang digunakan:
• Kapak genggam
• Kapak rimber
• Alat dari tulang binatang
• Flakes
Ø  Zaman Mesolitikum
Zaman batu tengah juga disebut mesolitik atau periode perburuan dan pengumpulan yang maju. Pada saat ini, manusia hidup di dalam gua dan masih bergerak. Makanan diperoleh dengan berburu binatang liar dan buah-buahan dari pohon di hutan. Manusia masih menggunakan alat yang terbuat dari batu dan tulang tetapi dalam kondisi yang lebih baik.
Mereka sudah mulai menetap dan membangun rumah semi permanen dan mereka juga mulai bercocok tanam dengan cara yang masih sederhana. Tempat yang mereka pilih untuk membuat rumah mereka umumnya dibuat di:
- Tepi Pantai (kjokkenmoddinger)
- Gua (abris sous roche)
Manusia yang hidup di jaman batu tengah sudah memiliki kemampuan membuat tembikar dari tanah liat.
Objek-objek budaya mesolitik ditemukan, termasuk kapak genggam Sumatra (culture kerikil Sumatralith), serpihan (flakes culture) di daerah toala, alat-alat yang terbuat dari bahan tulang (culture bone) di sampung.


o   Ciri-ciri :
• Tidak lagi nomaden atau sudah memiliki rumah semi permanen seperti di dalam gua, dan di pantai.
• Sudah memiliki kemampuan menanam tanaman meskipun masih menggunakan metode sederhana
• Sudah bisa membuat kerajinan dari tembikar.
• Masih melakukan pengumpulan makanan
• Alat yang dihasilkan hampir sama dengan era palaeolithikum, yaitu alat yang terbuat dari batu dan masih kasar.
• Menemukan limbah dapur yang disebut kjoken mondinger.
Age Zaman Neolitik
Zaman batu baru juga disebut periode neolitik atau pertanian. Pada saat ini, orang-orang mulai bercocok tanam dengan bertani dan mereka hidup bersama untuk menetap di ladang yang mereka buat, mereka menebangi hutan dengan sistem perladangan berpindah. Manusia mulai memelihara ternak dan mulai hidup dalam kelompok besar dan mengalami kepemimpinan yang terbatas.
o   Manusia Pendukung
Salah satu jenis dukungan manusia untuk era mesolitik adalah bangsa melanosoid. Bangsa ini menyerupai leluhur orang Sakai, Aeta, Aborigin dan juga orang Papua.
o   Alat yang digunakan
Kerikil sumatera
Hachecourt
Kencing
Ø  Zaman Megalitikum
Era megalitik adalah zaman batu besar. Ukuran peralatan yang dibuat masih sangat kasar dan besar. Selama era megalitik, warga sudah memiliki kepercayaan. Meskipun belum mengakui keberadaan Tuhan. Kepercayaan yang mendukung penghuni era megalitik adalah kepercayaan pada roh leluhur.






• Budaya
Megalit meninggalkan budaya yang cukup unik dan menarik. Bahkan budaya ini masih dapat ditemukan sampai sekarang. Itu karena ada suku-suku di negara itu yang masih melestarikan budaya yang ada di era megalitikum. Salah satu budaya yang tertinggal adalah bangunan tangga batu yang dikenal sebagai tangga punden. Ciri dari era megalitik berikutnya adalah bangunan berbentuk batu yang disebut menhir yang biasanya digunakan oleh komunitas megalitik untuk mengadakan upacara menghormati roh leluhur.
• Pendukung manusia
Megalit dikenal sebagai Zaman Batu karena pada masa itu, manusia dapat membentuk monumen dengan ukuran besar yang terbuat dari batu. Hanya budaya manusia ini yang berkembang selama era megalitikum. Inilah yang membuat karakteristik dari era megalitik sekilas seperti era neolitik di akhir periode.
• Pola Kehidupan
Di era megalitik, manusia mampu bergerak dengan baik. Kegiatan yang dilakukan biasanya bertani dan meramu dari berburu. Untuk mencari makanan, Manusi saat itu menggunakan alat yang terbuat dari batu besar.
2.      ZAMAN LOGAM
Zaman logam merupakan kelanjutan setelah zaman batu dan terjadi sebelum zaman besi. Pada saat ini manusia telah dapat mengolah bahan logam, tinggal menetap dan mulai melakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian khusus yang mereka miliki.
Karakteristik Zaman Logam:
• Kegiatan perdagangan berkembang lebih pesat pada saat ini di mana perdagangan telah dilakukan dari pulau ke pulau di Indonesia, bahkan antara kepulauan Indonesia dan kawasan Asia Tenggara melalui sistem barter.
• Mahir dalam pengolahan logam, dapat dilihat dari peninggalan yang terbuat dari logam dasar seperti cincin, kalung, anting-anting, gelang, gelang kaki, candrasa, patung perunggu, kapak corong, dan nekara.
• Budaya semakin tinggi dan lebih maju.
• Kemajuan juga dirasakan di pertanian yang telah menggunakan sistem padi yang lebih efektif dan efisien daripada sistem ladang.
a) Zaman Tembaga (370 SM)
Era tembaga adalah era yang menjadi awal manusia yang mengenal logam di zaman ini. Manusia menggunakan tembaga sebagai bahan dasar untuk membuat peralatan. Hanya negara-negara di luar Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terpengaruh oleh era ini.
b) Zaman Perunggu (354 SM)
Zaman Perunggu adalah tempat manusia membuat alat perunggu. Di Indonesia, ditemukan peninggalan sejarah dari zaman perunggu:
- Kapal perunggu
- Patung Perunggu
- Teknik Bivalve
Teknik Bivalve disebut teknik bekam di mana untuk membuat perunggu dilakukan dengan menangkupkan dua bagian batu lalu mengisinya dengan cairan logam.
- Teknik Cire Perdue
Teknik Cire Perdue juga disebut teknik pencetakan lilin di mana bahan dasarnya adalah tanah liat dan lilin.
c) Zaman Besi (335 SM)
Merupakan zaman di mana manusia telah mampu membuat alat-alat besi lebih sempurna daripada zaman Tembaga atau Perunggu. Berdasarkan hasil penelitian dari Van Der Hoop, teknik pembuatannya menggunakan bivall (tangan) dan bivalve (tangan di luar dan lilin di dalam). Hasil peninggalan dari zaman besi yang telah ditemukan di Indonesia, termasuk kapak, sabit, pisau, cangkul, dan lain-lain ...
Pada saat ini, manusia akrab dengan sistem bilangan alami dari fenomena alam, sehingga mereka dapat memprediksi peristiwa fisik seperti gerhana bulan, pasang tinggi dan pasang rendah. Mereka sudah dapat menulis, membaca, menghitung, dan menyusun kalender.

3.      Masyarakat Lembah Sungai Shindu dan Komunitas Sungai Gangga (324 SM)
Masyarakat Lembah Sungai Shindu (Indus)
Apakah di sepanjang sungai Indus yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Pakistan. Peradaban ini telah ada sekitar 2800 SM-1800. Peradaban ini juga sering disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena Penggalian Kota disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati mungkin telah mengering pada akhir 1900 SM.



- Pusat Peradaban
Kota Mohenjo-Daro dianggap sebagai ibu kota lembah Sungai Shindu selatan dan kota Harappa sebagai ibu kota lembah Sungai Shindu utara. Mohenjo-Daro dan Harappa adalah pusat peradaban India di masa lalu.
- Perencanaan kota
Pengembangan kota-kota Mohenjo-Daro dan Harappa sesuai dengan perencanaan kota yang pasti dan terorganisir dengan baik. Jalan-jalan di kota teratur dan lurus, dengan lebar sekitar 10 meter dan di sisi kanan dan kiri adalah trotoar yang lebarnya setengah meter. Bangunan, rumah, dan toko dibangun dan dibangun serta terbuat dari bata lumpur. Wilayah kota dibagi menjadi beberapa bagian atau blok. Setiap blok, berbentuk persegi atau persegi panjang. Setiap blok dibagi dengan melewati lorong. Di area diskusi, tempat tinggal, tempat tinggal, tempat tinggal, tempat tinggal untuk membangun tempat tinggal. Jalan setapak dan jalan dilengkapi dengan saluran udara, untuk menyalurkan air dari rumah tangga ke sungai. Saluran yang dijaga kebersihannya masih berfungsi dengan baik.
- Sanitasi (Kesehatan lingkungan)
Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela lebar dan bersentuhan langsung dengan air gratis sehingga sirkulasi dan perubahan udara cukup lancar. Selain itu, limbah dari kamar mandi dan kakus di rumah terhubung langsung ke jaringan saluran publik yang dibangun dan mengalir di bawah jalan, di mana di setiap koridor ada saluran air menuju sungai.
- Teknologi
Mereka telah mampu membuat barang yang terbuat dari emas dan perak, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, kain dari kapas, dan bangunan. Ini dapat diketahui melalui peninggalan yang ditemukan, seperti bangunan kota Mohenjo-Daro dan Harappa, berbagai patung, perhiasan emas perak, dan berbagai macam perangko dengan lukisan berkualitas tinggi. Juga ditemukan peralatan perang seperti tombak, pedang, dan panah. Selain itu, budaya alat warisan juga ditemukan dalam bentuk barang yang terbuat dari tanah liat, terutama peralatan rumah tangga.
Peradaban Sungai Gangga
- Pusat Peradaban
Lembah sungai Gangga terletak di antara pegunungan Himalaya dan pegunungan Windia Sketna. Lembah sungai Gangga dikenal sangat subur. Pendukung peradaban lembah sungai Ganggai adalah Arya yang termasuk dalam bangsa Indo Jerman. Mereka datang dari wilayah Kaukasus dan menyebar ke timur. Budaya lembah sungai Gangga adalah budaya campuran antara Arya dan Dravida, yang dikenal sebagai budaya Hindu.

- Bentuk Budaya Sungai Lembah Gangga
Perkembangan budaya sungai Gangga telah mengalami banyak kemajuan dalam seni. Sastra, pahatan dan pahatan berkembang pesat. Kuil-kuil indah dari Syanta dibangun. Wilayah yang ditempati oleh orang Indo-Arya sering disebut Aria Farta (tanah Arya) atau Hindustan (tanah milik umat Hindu). Orang-orang Dravida melarikan diri ke selatan, budaya mereka dikenal sebagai budaya Dravida.

4.      Masyarakat Lembah Sungai Nil (3000 SM)
Budaya orang-orang Mesir Kuno menjadi salah satu peradaban manusia paling awal yang memiliki peran penting dalam kemajuan zaman. Mereka berhasil menciptakan sistem literasi manusia awal yang dikenal sebagai Hieroglyphs. Itu adalah bukti bahwa sains di Mesir Kuno berkembang sangat pesat.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus diikuti oleh kemajuan teknologi. Seperti dalam masyarakat Mesir Kuno yang berhasil menciptakan transportasi dalam bentuk perahu untuk pengiriman dan perdagangan.
Teknologi dan sains sudah berkembang pesat sebagaimana dibuktikan oleh pembangunan piramida setinggi 137 meter sebagai kuburan raja-raja Mesir kuno dan di depannya ada patung Sphinx, singa berkepala manusia. Bukti lain adalah bahwa mereka dapat melestarikan mayat (Mummy), kedokteran, mengetahui astronomi atau astrologi yang dikenal di seluruh dunia, mengetahui tahun kabisat, dan memiliki pengetahuan geometri yang tinggi.


Preferensi ( Preference ) :
1.      Zaman Batu (Stone Age)
8.      TIM FMIPA – UNESA/ (2012). Sains Dasar. Surabaya: Unesa University Press.